Chapter Eight

19.7K 1.6K 124
                                    

Setelah dua jam lebih berada di rumah Rani, mereka akhirnya pamit pulang. Datang membawa pulang pun membawa sebuah bingkisan dari ibunya Rani. Terlalu senang melihat putrinya memiliki teman seperti Eva dan Anna.

"Kami pamit, ya. Dan terima kasih bingkisannya Bude," ucap Anna sembari menyalami tangan wanita tersebut diikuti Eva di belakangnya.

"Sama-sama. Kalian hati-hati, di jalan," sahut beliau balas mendoakan. Lalu mem-puk-puk sayang pundak Eva ketika ada saja kekonyolan yang dilakukan olehnya.

"Baik Bude, gws Ran. Biar bisa berangkat sekolah bareng," kata Anna menyemangati Rani yang tampak terbaring lesu dan terus memaksa untuk tersenyum.

"Siap, makasih udah jenguk," Rani acungkan jempol nya dan angkat sedikit tinggi.

"Sama-sama kalo gitu sampai jumpa di sekolah lagi, assalamualaikum."

"Waalaikumussalam."

Matahari masih terlihat dan sebentar lagi akan tenggelam. Eva segera melajukan motornya. Sesekali bercanda ketika jalanan lenggang.

Anna menceritakan bahwa hari ini ia mendapatkan nilai matematika seratus. Bukan hal tabu lagi untuknya. Hanya saja ini yang membuat Anna ingin segera menceritakan semuanya.

Baik Rani maupun Eva mereka sama-sama tercengang. Sosok hantu itu rupanya punya otak cerdas.

"Jadi, malam ini kamu mau ngaku ke dia gitu?" tanya Eva memelankan laju motor saat sampai di depan kosan Anna.

"Mungkin. Aku udah percaya banget, dia emang gak jahat. Malah kayak ngejagain aku," balas Anna.

"Ya udah terserah kamu. Btw aku langsung pulang, hampir Magrib nih," pamit Eva.

"Oke. Makasih tumpangan nya." balas Anna melambaikan tangan.

"Oke."

Sepeninggalan Eva yang sudah tidak tampak lagi, Anna memasuki kosan dan menuju kamar kost yang berada di lantai atas. Badan terasa lengket, Anna segera meraih handuk tak lupa membawa salin ganti.

Baru seminggu aktif belajar, pr mulai rajin di berikan oleh guru. Kali ini merangkum bab dua pelajar sosiologi. "Haid" ujar Anna dengan suara lumayan lantang. Pantas saja perutnya seperti dililit.

Untungnya masih ada sisa pembalut di lemari. Anna keluar dengan pakaian atasan juga melilitkan handuk di pinggang. Sekembalinya ke kamar mandi segera ia memasang pembalut dan memakainya agar tidak tembus.

Dia datang bulan, pantas saja tidak sembahyang.

Anna membungkus rambut dengan handuk. Sehari tidak keramas sudah terasa tidak nyaman rasanya. Azan Magrib berkumandang, Anna menghentikan sejenak kegiatannya yang tengah asik scroll Instagram.

Tangan kirinya sibuk menggulingkan botol kaca berisikan air hangat di atas perut untuk mengurangi rasa sakit juga nyeri haid.

Kasian sekali, andai bisa saya bantu.

Anna menyipitkan matanya mendengar sayup-sayup suara tersebut. Bergidik geli membayangkan jika benar terjadi.

Kemudian ia melanjutkan men-scroll saat azan selesai dikumandangkan melanjutkan untuk masalah mengerjakan tugas nanti saja, jari-jemarinya masih malas untuk mulai menulis.

LUCANNE [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang