Chapter Twenty Seven

7K 506 13
                                    

"Anna, kamu jangan sering begadang." Kalimat itu meluncur bukan semata-mata karena iseng. Sudah lebih dari 3 jam, Anna tidak beralih dari tempat duduk demi menyelesaikan beberapa tugas sekolah.

"Iya enggak kok, cuma ngerjain ini kalo udah selesai ya langsung tidur," kata Anna sambil menoleh ke arah Lucanne.

"Apakah besok langsung di kumpulkan?"

Sebuah anggukan mantap membuat Lucanne hanya bisa bersabar. Ia tidak tega melihat wajah kelelahan Anna saat mencoba menyelesaikan banyak tugas sekolah.

"Masih tersisa berapa soal lagi?"

"Lima, kamu gak usah khawatir. Aku bisa sendiri, kok."

"Biar saya temani di sini," ucap Lucanne tidak mau meninggalkan Anna selangkah pun. Dia akan tetap berada di tempat yang sama.

Setelah itu tidak ada lagi obrolan antara mereka berdua. Lucanne yang sibuk memandangi wajah Anna, dan gadis itupun sibuk menulis jawaban dari banyaknya soal.

"Akhir-akhir ini aku sering banget telat tidur."

Lucanne meletakan kepalanya di atas lengan seraya memiringkan wajahnya. "Jangan sakit ya," pinta Lucanne.

Anna menggeleng lemah, "Aku kuat. Kalo sakit, tinggal minum obat. Beres."

Bagaikan bocah masih lugu, sosok itu mengedipkan mata berulangkali, "Obat tablet itu pahit," katanya.

"Memang. Kalo manis, ya sirup." Tawa Anna mengudara beberapa saat sebelum menyadari bahwa sekarang sudah jam sebelas lewat.

Senyum manis Anna tercetak melihat semua tugas berhasil ia rampungkan. Sekarang waktunya untuk beristirahat, beranjak dari tempat duduk untuk menaiki ranjang. Lucanne membuntuti dari belakang.

"Langsung tidur ya," bujuk Lucanne dan suaranya mengalun sangat lembut.

"Iya, selamat malam Lucanne."

"Selamat malam juga, tidurlah dengan nyenyak."

Detik selanjutnya Anna sudah masuk ke alam bawah sadar. Memang secepat itu mengingat betapa lelahnya Anna menahan kantuk demi tugas-tugas yang terus menumpuk.

Sekarang sudah kelas dua belas, tidak ada waktu bercanda, santai-santai dan menyepelekan tugas. Karena semua itu penentu kelak saat hari kelulusan tiba dan juga memudahkan ia memilih untuk melanjutkan berkuliah dimanapun yang ia mau.

Begadang adalah kegiatan terbarunya. Lucanne yang awalnya banyak protes perlahan lebih menerima keadaan Anna yang sekarang. Jarang ada waktu santai sekadar mengobrol. Semua dihabiskan dengan membaca dan menulis.

"Saya tidak boleh egois, tugas sekolahnya jauh lebih penting daripada saya." Lucanne selalu menekankan pada dirinya sendiri bahwa Anna juga memiliki kesibukan lain dan itu sangat penting baginya.

Mulai sekarang hanya mengingatkan beberapa hal yang kerap kali Anna lupakan bahkan lewatkan. Istirahat, makan, juga sembahyang. Tiga poin penting di atas tadi, tidak bosan-bosannya Lucanne ingatkan.

Contohnya di hari itu, wajah Anna begitu pucat, tangannya bergetar hebat, dibarengi suara perut yang mendemo minta jatah.

"Belum selesai."

Suara Anna saja terdengar tidak baik-baik saja. Lucanne memandang tajam, "Makanlah walau sedikit. Setidaknya itu mampu mengganjal perutmu yang lapar."

"Tapi—"

"Anna saya mohon, ini semua demi kesehatan kamu."

Ucapan tanpa bantah lagi-lagi membuat Anna mengangguk pasrah. Berjalan gontai mengambil piring. Baru sampai dua suap Anna meringis sambil memegangi perutnya. "Sakit," cicitnya.

LUCANNE [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang