Happy Reading..
Siluet Pemuda itu terus menatap Clara di bawah derasnya guyuran air hujan.Clara menatap bingung Pemuda tersebut. Belum sempat dirinya bertanya, Pemuda itu sudah lebih dulu menarik tangannya pergi dari sana.
Clara yang masih berusaha tersadar dari lamunannya tersentak menatap Pemuda yang tengah menuntunnya keluar dari taman tersebut menuju sebuah motor sport hitam yang tengah berada di bawah pohon yang cukup rindang dan besar untuk berteduh.
Sampai di bawah pohon tersebut, Clara menarik paksa tangannya dari genggaman Pemuda itu, membuat sang empu sedikit tersentak.
"Siapa lo?!" tanya Clara waspada, seraya menatap kedua netra hitam pekat nan tajam milik Pemuda itu.
Sementara, Pemuda tersebut hanya diam tak menanggapi pertanyaan Clara. Ia terus memandangi kedua netra Ivory indah milik gadis itu secara bergantian.
Hening.
Suara rintik hujan disertai semilir angin sejuk menyelimuti keheningan tersebut.
"Pulang," ucap Pemuda itu.
Clara mendongak menatap wajah tak berekspresi itu.
"Gue anter." ujar nya lagi, sembari mulai menyalakan motornya.
"Gue bisa pulang sendiri." sahut Clara membuat Pemuda itu seketika menatap tajam ke arahnya.
Clara menaikkan sebelah alisnya membalas tatapan Pemuda tersebut.
"Yaudah," ujar nya kemudian melajukan motornya pergi meninggalkan Clara yang masih berdiri di bawah pohon sana, sendirian.
Clara menganga tak percaya, ada manusia begitu?
***
Clara sampai rumah pukul 23.15.
Gadis itu melangkah masuk ke dalam rumahnya.
Sepi.
Suasana itulah yang menyambutnya kala itu, Kakak Lelakinya belum pulang ternyata.
Clara berjalan melewati ruang tamu dan dapur, perlahan menaiki tangga menuju kamarnya berada.
Sesampainya di kamar, gadis itu segera membersihkan diri kemudian berisitirahat setelah hari yang panjang. Sudah cukup ia menangis hari ini, ia juga butuh istirahat.
***
Paginya, Clara bersiap-siap untuk menuju tempat peristirahatan terakhir Flores, sahabatnya.
Gadis itu tak dapat menahan tangis saat melihat bagaimana Ibu Flores meraung penuh kepedihan saat melihat putrinya hendak di bawa keluar menuju proses pemakaman.
Berulang kali wanita paruh baya itu terjatuh pingsan karena tak sanggup menerima kenyataan, bahwa putrinya sudah meninggalkannya untuk selama-lamanya.
Sama seperti di rumah Flores, sang Ibu lagi-lagi meronta-ronta berusaha menghentikan mereka yang hendak memasukkan Flores ke dalam liang lahat.
Aleks segera membawa Rita pergi dari sana, menangkan wanita itu sampai proses pemakaman selesai.
Clara mencengkram kuat bingkai berisi foto sahabatnya itu. Air matanya terus saja keluar, membuat mata indah milik gadis itu sembab dan memerah.
Hatinya terasa begitu sesak saat menatap nisan bertuliskan nama sahabat masa kecilnya itu, 'Flores Ayudia'.
Clara menangis sesenggukan saat prosesi pemakaman telah selesai. Floresnya.. Benar-benar sudah pergi untuk selamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Clara dan Lukanya (Selesai)
Teen Fiction"𝙺𝚞 𝚋𝚒𝚊𝚛𝚔𝚊𝚗 𝚕𝚞𝚔𝚊 𝚒𝚗𝚒 𝚝𝚎𝚛𝚞𝚜 𝚖𝚎𝚗𝚓𝚊𝚕𝚊𝚛. 𝙷𝚒𝚗𝚐𝚐𝚊 𝚜𝚊𝚖𝚙𝚊𝚒 𝚠𝚊𝚔𝚝𝚞𝚗𝚢𝚊 𝚝𝚒𝚋𝚊, 𝚊𝚔𝚞 𝚝𝚊𝚔 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚛𝚊𝚜𝚊𝚔𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊 𝚕𝚊𝚐𝚒." • • • "Aku adalah luka yang tak pernah sembuh." Clara Devantara. Gadis...