"Catat saja semuanya dulu, nanti akan saya jelaskan satu per satu.
Walau masih bingung Anna tetap mencatat apa yang Lucanne katakan. Awal-awal ragu, namun semakin kesini ia paham dan manggut-manggut. Setelah merasa yakin, Lucanne pun lepas tangan. Membiarkan gadisnya melanjutkan sendiri mengerjakan tugas.
"Kalo kamu guru di sekolahku, udah pasti murid-murid nya pintar semua," ucap Anna di sela-sela menulis.
"Saya tidak minat mengajar banyak murid, cukup kamu saja," balas Lucanne menimpali sembari duduk bertopang dagu. "Karena satu aja saya sudah bikin saya pusing," imbuhnya tertawa di akhir kalimat.
Baru saja ingin memuji dan salting. Eh, malah begini akhirnya. "Iya deh tau, kalo aku bebal, lemot," ujar Anna memanyunkan bibirnya.
"Saya tidak mengatakan kamu otak bebal, cuma kurang tanggap. Jadinya, saya harus ekstra sabar mengajarimu," jelas Lucanne tidak mau terjadi kesalahpahaman lagi.
"Haha, aku bercanda kok. Lagian juga, kadang aku mikir, kenapa kamu mau ngelakuin itu semua kalo sebenernya ada banyak hal seru bisa kamu lakuin," Anna meletakan pulpen di atas buku. Jemarinya kebas perlu di istirahatkan. "Mengajari itu sangat melelahkan," imbuh Anna.
"Itulah sebab mengapa guru adalah orang tua kedua di sekolah. Tugasnya teramat berat, memastikan anak didiknya berhasil," kata Lucanne ikut mengubah posisi duduk dengan tangan di letakkan di atas meja.
"Bener," timpal Anna menyetujuinya.
"Oleh sebab itu, saya tidak bisa melihat kamu tertekan karena belajar. Saya ingin kamu menikmati prosesnya sehingga menganggap belajar adalah hal menyenangkan."
"Makasih. Btw, udah adzan Isya. Aku shalat dulu."
Anna beranjak mengambil air wudhu. Semuanya selesai tepat waktu dimana adzan berkumandang disitulah Anna rampung mencatat. Sisanya hanya perlu di baca ulang agar saat guru bertanya mudah untuk dia jawab.
Duduk sebentar di depan kipas angin untuk mengeringkan wajah sebelum kembali mengenakan mukena. "Apa liat-liat?" tanya Anna sambil memajukan dagu.
"Terserah saya dong," balas Lucanne dengan raut wajah lempeng.
Bukankah sudah biasa jika Lucanne selalu menatapnya dalam? Tetapi Anna selalu gugup dan mencoba menghindar. Karena tidak aman untuk jantung yang gampang baperan itu.
"Anna, saya mau menonton film di laptop ini, bisakah kamu bantu nyalakan?" tanya Lucanne kurang kerjaan, ingin mencoba hal baru katanya.
"Bentar."
Anna bergegas membuka video, hanya beberapa saja dan sisanya foto. "Film apa?" tanyanya menoleh sembari menawarkan.
"Apa saja yang ada di situ," balas sang hantu tidak mau merepotkan Anna.
"Hehe, kebanyakan drakor. Mau?" tawar Anna. Ya... semenjak kenal dunia perk-pop-an Anna mulai menyelami dunia per-drakoran. Masih menggunakan subtitle Indonesia.
"Yah ... Saya tidak mengerti bahasa mereka," jawab Lucanne tak bersemangat.
"Ada subtitle Indonesia nya kok, kamu tinggal baca aja artinya," terang Anna dengan tangan sibuk mencari drama apa yang cocok untuk Lucanne tonton.

KAMU SEDANG MEMBACA
LUCANNE [TAMAT]
HorreurBukan manusia maupun tokoh fiksi. Dia nyata hanya beda dimensi. Kalau masih ragu sama keaslian ceritanya, jangan terlalu dipikirkan, yang penting menghibur.