Chapter Thirty Two

6.7K 545 44
                                    

"Apakah itu berbahaya, pak?"

Seluruh jamaah sudah keluar, tersisa hanya Anna juga bapak yang biasa dipanggil oleh orang-orang sekitar, 'Ustadz.'

"Kemungkinan besar iya, Nduk. Jadi, benar tebakan Bapak tentang kamu punya hubungan dengan makhluk tak kasat mata?" ulangnya membuat Anna menghela napas.

Jika ini berbahaya maka tidak ada salahnya untuk ia mulai buka suara dan menceritakan semua dari awal. Selang beberapa menit diam, Anna mendongak. "Jadi ... "

Memerlukan waktu selama sejam untuk bisa merampungkan ceritanya dari a sampai z. Bapak tersebut manggut-manggut sesekali beristighfar.

"Begitu pak, apakah saya sudah salah?" tanya Anna lirih.

"Nduk, ini membuat bapak semakin takut," ujar bapak tiba-tiba, Anna ikut menegang di tempat.

"Jika bapak saja takut, apalagi saya. Jadi, solusi yang tepat apa untuk saya apa Pak?" desak Anna. Ia seperti tersengat listrik dan teringat, jika selama ini ia tidak pernah dekat atau dikabarkan berpacaran dengan siapapun. Sendiri.

"Ini saran paling ampuh jika nduk mau," katanya bagaikan teka-teki yang perlu sekali Anna pecahkan saat itu juga.

"Apa itu Pak?" tanyanya tak sabaran.

"Ruqyah. Dengan cara ini, Insya Allah manjur dan aura gelap di wajah nduk perlahan hilang," katanya.

"Kalau memang itu jalan satu-satunya, okelah Pak saya mau," balas Anna tanpa pikir panjang. Entah mengapa setelah selesai shalat pikiran Anna terbuka lebar dan menyetujui apapun yang dikatakan oleh pria itu.

"Nduk yakin?"

"Yakin, seratus persen yakin."

"Baiklah."

"Kapan akan kita lakukan, Pak?"

"Sekarang."

"Sekarang? Baik, Anna mau."

Ruqyah di mulai, untuk awal-awal Anna tidak merasakan apa-apa. Semua tenang, seiring bacaan doa yang semakin banyak barulah Anna merasakan sensasi aneh merasuki tubuhnya, yakni panas, sakit juga mual.

Ingin buka suara tetapi mulutnya seakan terkunci. Ia hanya bisa bergerak gelisah. Bapak semakin fokus membaca dan Anna merasakan sakit yang teramat dahsyat. Apa ini?!

3 jam kemudian Anna terbangun. Rupanya ia pingsan. Dan saat membuka mata, ia terkejut karena dikelilingi oleh banyak orang. Rata-rata ibu-ibu ikut mendekati dan memberikan segelas air. "Diminum dulu, Nduk."

Anna linglung.

Lalu perutnya kembali mual, ia kelabakan sendiri mencari sesuatu yang mampu menampung isi perutnya.

"Ini pake kresek," seseorang menyodorkan kresek hitam dan Anna mulai memuntahkan semua isi perutnya. Tubuhnya lemas dengan wajah pucat pasi.

"Saya kenapa?" tanya Anna lirih.

Bapak tersebut mendekat, tersenyum tipis. "Nduk tadi sempet kesurupan. Tapi, Alhamdulillah sekarang nduk sudah terbebas dari gangguan makhluk itu."

LUCANNE [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang