Pakaian sedikit kedodoran tidak masalah untuk menghangatkan tubuh agar tidak masuk angin. Secangkir coklat hangat ditangan mampu menghangatkan tenggorokan, "Makasih." katanya.
"Sama-sama, maaf ya gak punya makanan enak," balas Anna.
"Ini aja udah enak. Hujan deres banget, aku milih putar balik ke kosan kamu, Na." Rani mengusap telapak tangan. Badannya cukup menggigil meski sudah berganti pakaian milik Anna.
"Hujan turun udah sekitar setengah jam dan masih awet banget," Anna menilik jendela dari dalam. Hujan sudah tidak sederas tadi, hanya saja gerimis yang entah kapan akan reda.
"Untungnya aku udah kasih kabar ke ibu, kalo aku neduh di kost kamu," celetuk Rani masih duduk di atas karpet seraya menselonjorkan kakinya. Tidak lupa berbalut selimut.
"Iya, gak jadi bahan carian sama khawatiran Bude," timpal Anna diangguki setuju oleh Rani.
Mengusir kejenuhan sembari menunggu hujan benar-benar reda, Anna memilih memasak mi untuk dimakan berdua. Rani yang pada dasarnya tidak mau berpangku tangan, beranjak membantu memasak di dapur.
"Pake telor?" tawar Anna.
"Boleh, enak nih, kayaknya. Hujan makan mi," balas Rani mengangguk.
"Iya, btw tolong panaskan air dalam panci nya, ya?" pinta Anna.
"Oke. Kamu punya persediaan mi?" Rani mulai mengisi air ke dalam panci.
"Punya cuma gak nyetok aja. Palingan cuma lima sampai enam bungkus mi. Gak berani makan banyak-banyak," kata Anna seraya mengiris percabaian.
"Aku gak pernah. Karena ibu, ngelarang aku konsumsi mi. Jadinya, ya harus sembunyi-sembunyi biar gak ketahuan," aku Rani seraya menyalakan kompor.
"Sama aja, di rumah masalah makan di atur banget, harus banyak konsumsi sayur-sayuran."
Sambil menunggu air mendidih, mereka berdua memilih untuk duduk di kursi plastik. Bercerita banyak hal masa pandemi kemarin yang sempat memutus silaturahmi.
"Bosen banget gak, sih?" tanya Rani.
"Banget-nget-nget. Aku aja sampe mikir gini, kayaknya sekolah nanti kita gak bakalan sedeket dulu. Udah asing, eh, Alhamdulillah enggak. Masih sama," balas Anna menggebu-gebu.
"Ih, aku juga mikir gitu, pasti Anna udah lupa sama aku." Rani terkekeh mengingat asumsinya yang berlebihan kala itu.
Keduanya tertawa lepas sambil menepuk meja. Lalu Anna beranjak dari duduk ketika mendengar suara air yang sudah mendidih di dalam panci. Sedangkan Rani mengambil dua buah piring beserta sendok garpu.
"Makan mi pake nasi sebenernya gak bagus, tapi kalo gak pake nasi, gak kenyang. Iya, gak?" kekeh Anna menuangkan mi ke atas piring. Masih dengan mengeluarkan kepulan asap.
"Gapapa, sekali-kali gak bikin kita sakit. Kamu masih punya persediaan nasi?" tanya Rani.
"Masih, kebetulan tadi pas masak pagi nasinya banyak." jawab Anna membuka magic com.
"Owalah gitu. Gapapa nih?" ucap Rani ragu. Dia merasa sudah sangat merepotkan di sini.
"Gapapa lah, memangnya kenapa?" Anna mengerutkan keningnya sembari memegang centong nasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUCANNE [TAMAT]
HororBukan manusia maupun tokoh fiksi. Dia nyata hanya beda dimensi. Kalau masih ragu sama keaslian ceritanya, jangan terlalu dipikirkan, yang penting menghibur.