Happy reading..
Clara berjalan memasuki tempat dimana Mondi, Abang Riri bekerja.Seorang perempuan berkuncir kuda terlihat menghampirinya.
"Ada perlu apa kak?" tanyanya ramah.
"Saya mencari orang yang namanya Mondi. Apakah ada?" ujar Clara.
"Ada, sebentar saya panggilkan dulu. Silahkan duduk di sana," ucap perempuan itu kemudian berlalu pergi dari hadapan Clara.
Clara berjalan duduk di sofa yang perempuan tadi titahkan. Clara menatap sekeliling, ramai orang yang berkunjung, entah itu untuk mengganti nomor plat atau semacamnya.
Clara menoleh saat melihat Mondi yang tengah berjalan ke arahnya.
"Clara ya?" tanya Mondi saat sampai di hadapan gadis itu. Tangannya memegang beberapa lembaran kertas.
"Iya," jawab Clara mengangguk.
Mondi lalu duduk di sampingnya, namun masih berjarak. Pemuda itu kemudian meletakkan kertas tersebut di atas meja yang ada di depan mereka.
"Gue udah nemuin nomor plat mobil yang lo minta riwayatnya kemarin." ujar Mondi menyerahkannya pada Clara. Gadis itu segera memeriksanya.
"Sorry telat," ujar Mondi.
Clara menoleh. "Gapapa, gue paham kok. Terimakasih banyak karena udah mau bantuin gue," ucap Clara. Mondi hanya mengangguk sebagai jawaban.
Clara kembali memperhatikan kertas itu. Matanya mengerut saat menyadari kejanggalan di sana.
Pemilik mobil: -Devano Aryatama
-Daren GutamaClara terdiam. Jantungnya berdegup kencang setelah membacanya. Devano Aryatama? Bukankah itu nama panjang dari Vano, kakak lelaki Tio?
Clara mengepalkan tangannya erat. Menatap ke arah depan dengan mata berkedut emosi.
Apa maksud pemuda itu bahwa ia tahu kebenarannya, adalah karena dia pelakunya? Dasar bedebah sialan!
***
Clara melangkah tergesa-gesa menuju Cafe Agréable milik Vano. Gadis itu masuk dengan perasaan marah sekaligus kesal.
"Dimana Vano?" tanya Clara pada salah satu pelayan di sana.
"Ada di ruangannya Nona," jawab Pelayan itu sembari menunduk sopan.
"Saya mau ketemu sama dia." ujar Clara.
"Maaf Nona, tapi apa anda sudah ada janji sebelumnya?" tanya Pelayan.
"Iya, cepat panggilin dia!" titah Clara menatap Pelayan itu kesal. Banyak tanya!
"Baik Nona, sebentar saya panggilkan." ujar Pelayan kemudian pergi ke ruangan Vano.
Clara menatap Cafe itu yang cukup ramai pengunjung. Netranya terpaku, pada sosok bertudung hitam yang tengah duduk di meja paling pojok Cafe.
Kening Clara mengerut. Tak lama, Pelayan yang tadi ke ruangan Vano pun datang.
"Anda di suruh ke ruangannya Nona," ujar Pelayan.
"Baik," ujar Clara melangkah menuju ruangan Vano dengan didampingi pelayan tadi. Meskipun gadis itu masih penasaran, siapakah sosok bertudung hitam itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Clara dan Lukanya (Selesai)
Teen Fiction"𝙺𝚞 𝚋𝚒𝚊𝚛𝚔𝚊𝚗 𝚕𝚞𝚔𝚊 𝚒𝚗𝚒 𝚝𝚎𝚛𝚞𝚜 𝚖𝚎𝚗𝚓𝚊𝚕𝚊𝚛. 𝙷𝚒𝚗𝚐𝚐𝚊 𝚜𝚊𝚖𝚙𝚊𝚒 𝚠𝚊𝚔𝚝𝚞𝚗𝚢𝚊 𝚝𝚒𝚋𝚊, 𝚊𝚔𝚞 𝚝𝚊𝚔 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚛𝚊𝚜𝚊𝚔𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊 𝚕𝚊𝚐𝚒." • • • "Aku adalah luka yang tak pernah sembuh." Clara Devantara. Gadis...