Sesuai perjanjian semalam, Anna dan Rani mengunjungi toko pernak-pernik barang impor dari Korea. Mulai dari photo card sampai merchandise, Anna tidak tanggung-tanggung untuk memborongnya.
"Kamu di sini juga?"
Anna tersentak ringan tatkala suara berat cowok mengusik pendengarannya dari arah samping. Demi memastikan siapa pemilik suara tersebut, Anna kemudian menoleh.
"Kak Tirta," kata Anna setelah mengetahui sosok cowok tersebut. Cekung mata diikuti senyum manis terpatri pada ranumnya bibir itu tercetak jelas sehingga yang melihatnya pun dibuat gemas.
"Iya. Ngomong-ngomong, lanjutan nomor ponselnya apa?" goda Tirta menyinggung kejadian di sekolah saat itu yang dengan lancangnya Anna memilih kabur.
Kontan Anna merasa tersudutkan lalu terkekeh di menit berikutnya. "Gatau ya lupa. Ngomong-ngomong juga, Kakak ngapain disini?"
"Tuh, kan. Aku lagi nemenin Aliya, biasa anak KPop yang bucinin member NCT Dream, kalo kamu sendiri?" tutur Tirta seraya menipiskan bibir tersenyum maklum. Mungkin Anna masih ragu untuk berbagai kontak dengannya.
"Oh, aku ke sini juga mau car---"
"Na sini! Aku dapet nih."
Suara Rani memotong ucapan Anna. Tirta pun ikut menoleh ke sumber suara.
"Bareng Rani?" tebak Tirta dan diangguki oleh Anna.
"Duluan ya Kak!"
Anna segera menghampiri sahabatnya itu. Apa yang mereka cari sudah dapat. Tirta diam-diam ikut membuntuti dari belakang. Penasaran sedang apa mereka berdua.
Sedangkan Aliya sang adik, sibuk memilih gantungan kunci, poster, dan banyak lagi. Dasar bucin!
"Kemana aja tadi, kirain ilang loh," ucap Rani sambil sibuk memilih benda-benda yang akan ia beli.
"Ngobrol sama Kak Tirta," sahut Anna santai dengan tangan kanan sibuk memegang gantungan kunci.
"Kak Tirta, gak salah? Ngapain dia ke sini?" cecar Rani memusatkan atensinya.
Anna mengendikkan bahunya acuh. "Gak tau, katanya nemenin adeknya."
Rani ber-oh ria saja. Kemudian membawa barang-barang menuju meja kasir. Begitu juga dengan Anna yang sudah mendapatkan apa yang dicari sebagai koleksi barunya.
Mereka berpisah di persimpangan jalan. Motor Anna memasuki area parkir di depan kosan. Banyak yang ikut meng-kost di sini, selain anak pelajar.
"Tempel di mana, ya?"
Anna menatap sekeliling mencari tempat yang sempurna. Mungkin depan meja belajar. Itung-itung menatap poster mereka bisa menjadi penyemangat belajar Anna di kala down.
"Oke di sana aja."
Bersenandung ria sembari menempelkan poster. Ia tidak menghiraukan apapun, sibuk dengan kegiatannya itu.
Mengapa mereka memiliki wajah tampan menjadi sebuah keberuntungan, lantas bagaimana dengan saya yang wajah khas Belanda ini. Kenapa malah menjadi malapetaka?
KAMU SEDANG MEMBACA
LUCANNE [TAMAT]
TerrorBukan manusia maupun tokoh fiksi. Dia nyata hanya beda dimensi. Kalau masih ragu sama keaslian ceritanya, jangan terlalu dipikirkan, yang penting menghibur.