Ini hari sabtu dan Anna bersiap-siap untuk pulang. Sudah satu bulan lamanya tidak pulang ke rumah. Sepulang sekolah bergegas mengganti pakaian.
"Mau ke mana?" tanya Lucanne melihat Anna mondar-mandir.
Ia menatap sejenak, "Pulang," ujarnya sambil menggaruk pelan alis.
Lucanne membelalakkan matanya, "Pulang, pulang bagaimana? Kamu tidak kembali lagi, begitu?" tanyanya bertubi-tubi tidak ketinggalan wajah cemas bukan main.
"Balik ke kost lah, hari minggu sore," kata Anna setelah memutuskan apa saja yang mau di bawa pulang untuk tidak lagi di taruh di kosannya.
"Saya pikir kamu mau meninggalkan saya sendirian lagi di sini," ungkap Lucanne sudah panik karena Anna mau pulang.
Anna sudah siap untuk pergi. Tidak mendengar apa yang Lucanne katakan tadi. Ia terlalu sibuk mencari kunci motor. "Ikut ga?" tawar Anna.
"Ikut!" seru Lucanne.
Di ajak ke rumah Anna seperti mendapatkan sebuah keberuntungan besar. Sebelum meninggalkan kost untuk satu hari, Lucanne berpesan kepada yang lain. Untuk menjaga kamar kost milik Anna dan tidak membuat keributan atau bentrok dengan penghuni kamar kost lain.
Sepanjang perjalanan Anna bersenandung ria, sudah tidak sabar ingin segera sampai dan bertemu kedua orangtuanya. Sengaja tidak mengabari karena ingin memberikan sebuah kejutan.
Ketika sudah berada di kawasan menuju rumah, Anna menyapa para tetangga yang dulu kerap menegurnya ketika berangkat ke sekolah. Rumah bercat biru adalah pemberhentian selanjutnya.
Pintu terbuka lebar dengan suasana sepi. Mungkin ibu dan ayahnya berada di dalam rumah. Mendengar ada suara kendaraan berhenti di depan rumah, ayah keluar. Memeriksa siapa yang datang.
"Assalamualaikum Ayah!" seru Anna dari luar.
"Putriku pulang, Bu! Anna pulang!" Ayah keluar rumah sambil tersenyum. Ibu yang sedang memasak nasi langsung keluar.
"Waalaikumussalam, Nduk. Kok pulang gak kabar-kabar, sih?" tanya Ayah menerima uluran tangan Anna.
"Hehe sengaja," sahutnya cengengesan.
Ibu langsung memeluk Anna, menghujani kecupan manis di wajahnya. "Pulang gak kasih tau orang rumah. Kamu sehat aja kan? Gak ada sakit atau masalah di sekolah, kan?" tanya ibu seusai memberi kecupan.
"Alhamdulillah aman terkendali. Kalo Anna datang kabar-kabar pasti ibu sama ayah sibuk. Anna gak mau itu, bikin kalian capek," kekeh Anna.
Ibu dan ayah tersenyum, merangkul pundak Anna dan membawanya masuk ke dalam. Ini sudah sangat senja. Kebetulan ibu sedang memasak, Anna berinisiatif untuk membantu.
"Kamu pasti masih capek. Istirahat aja, ibu bisa kok sendiri," tolak ibu.
"Gak capek kok, cuma sejam doang. Biar Anna bantu, ya?" pinta Anna mengambil alih pisau di tangan sang Ibu.
Ibu menghela napas. "Iya boleh. Kamu kupas kulit sayur terongnya."
"Siap!"
Lucanne yang sedari tadi menyimak interaksi antara anak dan orang tua tersenyum tipis. Mengingat dulu nasibnya hampir sama dengan Anna. Di cintai hebat oleh orang-orang terdekatnya. Selalu punya rumah untuk pulang.
Bagaimana dengan kalian manteman? Sama aja, kan nasibnya kayak Anna dan Lucanne?
Obrolan hangat menyelingi aktivitas mereka. Ayah ikut bergabung, tidak mau ketinggalan melihat keakuran antara ibu dan anak. Cewek itu sangat berantusias ketika di tanya tentang sekolah, keseharian di kost dan kesehatannya. Tanpa diketahui ada Lucanne yang menjadi pendengar setia duduk di sebelah Anna.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUCANNE [TAMAT]
HororBukan manusia maupun tokoh fiksi. Dia nyata hanya beda dimensi. Kalau masih ragu sama keaslian ceritanya, jangan terlalu dipikirkan, yang penting menghibur.