Chapter Thirty Three

7K 547 24
                                    

Senyum lebar menyambut sang anak, ibu juga ayah menunggu di bawah. Barang-barang sudah di masukan ke dalam mobil. Sebisa mungkin Anna mensetting wajah agar tidak tampak sedang gundah.

"Sudah siap semuanya?" tanya Ayah memastikan agar tidak satu pun ada yang ketinggalan.

"Sudah Ayah," balas Anna.

"Baik, sekarang kita pulang. Kami pamit ya, Bu." pamit Ayah pada ibu kost. Tak lupa Anna mencium punggung tangan beliau sebagai tanda perpisahan. Tidak terasa jika sudah tiga tahun terlewati. Banyak sekali kisah ditiap lembarnya. Lebih banyak diisi oleh sesosok yang mungkin saat ini hanya tinggal nama.

"Selamat tinggal kalian semua," lirih Anna menatap bangunan yang sebentar lagi akan ia tinggalkan.

Di dalam mobil, Anna lebih memilih menatap arah luar. Ibu mengelus punggung tangan Anna, "Kenapa Nduk?" tanya Ibu menatap Anna heran.

Anna terperanjat kemudian menoleh, "Anna tidak apa-apa, Bu." jawabnya tentu saja bohong jika ia baik-baik saja.

"Kamu habis nangis?" terka ibu membuat atensi Ayah teralihkan menatap jok belakang.

"Nangis kenapa? Ada yang jahat sama anak Ayah? Siapa? Ayo bilang, biar Ayah marahi dia," cecar Ayah dan Anna terkekeh pelan.

"Ini abis kelilipan doang, tadi malem. Dan gak ada yang jahat sama Anna, yah." katanya. Maaf berbohong.

"Owalah. Lain kali hati-hati, ya. Ayah kira ada yang jahat. Selama sekolah tidak ada toh yang berbuat jahil atau nakalin Nduk?"

"Enggak ada Ayah. Aman kok."

Mobil terus melaju membelah jalanan Surabaya. Seharusnya ini hari menyenangkan bukan? Pulang ke rumah dengan sebuah kelulusan yang membanggakan. Mulai dari nilai akademik dan non-akademik bagus semuanya.

Tanpa dia, aku bukanlah apa-apa. Gak bisa secerdas ini, sepintar ini, dan se-membanggakan ini. Semuanya karena kamu Lucanne, padahal niatku ingin menunjukkan semua hasil prestasi ku untukmu saat sebelum aku pergi.

Senyum kecut terbit, kenapa selemah ini. Hanya menyebut namanya saja sudah membuat kelopak mata digenangi air mata. Bibirnya terkatup rapat. Ia menarik tudung hoodie dan berpura-pura hendak tidur.

Padahal sebenarnya ia sedang menangis. Hatinya, jiwanya kembali terluka.

Jangan menangis, saya masih ada di samping kamu.

Terdengar sebuah bisikan halus mengalun. Anna bergerak menoleh ke arah jendela. Tersenyum masam, bayangan teramat buram namun masih bisa Anna lihat. Hanya sebentar lalu mengabur dan sirna bagaikan asap.

Satu detik waktu yang alam diperbolehkan untuk bisa melihat sosok itu kembali. Dia Lucanne, iya dia. Dia tersenyum seperti biasa. Senyum yang mampu menggetarkan hati.

"Setidaknya ini cukup," lirihnya nyaris tidak terdengar. Tiba di rumah, banyak yang menyambut, semua sangat menunggu kepulangannya. Baik para tetangga ataupun kerabat dekat.

"Apa kabar Nduk?"

"Sehat aja, kan? Bude bangga!"

"Bulek juga bangga. Ponakan Bulek cerdas pol!".

LUCANNE [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang