Happy reading..
Clara berjalan menyusuri koridor sendirian. Setelah bel istirahat berbunyi, para siswa-siswi berhamburan keluar kelas, ada yang ke kantin, ke perpustakaan, dan beberapa tempat lainnya.Dibanding pergi ke kantin seperti kebanyakan orang, Clara memilih untuk pergi ke belakang sekolah. Di sana, terdapat pohon yang cukup rindang dan besar, membuat suasana sekitar terasa sejuk.
Saat sampai sana, Clara dikejutkan dengan suara dua gadis yang sepertinya tengah memperdebatkan sesuatu. Ia memilih untuk bersembunyi di balik tembok.
"Laudi.. Laudi. Orang kayak lo itu, ga pantes bersanding sama Leo. Emang lo pikir lo siapa?!" sentak Ghea mendorong kasar bahu Laudi.
Laudi balas mendorong Ghea, membuat sang empu sedikit terhuyung ke belakang.
"Lo ga ada hak ngatur-ngatur gue!" ujar Laudi.
Ghea mengepalkan tangannya, hingga urat-urat nya muncul terlihat.
Plak!
Satu tamparan keras mengenai pipi Laudi. Gadis itu tertoleh ke samping, Ia meraba pipi nya yang terasa panas dan nyeri.
Clara menutup mulutnya syok. Tamparannya begitu keras, hingga Clara ikut merasa nyeri melihatnya. Pipi Laudi sampai memerah karenanya.
Laudi menatap tajam Ghea, matanya memerah menahan amarah.
Plak!
Laudi balas menampar Ghea dengan lebih keras, Ghea yang tidak siap pun terhuyung ke belakang, bahkan gadis itu hampir terjungkal.
Clara semakin syok melihatnya. Double kill!
"Ra,"
Clara tersentak saat seseorang menyentuh pundaknya. Ia berbalik, dan mendapati Radit berdiri di belakangnya.
Clara menghela nafas pelan, Ia pikir tadi siapa.
"Ada apa?" tanya Radit ketika melihat raut syok Clara.
Bukannya menjawab, Clara malah beralih menatap Laudi dan Ghea kembali. Radit yang penasaran pun mengikuti arah pandang Clara, pemuda itu menganga saat melihat kedua gadis itu sudah saling jambak rambut.
"Woi! Tolongin Ra, malah diem!" ujar Radit yang sudah berlari ke arah Laudi dan Ghea, pemuda itu berusaha melerai keduanya.
Clara yang masih syok pun tersadar, kemudian ikut berlari menuju keributan itu.
"Udah, stop!" titah Clara memegangi lengan Laudi. Sementara Ghea, di pegang oleh Radit.
"Sini lo sialan!" sergah Laudi yang saat ini benar-benar ingin mengacak-acak wajah menyebalkan milik Ghea.
"Apa lo?!" tantang Ghea menatap Laudi tajam.
"Apa hahh?!!" bentak Laudi yang hendak maju, namun segera ditahan oleh Clara.
Kedua gadis itu terus saja berontak, melemparkan sumpah serapah dan tatapan permusuhan satu sama lain.
"Widihh ada apaan tuh!" seru Bima saat tak sengaja melihat ke arah belakang sekolah.
Pemuda itu berlari saat Laudi dan Ghea mulai saling jambak lagi, Clara dan Radit memijit kepala pusing, mereka lelah melerai.
Rico, Leo, Geo, dan Dion menyusul Bima. Mereka segera melerai kedua gadis itu.
"Woi udah woi! Kalau guru tiba-tiba lewat, mampus lo pada!" ujar Geo, saat ini pemuda itu ada di tengah-tengah Laudi dan Ghea.
Dengan Laudi yang dipegangi Dion, sementara Ghea dipegangi Bima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Clara dan Lukanya (Selesai)
Teen Fiction"𝙺𝚞 𝚋𝚒𝚊𝚛𝚔𝚊𝚗 𝚕𝚞𝚔𝚊 𝚒𝚗𝚒 𝚝𝚎𝚛𝚞𝚜 𝚖𝚎𝚗𝚓𝚊𝚕𝚊𝚛. 𝙷𝚒𝚗𝚐𝚐𝚊 𝚜𝚊𝚖𝚙𝚊𝚒 𝚠𝚊𝚔𝚝𝚞𝚗𝚢𝚊 𝚝𝚒𝚋𝚊, 𝚊𝚔𝚞 𝚝𝚊𝚔 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚛𝚊𝚜𝚊𝚔𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊 𝚕𝚊𝚐𝚒." • • • "Aku adalah luka yang tak pernah sembuh." Clara Devantara. Gadis...