05. Anak baru (?)

145 7 2
                                    

Happy reading..

Clara termenung sembari merasakan sejuknya angin yang kian menerpa wajahnya, perasaan gundah dan sedihnya sedikit terobati dengan ini.

Gadis itu menatap luasnya langit yang terbentang di atas sana, burung-burung beterbangan, awan-awan yang juga kian perlahan bergerak tertiup angin.

Clara menghela nafas pelan.

Floresnya.. Pasti sudah bahagia di atas sana. Maka dari itu.. Mari bangkit dan menjalani kehidupan meskipun tanpa Flores di sampingnya.

Sahabatnya tidak akan suka jika ia terus bersedih.

Tapi..

Mau sekeras apapun Clara berusaha menepikan perasaan sedihnya, ia tetap tak bisa membohongi hatinya, bahwa dia kini sangat merindukan Flores.

Clara rindu kejahilan, senyum, dan kebaikan gadis itu. Flores sangat baik, hingga ia sulit untuk melupakan sahabat terbaiknya itu.

Sampai kapanpun, Clara tidak akan pernah bisa melupakan Flores. Gadis yang selalu membantunya dalam setiap hal apapun, kecuali kejahatan.

Kriett...

Suara pintu terbuka mengalihkan atensi Clara. Diambang pintu sana, terdapat 5 orang pemuda yang menurut Clara begitu asing dimatanya. Apa mereka anak baru yang Riri maksud tadi?

Clara mengerutkan kening ketika menyadari bahwa mereka tengah berjalan ke arahnya.

"Ngapain lo disini?" tanya salah satu dari mereka. Dion Halrick.

Clara mengangkat sebelah alisnya seraya bersedekap dada.

"Seharusnya gue yang nanya, ngapain kalian disini? Apakah pengumuman tadi belum jelas bahwa nggak ada yang boleh keluar kelas, selain OSIS bidang keamanan?" tanya Clara yang menatap mereka dengan tajam.

"Jadi lo OSIS?" tanya Pemuda di samping Dion, Bima Gerandri.

"Menurut lo?" bukannya menjawab, Clara malah balas bertanya.

Bima menatap tanda pengenal OSIS yang ada di seragam bagian atas samping kiri milik Clara.

Bima kemudian mengangguk, lalu tersenyum remeh. Membuat Clara mengerutkan kening.

"Kembali ke kelas atau gue hukum?" ujar Clara.

"Cih! Sok-sokan mau ngehukum, terus lo juga ngapain disini? Bukannya keliling ngejagain siswa-siswi yang keluar kelas, lo malah ke rooftop. Ga bener lo jadi OSIS." ujar Bima.

"Siapa bilang nggak bener? Justru disini adalah tempat siswa-siswi paling banyak bolos. Contohnya kalian sekarang ini," sahut Clara.

Skakmat!

Bima terdiam seribu bahasa.

"jangan sok-sokan. Meskipun kalian kakak kelas gue, gue nggak bakal segan menghukum kalian. Itu adalah konsekuensi yang harus diterima, kalian harus mengikuti peraturan yang berlaku disini." ujar Clara.

"Segera kembali ke kelas, kalau sampai gue balik lagi kesini dan masih ngeliat kalian, jangan harap kalian terhindar dari hukuman." ujar Clara lagi, kemudian melangkah pergi dari sana.

"Buset, galak bet dah tu cewek." ujar Georgania Ardanu, kembaran Leorgania Ardanu yang tengah berdiri di sampingnya.

"Iya woi, padahal mukanya manis manis gemes." sahut Bima.

Sementara salah satu dari mereka masih menatap kepergian Clara dengan senyum tipis. Rico Franska.

***

"Sialan! Mereka ganggu me time gue." kesal Clara yang sejak tadi mendumel tak jelas di koridor sehabis pergi dari rooftop tadi.

Clara memicing tajam saat melihat siluet seorang Pemuda yang tengah berjalan berlawanan arah dengannya.

Gadis itu terdiam ketika melihat ternyata Regan lah pemuda itu. Clara mengingat kejadian beberapa hari lalu yang membuat darahnya naik seketika.

Andai saja pemuda itu tidak menghalanginya untuk menolong Flores, mungkin Flores masih akan tetap hidup sampai saat ini!

"Tunggu!"

Clara mencengkram tangan Regan saat pemuda itu hendak melewati Clara. Netranya menatap dingin pada gadis itu.

"Mau kemana lo?" ujar Clara berusaha meredam emosinya. Ia tidak boleh mencampur adukkan masalah pribadi dengan kewajibannya di sekolah saat ini.

"Bukan urusan lo." jawab Regan dingin.

"Siapa bilang bukan urusan gue? Masuk kelas lo sekarang!" suruh Clara.

"Siapa lo nyuruh gue?" tanya Regan mengangkat sebelah alisnya.

"Gue? Gue pengurus keamanan hari ini. Kalau lo nggak Mau nurut, terpaksa gue harus ngehukum." sahut Clara.

"Lo berani ngehukum gue?" tanya Regan.

"Kenapa gue harus takut?" sahut Clara.

Regan memandang Clara sebentar, kemudian melenggang pergi mendahului gadis itu.

Mata Clara melebar seketika, gadis itu berteriak memanggil nama Regan, namun pemuda itu seakan tuli. Bahkan untuk sekedar menoleh saja Regan enggan.

"Sialan!" umpat Clara.

Gadis itu memilih mengabaikan Regan saat mendengar sesuatu terjatuh dari pohon mangga sana.

Clara segera menghampirinya untuk memeriksa.

Sampai di sana, Clara menepuk kening frustasi. Bagaimana tidak? Di sana terlihat Tono sedang duduk dengan santainya di atas pohon sambil memetik lalu memakan buah mangga dari pohon tersebut.

"WOI! TURUN NGGAK LO?!" teriak Clara pada Tono.

Gedubrak!

Pemuda itu tersentak kaget saat melihat Clara, ia tak dapat menyeimbangkan tubuhnya, dan berakhir mencium rerumputan di bawahnya. Pemuda itu terjatuh.

"Mampus lo! Kualat kan lo." hardik Clara disertai tawa mengejek yang ditujukan pada Tono.

Sementara sang empu mengusap pelan bok*ngnya yang terasa sakit.

"Jahat lo Ra! Temannya jatuh bukannya ditolongin malah diketawain!" ujar Tono dramatis.

"Halah! Ini tuh namanya P3K, Pertolongan Pertama Pasti Ketawa." ujar Clara meledakkan tawanya.

"Tau ah Ra, lo ngeselin!" seru Tono sembari berusaha bangkit dan berdiri, meskipun dengan memegangi pinggangnya.

"Dih? Nggak ngaca kah? Lo juga ngeselin ya!" balas Clara melemparkan mangga yang tadinya ikut jatuh bersama Tono, sehingga mengenai kepala pemuda itu.

Tono meringis kesakitan.

Double kill nggak tuh! Sudahlah sakit pinggang, ditambah sakit kepala akibat lemparan tak bertanggung jawab Clara.

"Clara!"

Clara berlari pergi dari sana sebelum diamuk oleh Tono. Ia tertawa pelan saat melihat wajah memerah kesal milik pemuda tersebut.

Setelah agak jauh dari Tono, Clara kemudian berteriak.

"Balik ke kelas, sebelum yang lain temuin lo!" teriak Clara, kemudian benar-benar pergi dari sana.

Tono hanya memandang Clara dengan penuh rasa kesal, ia berjalan perlahan pergi dari sana menuju kelasnya, takut juga kan kalau tiba-tiba pengurus keamanan lain datang dan menambah kesakitannya dengan cara menghukumnya lagi.

Sudah cukup ia dihukum oleh Tuhan karena mengambil mangga tanpa izin, jangan lagi dihukum karena keluar kelas tanpa izin pula.

***

Thanks udah baca, see you next time🤍.

Clara dan Lukanya (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang