Chapter Eleven

16.8K 1.2K 116
                                    

Satu bulan pun telah berlalu. Anna disibukkan dengan belajar dan belajar, belum lagi tugas dari sekolah yang setia melambai minta segera untuk di garap. Untungnya ada Lucanne siap sedia membantu merampungkan semuanya juga alarm manual untuknya.

Terima kasih Lucanne!

"Anna, saya menyukai kamu." Tidak ada hujan dan angin, secara tiba-tiba Lucanne mengutarakan isi hatinya di depan Anna yang kebetulan baru saja lelah sepulang sekolah. Manik itu melebar disertai binar terkejut.

Deg

Jantung Anna seperti berhenti berdetak untuk beberapa saat. Kali ini penyambutan kepulangannya berbeda dari hari-hari sebelumnya. Lucanne berdiri tegap yang tingginya melebihi dirinya. Anna hanya sebatas dada ruh itu. Kemudian mendongak, menatap dalam diam.

"Kita bicarakan di dalam saja," ucap Anna setelahnya ketika berhasil menguasai kesadaran.

Lucanne patuh membiarkan Anna menyelesaikan kegiatan melepas seragam dan berganti dengan pakaian santai. Membasuh wajah yang terasa sudah begitu berminyak.

"Jangan bercanda, deh." celetuk Anna sambil duduk di hadapan Lucanne. Tisu bekas mengelap sisa air pada wajah ia genggam lalu melemparkannya ke dalam tong sampah kecil berwarna biru.

"Saya tidak bercanda. Walaupun saya tahu bahwa sampai kapanpun kita tidak bisa bersama. Tapi, izinkan saya untuk menjagamu Anna," sahut Lucanne menatap dalam netra cokelat terang milik Anna.

Tubuh perempuan itu membeku. Sungguh tidak bisa berkata-kata akan pengakuan hantu Belanda tersebut. Bahkan dalam benaknya tidak pernah terpikirkan sampai sejauh itu.

"Katakan sesuatu Anna. Saya menunggu," pinta Lucanne penuh permohonan.

Dalam sekali tarikan napas dalam yang baru saja ia hembuskan, Anna anggukkan kepala. "Iya aku juga. Aku udah lama suka sama kamu," katanya dengan pipi bersemu. Sialan, malah salah tingkah.

Raut wajah gundah itu berubah sumringah. Meninju angin guna melampiaskan kebahagiannya. "Jadi, kita memiliki perasaan yang sama?" ulangnya penuh ekspresi wajah bahagia.

"Iya. Kita saling mencintai Lucanne."

Langit senja, kicau burung menjadi saksi. Mereka ajang pengakuan kedua belah pihak telah di dengar oleh semesta.

***

Menjalin sebuah hubungan bersama ruh, terdengar sangat gila dan tidak manusiawi sekali. Jika semua bisa membuka mata batin, maka akan berbondong-bondong mengejar Lucanne. Dia sangat tampan, sungguh Anna tidak bohong.

Apalagi 24/7 Lucanne selalu bersamanya. Membuntuti kemanapun ia pergi. Dengan tidak sopannya rasa nyaman singgah dan membuatnya larut dalam rasa itu sendiri.

Jika boleh bersikap tidak tahu diri, maka dengan lantang akan Anna pinta Lucanne versi nyata. Meminta ruh itu kembali menghirup udara yang sama, menatap masa depan yang sama juga bisa bersama selamanya. Entah itu jadi teman atau ... ah terlalu jauh memikirkannya.

"Kamu sering di ganggu sama dia?" tanya Lucanne ketika Anna baru saja duduk di kursi.

"Gak ganggu, ajak ngobrol aja sih," ralat Anna merasa biasa saja ketika hantu di dekat bangkunya merusuh.

LUCANNE [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang