Chapter Thirteen

15.2K 1K 28
                                    

Penjelasan sepanjang jalan tol tidak membuat Anna luluh dan mudah memaafkan perbuatannya semalam. Sekembalinya di kosan, Anna masih betah untuk diam tak buka suara. Lucanne mencoba mencairkan suasana tetap tidak mempan. Memang benar, memahami hati perempuan ilmu paling meruwetkan ketimbang belajar persamaan linear dua variabel.

"Saya harus apa agar kamu mau memaafkan, saya?" tanya Lucanne sudah diambang keputusasaan.


"Pikir aja sendiri!"

Membuang napas Lucanne meraup wajah kasar. Tidak kunjung mengantongi maaf, Lucanne kelimpungan sendiri. "Dasar payah," gumamnya masih bisa Anna dengar.

"Siapa yang payah, hah?" ucap Anna sedikit ngegas. Membuat Lucanne tersentak di tempat.

"Saya. Saya yang payah," jawabnya meringis.

"Emang. Emang kamu payah," kata Anna dengan mata menyipit sebal.

Sekarang Anna sibuk dengan ponsel, menonton beberapa video yang sudah ia download. Meminta agar Lucanne berjaga jarak. Ia masih merajuk.

"Ya Tuhan, saya harus bagaimana ini?" ucap Lucanne frustasi. Perginya semalam adalah untuk memeriksa kamar kost Anna. Katanya ada yang ingin berbuat jahat, makanya langsung pergi. Pamitnya memang sebentar tetapi siapa sangka jika akan lama dan memakan waktu sampai menjelang pagi.

Anna menganggap semua alasan belaka yang tidak masuk akal. Karena, bukankah kemarin sudah berpesan kepada penghuni lain untuk menjaga?

Sibuk tenggelam dalam pikiran masing-masing. Lucanne diam-diam bergerak memepet jarak. Tidak bisa jauh dari Anna. "Jangan dekat-dekat!"

Lucanne mengerucutkan bibirnya lucu lalu menggeleng lemah. "Maafkan saya .... "

"Awas ih, ganggu tau!" dengus Anna membuang napas panjang.

"Tidak mau. Sampai kamu benar-benar memaafkan saya," tolak Lucanne masih kukuh ingin berada di sampingnya

"Idih, gak semudah itu ya maafinnya," balas Anna menatap remeh.

"Ya sudah, tidak semudah itu juga mengusir saya," final Lucanne duduk bersila.

"Kok gitu sih?" heran Anna. Mengapa seperti terbalik. Lucanne yang merajuk dan dia yang membujuk.

"Gitu gimana? Kan saya hanya membalikkan kata," tegas Lucanne enteng.

"Gak jelas," ceplosnya kemudian mengalihkan pandangan.

"Saya jelaskan ulang, bah—"

"Stop! Aku lagi marah sama kamu."

Anna menatap tajam membuat nyali Lucanne menciut. Ruh tersebut menundukkan kepalanya. "Takut, jangan tatap saya setajam itu," cicitnya.

"Halah, aku datang pertama kali ke sini aja langsung kamu pelototin. Sekadar mengingatkan kalo aja kamu lupa," sinis Anna sambil mematikan ponsel.

"Saya sudah meminta maaf, loh. Kok masih di ungkit lagi."

"Harus!"

LUCANNE [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang