Happy reading..
Sepulang sekolah, Clara, Rico, Leo, Geo, Dion, dan Bima pergi menuju kantor polisi.Sesampainya di sana, Polisi Beni terlihat sedang mengotak-atik komputernya, mencari sebuah data dan informasi dari para tersangka.
"Pak Beni," panggil Clara, membuat Polisi Beni menoleh pada gadis itu.
"Kalian sudah sampai? Saya tidak menyadarinya." ujar Polisi Beni berjalan mendekat ke arah Clara dan pemuda-pemuda itu.
"Clara, saya ingin bicara hal penting denganmu. Ikuti saya," ujar Polisi Beni berjalan mendahului Clara.
Clara menatap Rico sekilas, kemudian ikut menyusul Polisi Beni.
Clara masuk di sebuah ruangan yang cukup luas, di dalamnya ada berbagai macam alat yang biasa digunakan polisi untuk mencari petunjuk.
Di pojok sana, terlihat seorang detektif sedang meneliti sesuatu, ada satu orang lagi disebelahnya. Beberapa polisi juga terlihat tengah mengerjakan tugas mereka.
"Sidik jari yang sudah terdeteksi, bukanlah milik Daren Gutama. Melainkan, yang kami yakini adalah rekan dari pria itu." ujar Polisi Beni menyerahkan hasil tes sidik jari kemarin.
"Detektif masih mencari informasi mengenai hal ini, kami akan segera memberitahu jika sudah menemukannya." ujar Polisi Beni.
Clara mengangguk paham. "Ada dimana Daren Gutama?" tanya Clara.
"Dia sedang berada di ruang interogasi. Kami sudah berusaha untuk mengorek informasi darinya mengenai hal ini. Namun, dia masih saja terus bungkam dan tidak mau mengatakan apapun." jawab Polisi Beni.
Clara mengepalkan tangannya erat, matanya berkedut emosi.
"Kami sudah menggertaknya, bahkan melepaskan peluru ke dinding didekatnya. Tapi dia sama sekali tak bereaksi apapun." ujar Polisi Beni lagi.
"Sepertinya kita harus melakukan sesuatu, agar dia tidak bungkam lagi, Pak." ujar Clara.
"Kau benar. Saya akan mencari cara lain agar dia mau membuka mulutnya," balas Polisi Beni.
Mereka berdua kemudian berjalan keluar dari sana menuju tempat dimana Daren di interogasi.
Di sebuah ruangan sempit, minim cahaya, bermodalkan satu lampu gantung kecil di atasnya, dan kursi hitam dibawah lampu tersebut. Disanalah Daren duduk, dengan posisi tangan diborgol.
Clara melangkah maju menghadap pria itu. Ia lalu mencengkram dagunya dengan ekspresi dingin.
"Pembunuh!" sentak Clara membuat wajah Daren tertoleh ke samping.
Daren tersenyum menyeringai menatap Clara. Membuat gadis naik pitam.
"Sialan!" umpat Clara.
Plak!
Clara menampar pipi pria itu dengan penuh amarah. Membuat sang empu meringis sembari menatapnya tajam.
"Siapa anda sebenarnya?!" tanya Clara dengan nada yang mulai meninggi.
Daren tetap diam, tak menjawab pertanyaan Clara. Matanya terus menatap gadis itu remeh.
"Bicara sialan! Jangan diem aja!!" bentak Clara menatap tajam Daren.
Daren tersenyum menyeringai.
"Dasar bocah sialan!" gumam Daren.
"Anda bilang apa?!" teriak Clara emosi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Clara dan Lukanya (Selesai)
Teen Fiction"𝙺𝚞 𝚋𝚒𝚊𝚛𝚔𝚊𝚗 𝚕𝚞𝚔𝚊 𝚒𝚗𝚒 𝚝𝚎𝚛𝚞𝚜 𝚖𝚎𝚗𝚓𝚊𝚕𝚊𝚛. 𝙷𝚒𝚗𝚐𝚐𝚊 𝚜𝚊𝚖𝚙𝚊𝚒 𝚠𝚊𝚔𝚝𝚞𝚗𝚢𝚊 𝚝𝚒𝚋𝚊, 𝚊𝚔𝚞 𝚝𝚊𝚔 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚛𝚊𝚜𝚊𝚔𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊 𝚕𝚊𝚐𝚒." • • • "Aku adalah luka yang tak pernah sembuh." Clara Devantara. Gadis...