Happy reading..
Clara duduk termenung di balkon kamarnya. Waktu sudah menunjukkan pukul 23.00, namun gadis itu belum juga mengantuk.Ia memperhatikan hamparan jalan luas yang masih ramai di bawah sana. Terkadang, Clara bertanya-tanya, apakah mereka tidak lelah?apakah mereka tidak beristirahat hingga masih berkegiatan di jam seperti ini?
Clara beralih menatap langit malam. Jutaan bintang di atas sana membuat Clara menyunggingkan senyum melihat keindahannya.
Ting!
Suara handphone mengalihkan atensi Clara, ia segera mengeceknya.
Riri:
Gue dapet rekamannya, baru aja dikirimin om gue
Clara mengerutkan kening, kemudian mengecek video rekaman CCTV yang dimaksud Riri.
Mata Clara memicing saat menontonnya, netranya menangkap sesosok berpakaian serba hitam dengan tudung di kepalanya sempat menghampiri mobil keluarganya sesaat setelah tabrakan terjadi.
Setelah berdiri beberapa saat, orang itu pun pergi. Tak lama, suara ledakan terdengar dari mobil keluarga Clara. Orang-orang mulai berdatangan untuk menolong.
Clara segera mengambil tangkapan layar pada sosok bertudung itu. Ia lalu menyimpan kembali handphonenya, kemudian mendongak sembari memejamkan matanya.
"Gue harap semuanya segera terungkap.." gumam Clara.
***
Beberapa minggu setelahnya, lengan Clara berangsur-angsur pulih. Kini, gadis itu sudah duduk anteng di bangku kelasnya sembari memperhatikan guru yang sedang menjelaskan materi.
Tak berselang lama, bel istirahat pertama pun berbunyi. Guru berhenti menjelaskan, kemudian pamit keluar dan membiarkan siswa-siswi beristirahat sejenak.
Riri menghampiri meja Clara dan Tania.
"Ra, Tan, kantin yok!" ajak Riri.
"Boleh," sahut Tania memasukkan alat tulisnya ke dalam tas.
Sedangkan Clara mengangguk sebagai jawaban.
Mereka bertiga kemudian berjalan ke arah kelas Laudi, mengajak gadis itu.
"Kantin kuy!" ajak Riri saat melihat Laudi masih duduk melamun di bangkunya.
Laudi tersadar dari lamunannya, kemudian beralih menatap ketiga sahabatnya. Ia lalu mengangguk dan menghampiri mereka.
Di koridor, Tania dan Laudi berjalan beriringan di depan, sedangkan Clara dan Riri di belakangnya.
"Gue udah kirimin abang gue video mobilnya, dan dia masih nyari datanya. Maaf ya Ra lama, soalnya kan itu udah beberapa tahun lalu jadi emang agak susah." ujar Riri membuat Clara tersenyum karenanya.
"Ngapain minta maaf Ri? Gue malah seneng banget karena lo udah mau bantu gue. Thanks!" balas Clara menatap Riri tulus.
Riri membalas senyuman Clara, lalu merangkul gadis itu yang membuat sang empu tertawa pelan.
"Apenih main rangkul-rangkulan? Mana ga ngajak-ngajak lagi!" ujar Laudi menghadap ke belakang.
"Sini-sini!" ajak Riri menyuruh Laudi dan Tania bergabung. Jadilah mereka berempat saling rangkul sambil berjalan menuju kantin disertai tawa kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Clara dan Lukanya (Selesai)
Teen Fiction"𝙺𝚞 𝚋𝚒𝚊𝚛𝚔𝚊𝚗 𝚕𝚞𝚔𝚊 𝚒𝚗𝚒 𝚝𝚎𝚛𝚞𝚜 𝚖𝚎𝚗𝚓𝚊𝚕𝚊𝚛. 𝙷𝚒𝚗𝚐𝚐𝚊 𝚜𝚊𝚖𝚙𝚊𝚒 𝚠𝚊𝚔𝚝𝚞𝚗𝚢𝚊 𝚝𝚒𝚋𝚊, 𝚊𝚔𝚞 𝚝𝚊𝚔 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚛𝚊𝚜𝚊𝚔𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊 𝚕𝚊𝚐𝚒." • • • "Aku adalah luka yang tak pernah sembuh." Clara Devantara. Gadis...