Happy reading..
Clara memarkirkan mobilnya di pinggir jalan. Mobil baru yang Dokter Ari berikan padanya pagi tadi. Gadis itu turun seraya mengamati tikungan tempat tragedi kecelakaannya dulu terjadi.
Di hari liburnya, Clara memutuskan untuk pergi mencari petunjuk. Gadis itu menatap sekeliling, jalanan itu tak sepi, tapi tak juga ramai.
Warna pembatas jalannya pun masih sama, kuning dan hitam. Hanya saja sedikit lebih terang, mungkin sudah di cat ulang.
Memori kejadian itu kembali terulang dalam otak Clara, layaknya kaset rusak yang adegannya terputus-putus. Gadis itu memejamkan matanya sejenak saat rasa sesak kembali hinggap di dadanya.
Clara mengusap lembut pembatas jalan itu, sebulir air mata lolos membasahi pipinya, segera gadis itu menghapusnya.
Dia kembali berjalan ke arah mobilnya saat merasa tak menemukan petunjuk apapun. Saat hendak membuka pintu mobil, seseorang yang tengah mengendarai motor ninja hitamnya, melemparkan bunga mawar berwarna hitam pula yang dibalut dengan surat ke arah punggung Clara.
Gadis itu berbalik, namun pengendaranya sudah melajukan motornya dengan cepat meninggalkan tempat itu.
Clara berjongkok mengambil bunga mawar hitam itu, juga dengan suratnya. Ia kemudian membuka surat tersebut, Clara terdiam saat selesai membaca isi dalamnya.
'Berhenti mencari tau, atau kau akan mati.'
Clara tersenyum miring seraya menatap tajam surat itu, Ia lalu meremasnya, melemparnya ke aspal, kemudian menginjaknya.
"Lebih baik gue mati karena tau kebenarannya, dari pada harus hidup tapi ga tau apa-apa dan terus disalahkan." gumam Clara menatap nyalang arah kepergian pengendara yang melemparkannya surat dan mawar hitam itu.
***
Clara mengacak rambutnya frustasi, gadis itu memukul stir mobilnya lalu tertunduk di sana. Ia sangat bingung harus mencari petunjuk ke mana lagi.
Clara terdiam saat mengingat sesuatu. Bi Ina! Pembantu rumah keluarganya yang menceritakan sebagian cerita tragedi itu.
Ia akan menemui wanita paruh baya itu. Tapi bagaimana? Hubungannya dengan keluarganya sedang renggang, tidak mungkin kan gadis itu pergi ke rumahnya?
Clara memutar otaknya, memikirkan hal apa yang akan gadis itu lakukan agar bisa bertemu dengan Bi Ina.
Bravo!
Clara ada ide. Gadis itu meraih handphonenya kemudian menelpon Bi Ina.
"Halo Bi," ujar Clara saat teleponnya tersambung.
"Iya Non, ada apa?" sahut Bi Ina ramah.
"Maaf Bi, mengganggu waktunya. Bisa kita ketemu sebentar di taman dekat alun-alun kota? Ada hal penting yang mau Clara bicarakan." ujar Clara.
"Bisa Non, sebentar ya," ujar Bi Ina.
"Iya Bi, terimakasih. Saya tunggu," balas Clara kemudian mematikan sambungan teleponnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Clara dan Lukanya (Selesai)
Teen Fiction"𝙺𝚞 𝚋𝚒𝚊𝚛𝚔𝚊𝚗 𝚕𝚞𝚔𝚊 𝚒𝚗𝚒 𝚝𝚎𝚛𝚞𝚜 𝚖𝚎𝚗𝚓𝚊𝚕𝚊𝚛. 𝙷𝚒𝚗𝚐𝚐𝚊 𝚜𝚊𝚖𝚙𝚊𝚒 𝚠𝚊𝚔𝚝𝚞𝚗𝚢𝚊 𝚝𝚒𝚋𝚊, 𝚊𝚔𝚞 𝚝𝚊𝚔 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚛𝚊𝚜𝚊𝚔𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊 𝚕𝚊𝚐𝚒." • • • "Aku adalah luka yang tak pernah sembuh." Clara Devantara. Gadis...