Chapter Three

34.3K 2.2K 68
                                    

Untuk diterima atau tidaknya ketika membaur dengan teman-teman baru disini, Anna tidak berekspektasi tinggi. Tapi, satu manusia pemilik gigi gingsul duduk di sampingnya bertepuk tangan untuknya.

"Hai, aku Eva. Senang mengenalmu, Anna! Aku sebelumnya pernah dengar SMP tempatmu bersekolah loh," ungkap Eva antusias.

"Aku Anna, oh sungguh?" Anna memiringkan kepalanya heran.

"Iya, dulu mau masuk ke sana, cuma gak jadi, karena Papa aku pindah tugas saat itu," jelas Eva sambil membetulkan dasi yang miring.

Anna mengangguk paham. Disusul Rani yang baru saja masuk ke dalam kelas usai buang air kecil dan tepat duduk di sebelahnya. "Gimana, masih sakit?" tanya Anna mencemaskan kondisi kaki yang sedikit memar dari balik rok.

"Mendingan," balas Rani lirih. Eva yang pada dasarnya mudah bergaul, ia menjulurkan tangan.

"Aku Eva, lupa gak ngenalin diri," ucapnya dengan wajah sumringah.

Rani menatap datar juluran tangan tersebut sebelum akhirnya menyeletuk.  "Emangnya siapa yang mau kenalan sama kamu?"

"Anjir!" Eva memegang dadanya dramatis. Shock berat.

Tak urung Rani langsung tertawa pelan melihat air muka siswi berambut bondol itu. "Canda, Va. Ambil ginjal amat aku Rani," sahutnya sambil membalas jabatan tangan dan keduanya resmi menjadi teman.

Jam istirahat berbunyi, untuk sesi perkenalan di jeda. Mereka diperbolehkan untuk keluar kelas. Kesempatan ini mereka bertiga habiskan untuk jajan ke kantin.

"Luas banget ya," celetuk Anna menyapu bersih penjuru sudut ruang. Rani mengangguk setuju, lalu meraih masing-masing tangan Anna dan Eva untuk segera mengambil duduk di pojok sebelum keduluan yang lain.

"Pasti lah, orang muridnya bejibun," timpal Eva sambil melangkah.

"Setuju," ucap Rani sembari meluruskan kaki di bawah meja.

Salah satu Mba kantin berjalan ke arah mereka. Memperkenalkan menu apa saja yang disediakan di kantin ini. Masing-masing dari mereka memilih menu yang berbeda, diantaranya Anna memilih satu gelas teh es dengan mi ayam, lalu Rani satu gelas es jeruk dengan bakso, disusul Eva satu gelas air putih dan soto.

"Mohon tunggu sebentar ya," ucap wanita muda tersebut kemudian pamit pergi. Selagi pesanan dibuatkan, mereka bertiga saling bertukar cerita, entah apa saja cerita random milik Eva sampai-sampai mereka berdua tertawa lepas dan menjadi pusat perhatian.

"Ssst, sadar gak sih, kita diliatin sama mereka-mereka," bisik Anna menatap wajah Eva dan Rani bergantian masih dengan kedutan senyum di sudut bibir.

"Astaghfirullah iya, ya," ceplos Rani, mulai mencoba meredakan tawa dan memasang tampang kalem.

Berselang tiga menit, pesanan pun datang. Begitu juga obrolan dihentikan sementara menghindari terjadi keselek berjamaah jika Eva tetap buka suara.

Namun, semakin diam-diaman justru mereka tidak bisa menahan tawa. Padahal, jelas-jelas tidak ada yang patut ditertawakan. Hanya saling tatap, humor langsung anjlok.

Eva lekas berdehem setelah minum. Ia rogoh saku seragam untuk mengambil benda pipih kesayangannya. "Boleh minta waktunya sebentar? Mau ajak foto nih," kelakar Eva menahan tawa hingga gigi gingsulnya keluar.

LUCANNE [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang