bab 30

11 4 0
                                    

Happy reading 💐

Abe mondar-mandir, dia begitu cemas dan gelisah. Baru saja dia mendapatkan kabar bahwa ayahnya tengah dilarikan ke rumah sakit. Barra yang melihat Abe begitu cemas, langsung saja menenangkan Abe sekaligus bertanya, hal apa yang berhasil membuatnya gelisah.

"ada apa? kenapa lo keliatan cemas?"

"bokap gue Ra! Bokap gue masuk rumah sakit, please anterin gue ke ruang Miss Katherina, gue mau minta izin buat jenguk papa di rumah sakit" air mata Abe berhasil meluncur, baru kali ini dia terlihat rapuh di hadapan orang lain. Barra yang melihat itu, hanya bisa menenangkan Abe dan memeluknya, mengusap-usap punggung Abe.

Barra turut prihatin dengan kabar buruk yang tengah di alami Abe.

"gue bakal anterin lo kok, sekarang lo tenang, bokap lo pasti bakalan baik-baik aja".

Beruntung kondisi kelas sepi jadi tidak ada yang melihat Abe menangis selain Barra. Akari dan Kara yang baru saja datang membawa makanan dari kantin langsung bertanya-tanya, kenapa Abe menangis. Barra hanya memberi isyarat untuk mereka diam dan tak bertanya.

mereka berdua hanya mengangguk, dan duduk di samping Abe. Mereka berdua tak tau menahu apa yang tengah terjadi, hingga Abe menangis.

Dirasa Abe mulai cukup tenang, dan juga mulai berhenti menangis. Akari memberanikan diri untuk bertanya.

"Abe, kamu kenapa menangis?" tanyanya dengan lembut, Abe menatap Akari dengan mata berkaca-kaca.

"papa... papa gue masuk rumah sakit"

"kalian bertiga bisa kan bantu gue buat izin ke Miss Katherina?"

"kita pasti bantu kamu kok"

"tapi emang kalian yakin, Miss Katherina bakal ngizinin?" ujar Kara tidak yakin, membuat Abe mengerutkan dahinya.

"maksudnya?"

"apa kalian lupa, sekolah ini sama sekali gak ngizinin muridnya keluar masuk sekolah, bahkan siswa-siswi yang sakit pun gak di bolehin buat sekedar keluar ke rumah sakit"

"tapikan gak ada salahnya kita mencoba kar, kamu gimana sih"

"iya nih, harusnya lo jangan mikir gitu dulu dong kar, kasian Abe noh" Barra menonyor kepala Kara dengan keras membuat sang empu mengadu kesakitan.

Abe sama sekali tak memberi reaksi apapun, ekspresi wajahnya kembali datar. Dia langsung berdiri dari duduknya, membuat mereka bertiga refleks menatapnya.

"gue mau ke ruangan Miss Katherina" ujarnya dingin, lalu meninggalkan mereka bertiga. Mereka bertiga saling pandang, lantas ikut mengejar Abe.

Sesampainya di ruangan Miss Katherina, Abe tanpa basa-basi langsung mengatakan alasan yang membawanya ke ruangan Miss Katherina.

"Ada apa Abe? Apa ada suatu masalah yang ingin kamu bicarakan dengan saya?"

"iya Miss, saya kemari hendak meminta izin untuk ke rumah sakit, saya mendapat kabar bahwa papa saya dilarikan ke rumah sakit, jadi saya dengan penuh harap anda mengizinkan saya keluar menjenguk papa saya"

"ohh, saya turut prihatin, semoga papamu lekas sembuh, namun sangat disayangkan Abe, di sekolah ini tidak di izinkan muridnya keluar sekolah dalam bentuk alasan apapun, maaf saya tidak bisa membantu banyak, karena ini peraturan sekolah yang sudah di tetapkan"

Abe tak habis pikir dengan peraturan sekolah ini, peraturan macam apa itu!! Bagaimana mungkin seorang murid tak diizinkan keluar sekolah, padahal ini kondisi yang darurat.

"Anda adalah seorang wakil kepala sekolah bukan? Bagaimana mungkin anda sama sekali tidak menolak ketika peraturan tak berguna itu ditulis. Apakah anda tidak memiliki solusi untuk masalah saya yang satu ini?"

Silhouette (slow update) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang