Happy reading..
'Bukankah sudah ku katakan jangan mencari tau apapun? Sekarang, terimalah konsekuensinya.'Jantung Clara berpacu dengan cepat saat melihat tulisan pada kertas yang tertempel di cermin kamarnya. Lengkap dengan mawar hitam disampingnya.
Clara menatap sekeliling kamarnya gelisah, matanya menandakan kecemasan yang teramat.
Gadis itu melepas paksa perekat yang ada pada kertas tersebut, membuat kertasnya tak lagi menempel pada cermin. Begitupun dengan mawar hitamnya. Segera ia membuang kedua benda itu ke dalam tong sampah.
Clara menatap tajam tong sampah tersebut. Ia lalu beranjak menuju kamar mandi, dan bersiap-siap pergi ke sekolah.
***
Clara sedang menuju sekolah bersama Dokter Ari. Suasananya hening, tak ada yang berniat membuka percakapan.
Sampai suara deringan handphone milik Clara memecahkan keheningan tersebut. Clara segera mengangkatnya.
"Halo Tan?" ujar Clara pada Tania di seberang telepon sana.
"Ra.." lirih Tania disertai sebuah isakan yang keluar dari bibirnya.
Clara mengerutkan kening bingung. "Kenapa Tan? Ada apa?" tanya Clara khawatir.
"Riri.." ujar Tania dengan suara bergetar. "Dia kecelakaan.."
"Hah?! Serius lo?!" ujar Clara dengan jantung yang sudah berdegup kencang, matanya dipenuhi kecemasan dan kekhawatiran yang mendalam.
"Iya Ra.. Ini lagi dibawa ke rumah sakit," ujar Tania. "Kalau gitu, gue tutup dulu ya Ra, gue tunggu di rumah sakit."
Sambungannya pun terputus. Dokter Ari menoleh pada Clara yang saat ini tengah menatap kosong ke arah depan, masih dengan handphone yang ia tempelkan di telinganya.
"Ada apa?" tanya Dokter Ari khawatir melihat raut gadis itu.
Clara tersadar. "Dok kita ke rumah sakit sekarang!" ujarnya.
"Apa? Kenapa?" tanya Dokter Ari heran.
"Riri kecelakaan.." lirih Clara dengan sorot sendu.
Dokter Ari terdiam. Ia lalu mengusap bahu Clara lembut. Dokter Ari melajukan mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata menuju rumah sakit.
***
Clara dan Dokter Ari berlari memasuki koridor rumah sakit. Gadis itu terhenti saat melihat Tania dan Laudi yang sedang duduk memandang kosong lantai dengan mata yang sudah sembab, seraya bersandar di dinding.
Clara menghampiri kedua gadis itu. "Gimana keadaan Riri? Dia baik-baik aja kan?" tanya Clara panik bercampur cemas.
Tania menatapnya sendu. Gadis itu menggelengkan kepalanya pelan, membuat Clara mengerutkan kening bingung.
"Riri udah ga ada.." lirih Tania dengan kepala menunduk, terisak.
Clara terdiam. Jantungnya terasa berhenti berdetak, rasa sesak kian menyeruak di dadanya, disertai tenggorokannya yang begitu tercekat. Matanya mulai mengeluarkan buliran-buliran bening dari pelupuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Clara dan Lukanya (Selesai)
Fiksi Remaja"𝙺𝚞 𝚋𝚒𝚊𝚛𝚔𝚊𝚗 𝚕𝚞𝚔𝚊 𝚒𝚗𝚒 𝚝𝚎𝚛𝚞𝚜 𝚖𝚎𝚗𝚓𝚊𝚕𝚊𝚛. 𝙷𝚒𝚗𝚐𝚐𝚊 𝚜𝚊𝚖𝚙𝚊𝚒 𝚠𝚊𝚔𝚝𝚞𝚗𝚢𝚊 𝚝𝚒𝚋𝚊, 𝚊𝚔𝚞 𝚝𝚊𝚔 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚛𝚊𝚜𝚊𝚔𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊 𝚕𝚊𝚐𝚒." • • • "Aku adalah luka yang tak pernah sembuh." Clara Devantara. Gadis...