Chapter Thirty Nine

11.3K 564 21
                                    

Anna meletakan buku paket di atas meja. Jam kuliah telah usai sejak 5 menit lalu. Saatnya bersiap-siap untuk pulang.

Sudah dua semester saja ia lalui dalam menempuh pendidikan jenjang kuliah. Setelah berlarut-larut dalam kesedihan, keterpurukan, akhirnya ia bisa bangkit dan menjadi lebih kuat.

Tumbuh menjadi sosok Anna yang baru. Sepenuhnya menerima kehadiran Zei dan mengikhlaskan Lucanne.

Tentu semuanya ini tidak berjalan dengan mulus. Ada Zei, juga dua sahabatnya yang terus menyemangati.

"Hai Na!"

Mungkin awal-awal menerima kenyataan bahwa Anna hanya menganggapnya sebatas sahabat, sedikit membuat hatinya sakit. Tetapi, ia telah berjanji akan tetap menerima apapun konsekuensinya.

"Oh hai," balas Anna sembari melambaikan tangan. Tak lupa tersenyum ramah kepada laki-laki yang notabenenya sudah menjadi teman akrab.

"Yok pulang!" ajak Zei siap memberi tumpangan.

"Bentar, aku beresin buku-buku aku dulu."

"Oke."

Hari ini Anna berangkat kuliah di jemput oleh Zei. Keduanya sudah sangat dekat bahkan seperti saudara. Para orang tua pun sudah saling mengetahui, dan memaklumi.

Jika Anna belum mendapatkan tambatan hati yang tepat, maka Zei berjanji akan menjomblo sampai sahabatnya punya sosok yang bisa dipercaya dan dijadikan sebagai sandaran.

"Kamu gak malu jomblo terus?" tanya Anna ketika motor sudah melaju membelah jalanan.

"Enggak. Ngapain malu?" balas Zei sedikit mengeraskan suara. Sebab teredam oleh suara-suara kendaraan lain.

"Gapapa sih, abisnya yang lain udah punya gandengan," jelas Anna sambil melihat depan. Sedikit mendongakkan kepalanya.

"Ribet. Kalo aku sibuk pacaran, aku kasihan ke kamu Na," dusta Zei, andai perempuan yang sedang di bonceng menerima cintanya dan tidak pernah terlibat kisah cinta beda alam di masa lalu pasti sekarang sudah sepenuhnya menjadi miliknya. Akan Zei ratu kan Anna dan menjadikannya sebagai pusat semesta.

"Kasihan kenapa? Aku gak semenyedihkan itu ya," sungut Anna.

"Hahaha, kalo aku pacaran, kamu gimana?" tawa Zei mengudara.

"Ya, gak gimana-gimana aku jomblo aja," balas Anna tenang.

Zei semakin tidak bisa menahan tawanya. "Aku gak mau ninggalin kamu sendirian. Lebih baik seperti ini, kita lebih dekat tanpa ada status yang bikin kita jauh." Zei meredakan tawanya seraya berujar serius. Anna hanya diam tidak menanggapi lagi atau mengoceh lebih banyak lagi.

Sayangnya aku kalah cepat. Lanjutnya dalam hati.

"Mau langsung pulang atau jalan-jalan dulu?" tawar Zei selang beberapa detik hening.

"Jalan-jalan, tenang aja uang bensin ntar aku ganti," jawab Anna mengubah raut wajahnya menjadi ceria kembali.

"Halah, kayak sama siapa aja sih segala ganti. Gak usah Na," tolak Zei.

"Gak enak, ih. Kebiasaan kamu selalu nolak."

"Kita keliling-keliling juga gak habisin bensin seliter. Jadi, santai aja."

"Sekali-kali lah, kalo gak mau aku bayar uang bensin kamu, gimana kalo aku traktir? Masih nolak, aku gak mau temenan sama kamu!" ancam Anna.

"Eh, iya, iya aku mau."

Anna tersenyum senang, Zei selalu lemah jika diancam seperti itu. Sejujurnya ini hanya candaan saja. Disini Anna hanya tidak mau menjadi pihak yang diuntungkan saja. Harus saling ada timbal baliknya.

LUCANNE [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang