Chapter Six

22.9K 1.6K 150
                                    

Lucanne : "Mau aku temani sampai mana?"

Anna : "Sampai aku temukan versi kamu di duniaku."

Selepas melaksanakan shalat subuh. Anna bergegas menyiapkan sarapan pagi. Sederhana, yakni nasi goreng telor mata sapi masakan terandalan juga paling sat set untuk anak kost. Ia begitu menikmati sarapannya. Enggan memedulikan sosok yang tadi malam cukup membuat jantungnya jumpalitan.

Sekarang masih jam setengah enam lewat. Anna memanfaatkan waktunya untuk membuka buku pelajaran. "Lumayan juga, ya."

Anna membaca buku sejarah, banyak sekali pemaparan juga ilmuwan melakukan sebuah penelitian dan menghasilkan penemuan baru. Mungkin pelajaran sejarah sangat membosankan dimana hanya banyak tulisan-tulisan kecil membuat mata lelah. Berbeda dengan Anna, cewek itu lebih suka pelajaran sejarah daripada matematika.

Sedang membaca apa, sih?

Nah, kan. Dia bersuara lagi. Dari volumenya saja terdengar begitu jelas pasti jaraknya tidak terlalu jauh. Melirik sekilas ke arah belakang dan ternyata dia ada di sana. Semenjak kejadian itu, sosok hantu tampan tidak lagi menampakkan wajahnya yang murung, kesal, marah juga datar. Lebih ke senyum yang membuat perasaan Anna tak menentu.

"Eh, udah jam enam lewat, berangkat ah." Tali ransel dinaikkan sampai pundak. Berjalan tergesa meraih kunci motor juga kunci pintu kamar kost. Jika terus-terusan meladeni nanti sosok itu sadar bahwasanya Anna bisa melihat wujudnya.

Kabur. Padahal saya belum selesai bicara.

Sesekali menoleh belakang takut hantu itu mengikutinya. Aman, hanya melihat beberapa dari mereka seliweran dan menjulurkan lidah mengejek. Anna pura-pura tidak menyadari dan tidak tahu jika bisa melihat mereka.

Menyapa ibu kost sebelum berangkat ke sekolah. Pagi ini cuaca sedikit mendung. Rintikan gerimis berjatuhan ketika Anna masih di perjalanan. Segera menambah kecepatan berkendara tanpa abai akan keselamatan. Kota Surabaya selalu ramai, penuh lalu-lalang orang-orang pergi bekerja juga bersekolah.

Cuacanya buruk dan sebentar lagi hujan, apakah gadis itu tidak kehujanan di perjalanan?

***

Bernapas lega ketika hujan mulai deras mengguyur ketika Anna sudah sampai di kelasnya. Melepas tas dan meletakan di atas meja. Untungnya memakai hoodie sehingga ada benda yang mampu menghangatkan tubuhnya.

"Dingin..." desis Anna. Menggosokkan telapak tangan.

Kelas masih sepi hanya segelintir siswa-siswi yang baru datang. Anna memang terlalu rajin. Bahkan kedua sahabatnya saja belum menampakkan batang hidung.

Air hujan tampak dari arah jendela. Hujan adalah hal paling ia sukai. Sebut saja pluviophile. Menyunggingkan senyum saat mengingat kejadian semalam. Terus membayangkan jika berkata pada hantu tersebut 'aku bisa liat kamu, kok.'

"Wei! Pagi-pagi udah ngegalau aja sambil liatin air hujan!" suara cempreng Eva mengintrupsi. Di susul siulan Rani dari belakang.

"Ngagetin!" pekik Anna.

"Hehe, lagian sih kami panggil-panggil gak nyahut." Rani menarik kursi depan meja Anna.

LUCANNE [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang