Chapter Seventeen

11.9K 850 34
                                    

Lucanne menatap luar jendela, rupanya virus corona tidak menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Malah semakin parah sehingga sekolah secara daring di perpanjang sampai satu bulan. Anna lebih sering menghabiskan waktunya di depan laptop sampai-sampai membuat matanya celong, mirip mata panda.

"Anna ... Bangun yuk, pindah ke kasur," kata Lucanne sambil berbisik.

Sang empu kemudian menggeliat seraya mengucek kedua matanya. Merentangkan kedua tangan dan menguap. "Jam berapa?" tanyanya masih linglung sambil menoleh ke kanan-kiri.

"Sepuluh," sahut Lucanne cepat.

"H-hah?! Ya Allah, aku belum selesai ngerjain makalah nya!" heboh Anna saat kesadaran terkumpul sempurna dan menatap layar laptop. Masih ada beberapa yang belum terselesaikan.

"Calm down, sekarang waktunya kamu istirahat oke."  Kali ini Lucanne tidak akan membiarkan Anna kewalahan belajar.

Perempuan tersebut lantas menggeleng cepat. "Gak bisa! Aku harus rampungkan sekarang."

"Besok saja, saya gak yakin kamu bisa fokus lanjut mengerjakan jika badan kamu saja kelelahan." Lucanne memerhatikan kedua bola mata Anna yang sudah memerah juga sedikit mengeluarkan air mata.

"Iya sih, tapi ...." ucap Anna meragu. Tidak bisa dipungkiri bahwa ia memang benar-benar lelah butuh istirahat. Kedua kelopak mata berat luar biasa, sehingga tanpa sadar ia meninggalkan meja belajar. Berjalan sempoyongan menuju ranjang dan jatuh tepat di atasnya.

"Anna," panggil Lucanne tidak mendapati sahutan. Hanya sebuah dengkuran halus terdengar.

Ia belum memakai selimut, pasti nanti akan kedinginan. Lalu ia mendekati ranjang dan ikut merebahkan diri di samping Anna. Memiringkan tubuhnya agar bisa berhadapan. Wajah damai seorang Anna membuatnya tersenyum.

"Dalam keadaan tertidur sekalipun, kamu tetap terlihat cantik," puji Lucanne sambil menjadikan lengan sebagai bantalan.

Ia terus terjaga sampai pagi menjelang. Anna sama sekali tidak merasa risi atau bergerak gelisah. Merasa Anna akan segera bangun, perlahan bergerak sedikit menjauh.

"Selamat pagi!" sapa Lucanne ketika Anna melebarkan kelopak mata.

"Pagi," balas Anna sambil menggeliat.

"Apa tidurmu nyenyak?" celetuk Lucanne membuyarkan lamunan Anna.

"Banget," sahut Anna sambil tersenyum.

"Syukurlah. Saya takut karena jam tidurmu berkurang, jadi gampang ngantukan," ungkap Lucanne memberitahukan kekhawatirannya kepada Anna.

"Enggak, kok." Sang gadis tertawa ringan sambil garuk-garuk kepala.

Kruuuk ... perutnya mendemo. Padahal masih sangat pagi. Sebelum Lucanne mengomel ria, lebih baik segera beranjak ke dapur untuk mengoles selai strawberry di atas roti tawar.

"Tumben sekali sarapan sepagi ini," cetus Lucanne ketika melihat Anna menumpukan roti di afas selai.

"Lagi kepengen aja," kata Anna lalu menggigit pinggir roti.

"Makan yang banyak, biar kenyang," pesan Lucanne ikut duduk di bangku yang bersekat meja.

Anna memilih menganggukkan kepala dan kembali memakan sepotong roti tersebut. Ada satu gelas berisi susu siap minum. Sudah menjadi kebiasaannya pagi-pagi harus meminum susu.

LUCANNE [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang