"Stop! Saya tidak mau mendengar untuk kesekian kalinya lagi, Anna."
Cewek itu menarik napas dalam-dalam lalu mengembuskan gusar. "Dengerin dulu, kumohon," pinta Anna.
Inilah titik kelemahannya, tidak bisa menolak apapun yang Anna pinta. Mau tidak mau mengalah dan membenarkan posisi duduk menjadi saling berhadapan. Anna meraup napas rakus sebelum mulai bicara lebih banyak lagi.
"Aku bentar lagi lulus, dan aku udah gak tinggal di sini lagi. Jadi—" jeda sebentar. "Pertemanan kita cukup sampai disini," lanjutnya dengan napas tercekat.
Lucanne menggeleng lemah, "Tidak mau," tolaknya lemah.
"Tidak mau bagaimana? Dunia kita berbeda, gak mungkin kita terus bersama?"
Tertampar!
Lucanne menenggelamkan wajahnya diantara lipatan lengan. "Maaf, saya terlalu egois yang menginginkan kamu untuk menetap bersama saya. Maafkan saya Anna," lirihnya tidak terasa tetes demi tetes air mata jatuh membasahi pipi. Ia mendongak dengan wajah sembabnya, betapa terlukanya dirinya.
Anna pun tidak kuasa untuk tetap tegar, ia ikut menjatuhkan air matanya. "Maafin aku juga."
Lucanne menggeleng cepat ."Kamu tidak bersalah. Jangan meminta maaf."
"Aku—"
Tangisan yang tadinya ditahan untuk tidak mengeluarkan suara perlahan mulai terdengar, isak tangis Anna membuat Lucanne semakin terluka.
Besok adalah ujian nasional terakhir dan setelah itu semuanya selesai. Tinggal menunggu pengumuman kelulusan. Anna mulai mencari universitas untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang kuliah.
Waktu terus berjalan begitu cepat, rasanya tiga tahun seperti tiga hari. Suka duka bersama Lucanne sudah banyak dilalui. Kembali berputar bayangan di mana ia tertawa begitu lepas saat bersama Lucanne.
"Besok kamu harus bangun pagi, bukan?" tanya Lucanne berbasa-basi.
Anna mengangguk-angguk kecil. "He'em," balas Anna.
"Jangan terlalu malam tidurnya," pesan Lucanne seperti biasa.
"Iya."
"Jangan lupa tetap sembahyang, jangan sampai telat dan jangan lupa sarapan. Jangan pernah sekalipun melewatkan sarapan."
"Iya Lucanne, iya."
"Good girl. Jika tidak ada yang ingin di bicarakan lagi, lebih baik kamu langsung tidur saja. Atau mau kembali belajar, mari saya akan temani."
"Aku mau langsung tidur aja,"
"Begitu ya, ya sudah ayo."
Niatnya menemani Anna belajar adalah alih-alih agar bisa lebih banyak memandangi wajah Anna ketika serius belajar. Tetapi, gadisnya lebih memilih untuk tidur, maka ia tidak bisa memaksa ataupun memilih agar Anna tetap belajar.
"Kamu yang pergi dulu sampai aku tidur, ya?"
"Baik, saya akan tetap di sini. Sampai kamu terbangun pun akan saya tetap disini menemani kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
LUCANNE [TAMAT]
TerrorBukan manusia maupun tokoh fiksi. Dia nyata hanya beda dimensi. Kalau masih ragu sama keaslian ceritanya, jangan terlalu dipikirkan, yang penting menghibur.