Happy reading 💐
"Segera gagalkan rencana mereka. Apa pun yang terjadi kau harus tetap membuatnya aman. Terus selidiki setiap pergerakan mereka." Kirei mengangguk mengerti dengan perintah dari seseorang di sebrang sana. Setelah menyanggupinya Kirei lantas menutup sambungan telepon sepihak.
Kirei berjalan tergesa-gesa menuju ruang kerjanya. Dia kembali membuka dokumen hasil pengumpulan data bukti-bukti dari kasus yang hendak dia selidiki bersama dengan anggotanya. Kirei langsung memanggil salah satu anggotanya yang berada di ruangannya tersebut. Kirei menyerahkan dokumen tersebut agar segera diberikan pada kepala organisasi. Kasus ini akan segera selesai dan dirinya akan segera terbebas dari tugas-tugas yang menumpuk itu.
Kirei sedikit menyesal karena telah bergabung dalam organisasi rahasia, karena otomatis tugasnya akan semakin bertambah. Akan tetapi tidak apa setidaknya dia ada kesibukan yang membuatnya berhenti memikirkan hal yang tak penting.
Ah iya, dirinya lupa akan sesuatu, apa itu? Astaga dirinya baru mengingat bahwa dia ada janji temu dengan ketiga teman Abe. Kirei bergegas pergi ke ruangan meja bundar. Ruangan itu masih satu tempat dengan markas rahasia mereka. Seperti yang sudah dijanjikan; Kirei melihat mereka bertiga sudah duduk rapi menunggu kedatangan Kirei.
"Maaf gue terlambat lima menit, banyak kerjaan yang harus gue selesaikan." Mereka bertiga hanya mengangguk sebagai jawaban. Tanpa basa-basi lagi mereka berempat segera membahas mengenai hilangnya Abe.
"Sudah tiga hari nggak ada kabar dari Abe. Gue belum menemukan petunjuk apa pun," ujar Kara lesu. Dari raut wajahnya terlihat jika dirinya tengah merasa bersalah atas kejadian malam itu. Jika saja dia tidak ceroboh dan mungkin ini semua tidak akan terjadi. Kara terus mengutuk dirinya. Akari yang berada di samping Kara dengan cepat bisa menyadari apa yang tengah Kara rasakan. Akari menggenggam jemari Kara berusaha menenangkannya.
"Ini baru tiga hari, kita nggak boleh nyerah gitu aja! Masalah ini nggak akan bertahan lama," Kirei menjeda kalimatnya sejenak.
"Pada akhirnya para siswa akan bertanya-tanya tentang kepergian Abe yang tiba-tiba," lanjut Kirei dengan logis.
"Ya udah, kita demo aja." Pekik Barra yang juga dapat anggukan setuju dari Kara.
"Gue setuju sama kata Barra. Dengan pemberontakan yang kita buat itu akan cukup membuat Miss Katherina tak berkutik." Kirei menggeleng. Bagaimanapun juga Miss Katherina sudah pasti telah memikirkan konsekuensi ini dengan matang. Kirei yakin betul kalimat ancaman yang dia lontarkan bukan hanya sebuah ancaman biasa. Miss Katherina sudah jelas akan memprediksikan bahwa hal semacam ini akan terjadi, dan dia pasti sudah mempersiapkan itu.
"Kita nggak boleh gegabah. Masalah ini sama sekali belum tersebar di penjuru sekolah. Hanya kelas 11 IPS 1 saja yang menyadari kejanggalan tersebut. Bahkan sekalipun masalah ini berlanjut lama, mereka akan menganggap bahwa masalah ini hanya sebatas rumor yang tidak pasti," ujar Kirei memperingati mereka dengan tegas. Masalah ini bukan lagi masalah wajar sebagaimana mestinya seorang guru menghukum murid. Hilangnya Abe sudah pasti bukan lagi karena dihukum atas kenakalannya tapi karena ada sesuatu.
"Bener apa yang dibilang kak Kirei, kita nggak boleh gegabah. Bukannya sebelumnya sekolah kita pernah gempar tentang hilangnya Kakak kelas kita, tapi akhirnya seiring berjalannya waktu mereka sudah lupa akan hal itu dan memilih diam tak membahas apa pun baik mengenai kepala sekolah ataupun hilangnya kakak kelas itu," kini Akari menimpali.
"Lalu kita harus bagaimana? Miss Katherina terus mengawasi kita bertiga membuat pergerakan kita tidak leluasa." Barra menghela nafas lesu. Apa pertemuan ini hanya akan berakhir sia-sia?
"Kita akan membebaskan Abe! Bagaimanapun caranya. Kita pasti akan menemukan pentunjuk," tegas Kirei, meyakinkan mereka. Tanpa sepengetahuan siapapun Kirei sudah menduga kalau mereka tengah membawa Abe kesuatu tempat. Namun semua itu hanya sebatas dugaan mengingat apa yang sudah terjadi di masa lalu. Apa dirinya telah melupakan sesuatu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Silhouette (slow update)
Mystery / ThrillerAbercio seorang remaja laki-laki berusia 16 tahun si biang kerok, panggil saja Abe. Dia terkenal bandel dan susah di atur, banyak guru di sekolahnya yang angkat tangan menghadapi sikap dan kelakuan Abe. Kedua orang tuanya sibuk dengan pekerjaan masi...