"Kamu ke mana aja sih, segala pake acara ngilang lagi," ketus Anna begitu Lucanne menampakkan diri dari balik pintu masuk.
Sang hantu tidak langsung menjawab. Ia hanya tersenyum sambil bergerak menghampiri. "Maaf," sahutnya kemudian.
"Gak mau!" tolak Anna membuang muka.
"Bukankah dapat menimbulkan dosa jika tidak mau saling memaafkan?" goda Lucanne sambil memiringkan kepala menatap wajah Anna yang begitu masam itu.
Ajaib! Detik berikutnya perempuan itu tidak lagi merajuk, melainkan pergi meninggalkan Lucanne sendirian.
Lucanne kembali bersuara. "Saya tidak mau mengganggu waktu belajarmu. Jadinya saya memilih pergi sebentar dan kembali sekiranya kamu sudah selesai. Itu saja, tidak ada niatan untuk keluyuran," jelas Lucanne.
Peka dikit dong, aku tadi lagi belajar dan kesulitan. Aku itu perlu bantuan kamu, huh! batin Anna menggerutu kesal.
"Iya, iya. Lain kali saya akan lebih peka," celetuk Lucanne mengulum tawa. Ingat, ia bisa mendengar suara seseorang walau tidak sempat dikatakan lewat mulut.
Pipi Anna merona seketika. Malu bercampur kesal. "Ish, nyebelin!"
Lucanne hanya tertawa renyah, tapi terdengar begitu menyebalkan bagi Anna sebab ia bertambah malu sekarang. "Dimaafkan?" ulang Lucanne dengan tawa telah mereda beberapa detik lalu.
"Hm, aku maafin," balas Anna jutek.
"Yang ikhlas dong, masa suaranya seperti itu," bujuk Lucanne meraih dagu Anna agar gadis itu mendongak.
"Iya, aku maafin. Awas kalo pergi gak pamit!" ancamnya.
"Siap nona cantik," ucap Lucanne patuh.
Entahlah sebenarnya ini hanya masalah sepele, tetapi berefek luar biasa. Anna memang benar-benar oleng, tidak fokus ketika pelajaran berlangsung.
Semua karena tatapan maut meneduhkan dari bola mata biru se-kelam laut lepas itu. Lihatlah, dia masih saja cengar-cengir tidak jelas, membuat jantung Anna kembali jumpalitan.
"Buka puasa enaknya pake apa, ya?" ucap Anna alih-alih menutupi rasa gugupnya ketika melihat tatapan meneduhkan dari Lucanne.
"Pakai nasi," celetuk Lucanne memberi masukan.
Anna lantas mencibir, "Itu mah makanan pokok, Lucanne!" katanya sedikit kesal. Ini sedang berpuasa mohon jangan uji kesabaran.
Lucanne, dia nyengir.
"Beli buah aja deh," putus Anna karena ingin sekali berbuka dengan buah kurma.
"Ide bagus, saya bantu pilih kan nanti."
Anna beranjak dari atas kasur untuk meraih ponselnya. Kantuk sudah pergi karena Lucanne. Ya, hari ini Anna selalu menyalahkan ruh itu untuk segala bentuk hal.
"Menurutmu mana yang bagus?"
"Menurut saya yang ini, selain harganya terjangkau, tapi paling banyak diminati banyak orang."
KAMU SEDANG MEMBACA
LUCANNE [TAMAT]
УжасыBukan manusia maupun tokoh fiksi. Dia nyata hanya beda dimensi. Kalau masih ragu sama keaslian ceritanya, jangan terlalu dipikirkan, yang penting menghibur.