Happy reading 💐
Percakapan di taman tadi membuat Abe terus kepikiran dan bertanya-tanya. Jangan lupa Abe selalu punya rasa keingintahuan yang tinggi alias penasaran. Bagaimana mungkin seorang kepala sekolah begitu amat di rahasiakan identitas dan sosoknya.
Abe berniat mencari tau seluk-beluk tentang sekolah ini. Satu tempat yang ada dalam pikirannya adalah perpustakaan. Tidak mungkin, jika di sana tidak ada buku tentang sejarah berdirinya sekolah ini. Di tengah koridor yang sepi Abe berjalan selangkah demi selangkah menuju perpustakaan.
Entahlah dirinya sendiri pun bingung, kenapa dia punya rasa penasaran yang tinggi. Abe tidak akan bisa tidur dengan nyenyak jika dia sama sekali belum menemukan titik terang. Di tengah perjalanannya, matanya tak sengaja melihat cewek yang pernah mengajaknya berkeliling sekolah. Cewek itu sedang berdiri di hadapan seorang pria setengah baya. Abe bisa meyakini bahwa pria itu adalah seorang guru terlihat dari seragam batiknya. Ditatapnya kedua orang yang berdiri membelakangi nya. Abe terus menatap setiap gerak-gerik mereka. Merasa ada yang tidak beres Abe langsung bersembunyi di balik dinding koridor yang tepat berada di sampingnya. Koridor cukup sepi, sehingga bisa mendengar apa yang dikatakan oleh mereka. Dia mengintip dari balik dinding. Abe bisa melihat pria yang berstatus jadi guru itu tengah mengancam cewek itu. Pria itu mencengkram dengan kuat lengan cewek itu.
"Turuti saja apa kataku anak bodoh, jika kamu ingin mendapatkan nilai yang bagus, maka lakukanlah apa yang aku perintahkan. Jika tidak, terpaksa semua nilai ini akan aku beritahu pada orang tuamu" Kirei terus berusaha melepas cengkraman tangan dari wali kelas di depannya. Air matanya mengalir karena rasa sakit, dan ketakutannya terhadap kemarahan orang tua dan orang ini.
"Saya mohon pak Hayam, jangan beritahu papa sama mama. Saya akan belajar dengan giat dan menuruti semua perintah bapak, tapi saya mohon jangan paksa saya untuk melakukan itu pak" Kirei terus memohon dengan air mata yang mengalir deras di pipinya. Melihat Kirei menangis membuat Hayam geram. Rahangnya mengeras menahan amarah. Tangannya mulai meraih sehelai rambut kirei, dan menjambaknya.
"AKU TIDAK PEDULI!!! BERHENTILAH MENANGIS ANAK SIALAN" Kirei hanya bisa menangis sembari meringis menahan sakit di kepalanya. Kapan dia bisa bebas dari Hayam, diapun tak tau. Hayam begitu banyak membantunya dan keluarganya.
Dari balik dinding tangan Abe mengepal kuat, nafasnya tak beraturan dan rahangnya mulai mengeras menahan amarah hingga otot-otot dilehernya bermunculan. Abe tidak tau dimana akar permasalahan mereka, tapi Abe sama sekali tidak bisa mentolerir siapapun pria yang berlaku kasar terhadap wanita. Abe mulai memberanikan diri melangkah ke arah mereka, dengan cepat Abe merubah ekspresi wajahnya menjadi tenang dan datar. Hayam yang menyadari ada langkah kaki yang mendekat kearahnya, dengan cepat pula Hayam mengubah ekspresi dan melepaskan jambakannya. Hayam mengelus-elus rambut Kirei. Menyadari perubahan Hayam kirei hanya bisa mencoba terlihat baik-baik saja, seolah tak terjadi apapun.
"Selamat sore pak, maaf bila menganggu. Saya ada perlu dengan kirei, Bu Pita meminta saya untuk memanggil kirei" ucap Abe pada Hayam dengan ramah, lalu beralih menatap Kirei dan menggenggam tangan Kirei. Hayam hanya bisa mengangguk dan mempersilahkan Abe untuk membawa Kirei. Melihat persetujuan dari Hayam tanpa basa-basi lagi Abe langsung menarik tangan kirei membawanya pergi menjauh dari Hayam.
Kirei menoleh kearah Hayam yang tengah melototi nya memberi isyarat untuk tidak membuka suara mengenai hal tadi.
"Lo baik-baik aja kan? Lo habis nangis ya" tanya Abe basa-basi, padahal dia mengetahui kejadian yang dialami oleh Kirei. Mendengar itu kirei mulai menghapus sisa air matanya.
"Hehe iya, gue abis nangisin nilai gue haha. Tapi gue baik-baik aja kok, santai aja" katanya sembari terkekeh kecil. Abe terus menatap kirei dengan intens, dia tau cewek ini sedang berbohong. Dia melihat semua itu, tapi Abe sama sekali tak ingin membahasnya, takut bila Kirei akan merasa tidak nyaman.
"Oh iya, emang Bu Pita ada urusan apa manggil gue?"
"Ohh soal itu, hehe gak ada, gue cuman iseng aja bawa-bawa Bu Pita. Gue cuman mau ditemenin ke perpustakaan sama lo" jawab Abe dengan menggaruk tengkuknya yang tak gatal lantaran merutuki alasannya yang amat konyol.
"Hahaha ada-ada aja lo, ke perpustakaan aja minta ditemenin" ledek Kirei. Abe hanya bisa tersenyum canggung menanggapinya, malu? Tentu saja dia malu.
"Gue takut nyasar" mendengar perkataan Abe, Kirei hanya bisa tertawa dan menggeleng pelan. Mereka berdua pun jalan menuju perpustakaan. Hingga sampailah mereka di perpustakaan. Mereka mulai masuk kedalam perpustakaan. Abe sangat bingung saat ini, dimanakah dia akan memulai mencari letak buku itu. Apa mungkin ada? Buku disini terlalu banyak. Abe memulai melihat-lihat buku di rak pertama, begitupun Kirei yang memilih ke arah rak bagian tengang. Abe terus mencari mulai dari rak paling ujung, rak bagian tengah rak bagian belakang yang menempel di dinding, rak bagian atas. Dia harus menaiki tangga untuk mengambil buku bagian atas. Saat tengah sibuk mencari buku di bagian atas, ada sebuah buku yang bertuliskan silhouette high school. Senyum Abe mulai mengembang ketika mendapati buku yang dia cari. Tapi senyumnya hilang saat membuka buku tersebut. Isinya hanya tentang data diri murid-murid dari angkatan 18. Abe hanya bisa menghela nafas lelah.
"Gimana, lo udah Nemu buku yang lo cari? Gue udah nih" seru Kirei dari bawah yang di balas gelengan oleh Abe. Dia mulai menuruni tangga dengan rasa kecewa.
"Emangnya Lo nyari buku apa an?"
Abe bingung harus bilang atau tidak, tapi siapa tau jika dia bertanya sama Kirei bakalan menemukan petunjuk lain atau bisa di bilang, Kirei tau tentang silhouette high school.
"Mmm jadi gini Rei, gue pengen tau soal sejarah berdirinya silhouette high school, gak tau aja, tapi gue bener-bener pengen tau banyak hal tentang sekolah ini, kapan awal berdirinya, siapa orang yang mendirikannya"
Kirei tidak merespon sama sekali. Dia diam sesaat, lalu menatap Abe dengan serius. Abe yang ditatap seperti itu, mengangkat sebelah alisnya heran.
"Lo gak akan bisa nemuin apa pun disini, buku itu gak ada. Mereka merahasiakan semua hal tentang silhouette high school" Kirei menjeda perkataannya sejenak.
" Jangan mencari tau terlalu jauh, lo bisa tenggelam di dalamnya"
Abe mengerutkan alisnya heran dan tidak mengerti maksud dari perkataan Kirei. Kenapa mereka harus merahasiakannya? Siapa sebenarnya si tanpa nama? Seperti apa sosoknya. Kepala Abe dipenuhi dengan sebuah pertanyaan yang tidak bisa diketahui oleh dirinya. Abe melihat belakang punggung Kirei yang mulai berjalan menjauh. Kirei menoleh kearah Abe sesaat yang juga tengah menatapnya. Dia kembali menoleh kearah depan lalu mulai menyeringai, meninggalkan Abe yang tengah kebingungan dan heran. Sebenarnya apa maksud dari perkataan Kirei?.
Sepertinya malam ini Abe tidak akan bisa tertidur nyenyak. Dia mulai melangkah keluar perpustakaan. Suasana koridor yang sepi membuat Abe semakin terbawa suasana dan tenggelam dalam lautan pikirannya sendiri.
"Ya udah sih, sekarang lo gak perlu penasaran lagi Abe. Mungkin yang di bilang Rei itu sebuah peringatan" monolognya meminta dirinya untuk tidak penasaran dengan apa pun lagi. Tapi gak bisaa!!! Abe mengacak rambutnya frustasi. Dia terus mengumpat dalam hati karena rasa penasarannya yang tinggi. Persetan dengan semua rasa penasaran itu, Abe hanya ingin cepat lulus dan pergi dari tempat ini.
TBC
Sampai jumpa di bab berikutnya ya :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Silhouette (slow update)
Mystery / ThrillerAbercio seorang remaja laki-laki berusia 16 tahun si biang kerok, panggil saja Abe. Dia terkenal bandel dan susah di atur, banyak guru di sekolahnya yang angkat tangan menghadapi sikap dan kelakuan Abe. Kedua orang tuanya sibuk dengan pekerjaan masi...