Happy reading..
Rico berdiri menatap langit yang nampak cerah pagi ini. Semilir angin menerbangkan anak rambutnya, pemuda berjam hitam itu memasukkan tangannya ke dalam saku celananya.
Tak lama, terdengar suara pintu rooftop terbuka. Dion dan lainnya melangkah masuk menghampiri Rico.
"Gue kira lo beneran diculik tante girang," ucap Dion basa-basi.
Rico hanya diam tak menanggapi, netranya masih terfokus pada langit biru di atas sana.
Hening.
"Madona apa kabar Bim?" tanya Geo yang penasaran dengan kucing betina milik Bima yang sering diajaknya bermain ketika berkunjung ke rumah pemuda itu.
"Baik, dia baru abis kawin kemaren ama si Heli, kucing itemnya Pak Maman." jawab Bima sekenanya.
"Ngaco! Tiba-tiba banget bahas kucing." sahut Dion, ketiganya tertawa secara bersamaan.
Sementara Rico dan Leo menatap mereka dengan ekspresi datar.
"Heyyy!! Yang di kiri yang di kanan," Bima berucap dengan nada salah satu lagu yang akhir-akhir ini sedang viral.
Dion dan Geo saling pandang, kemudian ikut bergabung bernyanyi dengan Bima.
"Yang di atas yang di bawah~" sambung Geo.
"Yang lagi nangkring di pohon~" timpal Dion.
"Mari kita bergoyang~" serempak ketiganya disertai goyangan khas lagu itu.
"Hey~ goyang-goyang bang jali~"
"Semuanya ikut bernyanyi~"
Ketiganya tertawa cekikikan setelahnya, disertai Geo yang sudah berguling-guling di atas lantai rooftop sambil memegangi perutnya yang kram akibat tertawa.
Rico dan Leo saling melempar pandangan lelah, sepertinya mereka bertiga memang makhluk dari planet lain.
"Udah woi! Capek gue ngakak!" seru Geo memegangi perutnya.
"Ni dua batu kaga ada yang ketawa gitu?" tanya Bima heran.
"Cokul bro cokul!" sahut Dion.
"HAHAHAHA!!" tawa Dion, Geo, dan Bima bersamaan.
"Sedeng," gumam Rico yang tak habis pikir dengan tingkah teman-temannya itu.
"Ke kelas, udah bel." titah Rico berjalan mendahului mereka.
***
Clara berjalan beriringan dengan Riri, kedua gadis itu sedang menuju toilet saat di tengah-tengah jam pelajaran.
Namun, belum sampai toilet, siluet pemuda yang tengah berjalan ke arah Clara dan Riri membuat atensi keduanya teralih.
Pemuda itu mendekat, kemudian menarik paksa tangan Clara. Gadis itu tersentak seraya menatap tajam Alfian.
"Hehh! Apa maksud tarik-tarik temen gue?!" sentak Riri menepis tangan Alfian.
"Bukan urusan lo!" ujar Alfian kembali berusaha meraih tangan Clara, tapi segera ditepis oleh sang empu.
"Ya itu urusan gue lah! Clara temen gue, sedangkan lo siapa hahh?! Main tarik-tarik aja, ayo Ra." ajak Riri hendak melanjutkan langkahnya menuju toilet.
"Dia mantan gue, kenapa?!" ujar Alfian, Clara seketika melotot menatapnya.
"Yaelah! Mantan doang kan? Bukan pacar. Sana jauh-jauh lo human!" galak Riri mendorong pelan bahu Alfian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Clara dan Lukanya (Selesai)
Teen Fiction"𝙺𝚞 𝚋𝚒𝚊𝚛𝚔𝚊𝚗 𝚕𝚞𝚔𝚊 𝚒𝚗𝚒 𝚝𝚎𝚛𝚞𝚜 𝚖𝚎𝚗𝚓𝚊𝚕𝚊𝚛. 𝙷𝚒𝚗𝚐𝚐𝚊 𝚜𝚊𝚖𝚙𝚊𝚒 𝚠𝚊𝚔𝚝𝚞𝚗𝚢𝚊 𝚝𝚒𝚋𝚊, 𝚊𝚔𝚞 𝚝𝚊𝚔 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚛𝚊𝚜𝚊𝚔𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊 𝚕𝚊𝚐𝚒." • • • "Aku adalah luka yang tak pernah sembuh." Clara Devantara. Gadis...