Chapter Twenty Eight

6.5K 517 10
                                    

"Anna Tasyia Kusumaningrum!"

Mendengar namanya di panggil, Anna maju ke depan untuk mengambil kertas ulangan. 

"Selamat ya, nilai kamu tertinggi untuk ulangan matematika. Ibu harap kamu bisa mempertahankan dan kalau bisa lebih ditingkatkan lagi belajarnya. Semangat!" ucap ibu Vika selaku guru mapel.

"Terima kasih Bu." Anna tidak bisa menutupi rasa bahagianya melihat angka tertulis di pojok kertas ulangan 98. Bangga akan pencapaiannya yang hampir menyabet nilai 100. Selama ini, nilai matematikanya terbilang cukup stabil, tidak pernah turun dan di bawah KKM.

Tidak henti-hentinya menciumi kertas ulangan sambil berjalan menuju tempat duduk, ia juga tidak terlalu memedulikan tatapan teman-temannya ketika melihat tingkahnya seperti anak kecil. Jejingkrakan. Wajar, lah. Siapa yang gak seneng dapet nilai segitu?

"Kering tuh gigi nyengir mulu," cibir Rani.

Anna menjulurkan lidahnya, "Bodoh amat! Liatin!" tunjuknya dan Rani manggut-manggut,

"Keren!" puji Rani ikutan bangga.

Selang beberapa menit nama Rani dipanggil, dibandingkan dengan nilai Anna, miliknya lebih rendah sedikit, 85.

"Berapa?" tanya Anna.

Rani tersenyum kecut, "Kecil" cicitnya tak bersemangat.

"Ya kecil berapa. Gak mungkin dua puluh kan?" kekeh Anna.

"Nih," kata Rani menyodorkan. Anna menerima lalu melihat perkembangan pojok kanan kertas.

"Bagus kok, kamu hebat!" puji Anna tersenyum cerah.

"Tapi, gak secerdas kamu," ucap Rani pelan.

"Kata siapa? Kamu cerdas, lebih malah. Ingat, kamu juaranya pelajaran ekonomi." Anna mempuk-puk pundak Rani. "Jangan minder gitu ah."

Rani terkekeh, "Masa sih?"

Anggukan mantap Anna berikan. "Aku kurang paham sama pelajaran yang satu itu. Lupa, ya kalo selama ini aku sering minta ajarin kamu kalo pelajaran ekonomi?"

Siswi itu tersipu malu. Ternyata ada sisi membanggakan yang bisa membuat rasa mindernya sirna.

"Untuk anak-anak yang nilainya 70 ke atas, silakan keluar dan yang nilainya 70 ke bawah, silakan kerjakan soal-soal yang ibu tulis, mengerti?"

"MENGERTI BU!"

Bebas. Satu kata membuat langkah terayun menuju kantin. "Bakso?" tanya Anna.

"Boleh," Rani mengangguk-angguk dan mengapit lengan Anna.

"Bu, bakso dua porsi sama es jeruk dua."

"Siap!"

Sembari menunggu pesanan dibuatkan, keduanya sibuk bercerita. Membahas idol KPop pastinya.

"Keren, sumpah!" ucap Rani heboh.

"Iya, aku ngeliatnya ikut takjub," timpal Anna.

Selesai membahas idol KPop, beralih pada per-drakoran yang sedang ramai di bicarakan juga menjadi drama Korea paling romantis dan paling banyak di tonton di aplikasi VIU.

"Tau, gak, sih. Selama nonton tuh drama, aku halu jadi si ceweknya," kata Rani sambil memukul meja melampiaskan gemas.

"Hm, aku juga. Seakan-akan aku yang melakoni adegannya," ucap Anna usai menyeruput es jeruk.

"Keren ya kita," kekeh Rani.

Bakso pesanan mereka datang, obrolan terputus sementara sampai mereka menghabiskan bakso yang kuahnya masih mengeluarkan kepulan asap.

LUCANNE [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang