bab 35

5 4 1
                                    

Happy reading 💐

  Dalam sebuah ruangan putih seorang remaja laki-laki tengah terbaring tak sadarkan diri. Entah sudah berapa lama anak itu pingsan. Terlihat pergerakan kecil darinya, dan perlahan-lahan matanya mulai terbuka. Dengan pandangan samar-samar dia mencoba untuk berdiri sembari memegangi kepalanya yang terasa pening. Setelah pandangannya kembali normal; dia dibuat terkejut dengan ruangan serba putih. Tidak ada satupun jendela hanya ada sebuah pintu besi putih dan juga kursi berwarna putih. Remaja laki-laki bernama Abe itu meraung-raung meminta untuk dibebaskan. Dia kembali melihat pakaiannya yang sudah berganti. Tidak ada lagi seragamnya hanya baju putih yang melekat pada tubuhnya.

Abe bertanya-tanya ada di mana dia sebenarnya? Mengapa dirinya bisa berada di sini? Abe berlari menuju pintu. Dia mencoba mengintip dari sela-sela jeruji berbentuk persegi panjang yang ada di bagian atas pintu. Berhubung Abe memiliki badan tinggi, jadi dia tak begitu sulit untuk meraihnya. Abe terus berteriak; tak ada satupun yang menjawab hanya ada lorong putih sejauh mata memandang. Merasa lelah dengan aksi memberontak nya; dia menendang pintu lantas kembali dan mendudukkan dirinya dikursi.

Abe tak menyerah begitu saja, dia terus berusaha memikirkan segala cara agar bisa kabur dari tempat ini. Abe menoleh ke sana-kemari mencari sesuatu. Semuanya nihil tak ada apa pun hanya dinding putih. Tidak ada jam, jendela, dan toilet. Hanya ruangan persegi putih. Abe tak tahu sudah pukul berapa sekarang. Apakah sudah pagi hari ataukah malam hari?

Abe melupakan sesuatu!! Dia menoleh ke arah sebuah kaca dinding yang cukup besar dan lebar. Dia mulai berjalan mendekati kaca tersebut. Apakah itu cermin? Abe mencoba untuk menyentuh cermin itu. Dia hendak memastikan apakah ini cermin dua arah.

Belum sempat jari telunjuk Abe menyentuh kaca cermin, terdengar suara ketukan dari arah pintu. Abe menoleh; pintu terbuka memperlihatkan seseorang yang dia kenal beberapa jam yang lalu, mungkin? Pria itu mendekat ke arah Abe dengan membawa sebuah nampan berisi semangkuk bubur putih dan segelas air putih.

Tanpa aba-aba Abe menyerang pria itu dengan bringas hingga nampan berisi bubur putih itu terjatuh berserakan. Abe terus meraung keras meminta kebebasan. Pria itu sangat kewalahan menghadapi serangan Abe. Dengan sigap pria itu mengeluarkan sebuah alat kejut listrik (stun gun) dan disengatkan pada tubuh Abe hingga dia tak dapat lagi memberontak. Dia terkejut hingga kehilangan keseimbangan akibat dari arus listrik stun gun yang tercampur dengan sistem listrik tubuhnya. Namun Abe tidak sampai mengalami cedera berat karena arus listriknya yang sangat rendah.

"Astaga, nak. Kau sangat agresif sekali," ujar pria itu sembari terkekeh menyeka darah yang berada di sudut bibirnya. Abe menatap pria itu dengan nyalang. Karena efek durasi dari stun gun yang tidak pasti dan hanya dapat melumpuhkan beberapa saat saja. Kini Abe kembali berdiri dan langsung menarik kerah baju pria itu.

"BRENGSEK!! KELUARIN GUE DARI SINI!!! DI MANA TEMEN-TEMEN GUE?!!!" Pria bernama Langit itu hanya diam tak berniat untuk mengeluarkan sepatah kata pun membuat Abe geram.

"Lihatlah, nak. Kau membuat makanan yang sudah kubuat berserakan begitu saja, itu tidak baik." Langit melepaskan cengkraman tangan Abe dari kerah bajunya lantas memungut pecahan mangkuk dan gelas dilantai.

"Tempat apa ini? Kenapa lo bawa gue ke sini?" tanya Abe dengan tak sabar. Langit hanya bisa tersenyum lalu berdiri.

"Jangan melempar makanan sembarangan seperti itu. Kau butuh asupan setelah tiga hari tak sadarkan diri." Bukannya menjawab pertanyaan Abe; Langit malah mengalihkan pembicaraan. Abe terkejut ketika mendengar kalimat terakhir Langit.

"Maksud lo apa?!! Gue pingsan selama tiga hari?!! Jam berapa sekarang?" Abe terus mendesak Langit dengan beribu pertanyaannya.

"Sekarang pukul 20.22 malam. Nikmati tempat barumu. Aku akan mengambil makanan untukmu. Tak perlu khawatir kau akan segera dibebaskan, mungkin?" Langit langsung melenggang pergi setelah selesai membereskan bubur yang tadi tumpah ruah.

Silhouette (slow update) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang