Kedua mata Anna benar-benar sembab setelah menangis semalam karena mendengar kisah memilukan semasa Lucanne hidup. "Ya Allah mataku!" heboh Anna ketika bercermin.
Di sebelah sudah ada Lucanne yang duduk di meja belajar. "Kamu tampak lucu," ujarnya tertawa renyah.
"Lucu apanya," gerutu Anna sambil melirik Lucanne yang mengulum bibir menahan tawa.
"Lekas mandi," titah Lucanne.
"Iya. Awas kalo kamu ngintip!" peringat Anna menatap awas dengan menunjuk wajah Lucanne.
"Iya, tidak akan. Sudah sana, nanti telat ke sekolahnya," balas Lucanne mengangguk patuh.
Cewek itu beranjak mengambil handuk juga beberapa pakaian ganti. Melirik ke arah belakang. Lucanne langsung membuang wajah. Anna menatap sinis, "Awas berani ngintip."
Pintu kamar mandi tertutup, Lucanne masih tertawa kecil lalu menatap tajam ke arah jemuran. "Berani mengganggu gadisku. Tali pocong mu akan ku ambil!" ancam Lucanne. Penghuni jemuran nyengir, memberi peace damai.
"Jangan, saya gak pake dalaman. Nanti terekspos."
Lucanne menatap jengah. Kemudian berpindah ke kasur Anna. Duduk di sana sambil menunggu cewek itu keluar dari kamar mandi. Sedangkan di dalam kamar mandi Anna masih sibuk menyabuni tubuh setelah selesai mencuci bersih pembalut sebelum akan di buang.
Buku pelajaran semalam masih terbuka, ada beberapa tulisan yang lumayan berantakan. Saking sudah malasnya menulis.
"Anna, Anna." decaknya sambil menggelengkan kepala.
"Kenapa?" balas Anna menyembulkan kepalanya dari balik pintu kamar mandi.
"Eh, tidak apa-apa," ujar Lucanne sambil menggeleng.
"Iya tau, tulisan aku jelek, gak usah di liatin sampe segitunya lah," dengus Anna. Wajar rada sensi sebab tamu bulanannya.
"Bagus kok, siapa yang bilang jelek?" sanggah Lucanne.
"Kamu lah!" balas Anna.
"Kapan?" tanya Lucanne menatap polos Anna yang sudah menyegut kesal.
"Ish, minggir-minggir sana. Jangan duduk di situ," usir Anna mengibaskan tangannya.
"Gak ganggu juga, kenapa harus pindah?" ngeyel Lucanne menolak berpindah.
"Mau beres-beresin buku," sahut Anna.
"Beresin aja, kan saya tembus pandang juga." ujar Lucanne kelewat santai.
Oh iya lupa.
Setelah buku pelajaran hari ini sudah masuk ke dalam tas, giliran menyisir rambut panjangnya. Bukan Lucanne namanya jika tidak membuntuti Anna kemanapun pergi, pengecualian ke kamar mandi saja.
"Ikat rambut kamu sudah waktunya ganti," tegur Lucanne. Reflek Anna menoleh ke pergelangan tangan kiri. "Iya, ya. Kok tau aja sih kamu hal-hal kecil dariku?" heran Anna.
"Apa sih yang enggak saya tau?" kata Lucanne.
"Gak tau," balas Anna sambil terkekeh konyol.
Selesai dengan urusan rambut, giliran Anna memoles sunscreen juga bedak. Lumayan sudah tidak terlalu sipit, berkat merendamkan wajah ke dalam air.
Memakai wewangian lalu meraih ponsel yang tergeletak di atas meja. Senyumnya mengembang melihat foto idol yang baru saja di post di Instagram.
"Sedang melihat apa sih?" tanya Lucanne penasaran.
"Ayang aku. Mereka ganteng-ganteng, kan?" tunjuknya. Wajah Lucanne lesu seketika kedua tangannya terkepal ringan.
"Saya kalah banyak sama pacar kamu yang banyak itu," ujarnya merasa rendah diri alias insecure.

KAMU SEDANG MEMBACA
LUCANNE [TAMAT]
SeramBukan manusia maupun tokoh fiksi. Dia nyata hanya beda dimensi. Kalau masih ragu sama keaslian ceritanya, jangan terlalu dipikirkan, yang penting menghibur.