Happy reading 💐
"Kar, lo yakin kita lewat sini? Firasat gue gaenak", ujar Abe ragu, dia masih bergeming ketika Kara menariknya untuk melangkah. Kara sudah yakin di sini aman.
"apa yang ngebuat lo ragu?", tanya Kara mendesak Abe, karena waktu mereka tidak banyak. "Waktu kita terbatas, jangan sampai kita buang-buang waktu barang sedetikpun, lo tau kan sistem sekolah ini kayak gimana, kita harus bergegas pergi, Abe. Percaya sama gue".
"Kalo percaya sama lo mah namanya musyrik, Kar", jawab Barra dengan cepat, Kara langsung menjitak kepala Barra. Anak ini emang gak pernah bisa diajak serius, ada aja ulahnya yang bikin orang gemas ingin melemparkannya ke laut lepas sana.
Barra hanya bisa mengaduh kesakitan sembari mengelus-elus kepalanya penuh sayang. Dia khawatir akan timbul benjolan yang amat tidak estetik, dan menurunkan kadar ketampanannya.
"Entahlah gue nggak yakin, rasanya kayak kita bakal ketemu sama hal yang jauh lebih buruk, daripada melewati puluhan petugas itu".
"Kita udah dipertengahan jalan, sangat nggak memungkinkan buat kita balik ke jalan awal". Kali ini Abe hanya bisa menurut saja, karena hanya Kara yang tau betul mengenai denah silhouette high school. Namun sayangnya Keyakinan Kara keliru besar, dia melupakan bahwa di area gedung sekolah terpasang CCTV.
Mereka bertiga terus berjalan, sesekali mereka melihat kesana-kemari memastikan bahwa tidak ada siapapun di sana. Mereka sudah melewati taman baca tepatnya di sebelah barat gedung sekolah. Sebentar lagi mereka akan sampai di gedung olahraga hanya butuh waktu 5 menit untuk bisa sampai. Namun sebelum mereka sampai ipad Kara menunjukkan sebuah notifikasi, terlihat satu titik biru yang tengah berjalan mengarah ke mereka.
titik biru itu semakin mendekat, mereka bertiga kebingungan mencari tempat untuk bersembunyi, mereka memilih berlari tanpa menoleh kebelakang. Hanya itu satu-satunya cara untuk menyelamatkan diri.
Melihat ada sosok orang, petugas yang baru saja keluar dari gedung sekolah, mulai mengejar.
"Heii, berhenti!! PENYUSUP!", teriaknya sembari berlari mengejar Abe, Barra, dan Kara yang dia sebut sebagai penyusup. Dia mulai menghubungi rekan kerjanya yang lain lewat walkie talkie. Abe, Barra dan Kara terus berlari, kurang 1km lagi mereka akan sampai di gedung olahraga. Barra menoleh kebelakang, dia melihat petugas itu semakin dekat, bahkan sekarang bertambah 8 petugas.
"AAAA MAMAAA!! Abe, Kara, mereka bertambah banyak!!", teriak Barra sambil membasuh peluh diwajahnya. Saking lelahnya Barra sampai tidak fokus hingga jatuh tersungkur. Dengan cepat Abe menolong Barra, membantunya berdiri. Kara terus mendesak mereka berdua agar cepat-cepat berlari.
Melihat salah satu dari penyusup itu jatuh, mereka (petugas keamanan) langsung menambah kecepatan larinya. Barra semakin panik, dia berlari dengan sedikit terseok-seok. Dalam kondisi seperti ini, Kara berusaha fokus, dan berfikir bagaimana caranya agar mereka bisa selamat. Namun naas, belum sempat Kara menemukan ide, dari arah timur terlihat belasan petugas berlari kearah mereka bertiga.
Mereka terkepung dari arah depan dan belakang, mereka tidak bisa lari. Puluhan petugas itu mulai menggeromboli mereka bertiga, salah satu dari petugas itu membawa senjata berupa pistol. Dengan nafas tersengal-sengal mereka bertiga menatap kearah puluhan petugas tersebut. Mereka bertiga tidak tau harus berbuat apalagi.
Ketiga petugas yang membawa pistol, mulai menodongkan pistol tersebut kearah Abe, Barra dan Kara.
"Angkat tangan kalian!! Siapa kalian?! Buka masker kalian!!", tanyanya penuh dengan intimidasi. Tidak ada satupun dari mereka bertiga yang membuka suara. Mereka bertiga tidak memiliki niatan untuk menjawab pertanyaan beruntun darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silhouette (slow update)
Mystery / ThrillerAbercio seorang remaja laki-laki berusia 16 tahun si biang kerok, panggil saja Abe. Dia terkenal bandel dan susah di atur, banyak guru di sekolahnya yang angkat tangan menghadapi sikap dan kelakuan Abe. Kedua orang tuanya sibuk dengan pekerjaan masi...