Satu tahun berlalu.
"Tidak!"
Anna berjalan terburu keluar rumah. Lagi dan lagi dia harus telat berangkat ke kampus. Dosen sebentar lagi akan masuk kelas, isi chat dari salah satu temannya.
Merutuki kebodohannya ketika semalam ia habiskan dengan maraton menonton drachin kesayangannya. "Ya Allah semoga dosen belum masuk." doanya terus berjalan cepat. Ia sudah sampai di kampus, ketika di depan pintu kelas, ia mendorong pintu pelan.
"Huft, untung dosen belum datang," ucap Anna mengelus dada lega lalu berjalan santai menuju kursi.
"Satu menit aja kamu nyaris telat, mungkin tuh dosen gak bakalan izinin kamu masuk kelasnya dia," ucap salah satu teman Anna.
"Iya nih, kamu sering telat deh. Ada apa?" timpal yang lain.
Anna nyengir, "Maraton nonton bos."
"Pantesan, tugas kuliah numpuk bahkan sampe begadang. Bisa-bisanya kamu gak capek dan lanjut nonton drama."
Cewek itu terkekeh. Justru itu obat dari segala lelahnya. Menonton yang romantis-romantis mengembalikan mood. Tapi, ini kebablasan sampai lupa tidur.
"Agak celong mata kamu," tunjuknya pada kedua kelopak mata yang berkedip.
"Ah masa?" Anna memegangi pipi bagian atas.
"Iya, mata panda keliatan pol."
Ya ampun! Sampai lupa, kan, untuk memakai konsiler. Melihat kaca kecil Anna meraihnya. "Pinjem bentar!"
"Astaghfirullah, pucet amat mukaku," Anna terkejut melihat wajahnya sendiri. Jika diingat-ingat, ia mandi ala bebek tanpa polesan make up dan menentukan out fit asal pakai langsung ke kampus.
"Gak usah khawatir, aku, kan ada. Nih, mumpung lagi bawa alat make up."
Terselamatkan, Anna tersenyum. "Makasih, aku mau foundation, bedak tabur sama liptin. Ada gak?" tanya Anna.
"Ada dong, nih!"
Bersyukur ketika beranjak dewasa, ia sudah bisa membaur dengan yang lain. Teman di dunia perkuliahan semuanya baik. Ann sudah bisa menjalani hari-harinya dengan normal. Maksudnya, sudah tidak lagi terbelenggu oleh masa-masa itu. Mengerti, bukan?
Selesai mengaplikasikan make up tipis, dosen masuk. Tetapi, tidak sendiri melainkan bersama sosok cowok jangkung di sampingnya.
"Silakan duduk," titah dosen.
Saat cowok itu mendongakkan kepalanya, para mahasiswi membekap mulutnya rapat-rapat agar teriakan histeris mereka tidak terdengar. "Oppa!" begitulah sekiranya jika kelas tidak ada dosen.
Anna termangu menatap cowok itu berjalan ke arahnya dan duduk di sebelahnya. Badannya sangat tegap, kemudian menoleh seraya tersenyum tipis. "Kita jumpa lagi."
***
Zei. Cowok itu pindah kampus dan satu jurusan dengan Anna. Kini keduanya sedang berada di kantin. Suasananya begitu canggung.
"Terakhir kita ketemu di pantai, kan?" Zei membuka obrolan.
"Iya." balas Anna kikuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUCANNE [TAMAT]
HororBukan manusia maupun tokoh fiksi. Dia nyata hanya beda dimensi. Kalau masih ragu sama keaslian ceritanya, jangan terlalu dipikirkan, yang penting menghibur.