Happy reading..
"Laudi!"Laudi menoleh saat mendengar seseorang memanggil namanya. Di sana, terlihat Geo sedang berlari menghampirinya.
Saat ini, gadis itu tengah berada di parkiran seraya menunggu Riri. Rencananya mereka akan menjenguk Clara sore ini.
"Lo pulang bareng siapa?" tanya Geo saat sampai dihadapan Laudi.
Laudi mengerutkan kening bingung. Meskipun Geo dan Leo kembar, ia bisa membedakan keduanya. Leo memiliki tahi lalat di bawah bibir, sedangkan Geo di hidungnya.
"Bareng Riri," jawab Laudi.
"Lo mau jenguk Clara kan?" tanya Geo. Membuat Laudi kembali mengerutkan keningnya.
"Kok lo tau?"
"Tuh si Riri yang bilang," tunjuk Geo pada Riri yang sedang berjalan beriringan dengan Tania dan teman-teman pemuda itu.
Laudi menatap Riri datar.
"Sama gue aja," ujar Geo meraih tangan Laudi, sang empu segera menepisnya. "Eh maaf!" ucap Geo seraya mengelus leher bagian belakangnya, canggung.
"Oii Ge! Ngapain lo?" tanya Bima menghampiri Geo dan Laudi.
"Kagak ngapa-ngapain!" elak Geo.
"Mereka pengen ikut, gapapa kan?" tanya Riri pada Laudi. Sang empu hanya mengangguk pasrah.
"Lo bareng siapa Ri?" tanya Geo.
"Tania, kenapa emangnya? Lo mau bareng dia?" tanya Riri jahil sembari menatap Laudi. Membuat gadis itu melotot tajam ke arah Riri. Sedangkan Riri terkekeh pelan melihatnya.
"Gue bareng lo!" sergah Laudi menarik tangan Riri menuju parkiran. Riri seketika meledakkan tawanya.
Mereka geleng-geleng melihat tingkah Riri, ada-ada saja!
"Sabar ya bro!" ujar Bima merangkul bahu Geo yang tampak murung.
"Yoi bro! Gue anti galau-galau kok." balas Geo kembali bersemangat.
"Bareng gue kan?" tanya Dion sekali lagi pada Tania.
Tania mengangguk sambil tersenyum malu-malu, membuat Dion gemas melihatnya.
Mereka kemudian melangkah ke motor masing-masing, lalu setelahnya, pergi meninggalkan pekarangan sekolah menuju rumah Dokter Ari, tempat Clara tinggal.
***
Clara duduk di sofa ruang tamu sembari memencet tombol remot televisi. Gadis itu sangat bosan karena tidak tahu harus melakukan apa.
Ia mengusap lengannya pelan. "Kapan sih lo sembuhnya?" tanyanya, kemudian kembali menatap bosan televisi.
"Ini non cemilannya," ujar Bi Nina meletakkan cemilan yang diminta oleh Clara tadi. Disamping piring cemilan itu, Bi Nina juga meletakkan minuman favorit Clara, es matcha.
"Makasih Bi," sahut Clara. Gadis itu lalu meminum es matchanya dengan khidmat.
Gedubrak!
Clara menoleh saat mendengar suara bising dari arah pintu depan. Bi Nina segera berlari membuka pintu dan memeriksanya.
Clara terlihat celingukan dari sofa, ia penasaran siapa itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Clara dan Lukanya (Selesai)
Teen Fiction"𝙺𝚞 𝚋𝚒𝚊𝚛𝚔𝚊𝚗 𝚕𝚞𝚔𝚊 𝚒𝚗𝚒 𝚝𝚎𝚛𝚞𝚜 𝚖𝚎𝚗𝚓𝚊𝚕𝚊𝚛. 𝙷𝚒𝚗𝚐𝚐𝚊 𝚜𝚊𝚖𝚙𝚊𝚒 𝚠𝚊𝚔𝚝𝚞𝚗𝚢𝚊 𝚝𝚒𝚋𝚊, 𝚊𝚔𝚞 𝚝𝚊𝚔 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚛𝚊𝚜𝚊𝚔𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊 𝚕𝚊𝚐𝚒." • • • "Aku adalah luka yang tak pernah sembuh." Clara Devantara. Gadis...