"Haruhi-san, apa kau sadar apa yang telah kau perbuat?" tanya seorang pria paruh baya dengan kacamata yang bertengger di pangkal hidungnya. Matanya memicing tajam kepada gadis yang tengah berdiri di hadapannya dengan lebam di pipinya dan darah yang mengucur dari kepalanya.
"Tck, mereka yang berbuat duluan!" seru gadis itu tak terima sambil menunjuk ke arah 5 lelaki yang babak belur tengah berdiri berjarak 3 langkah di samping kanannya.
"Saya tidak menanyakan itu."
Sang gadis menurunkan tangannya yang semakin lama mulai mengepal erat. Bodoh sekali ia berharap guru di sekolah ini akan memihaknya walaupun bukan ia yang salah.
"Yang saya tanyakan ialah, apa kau sadar dengan perbuatanmu?" tanya guru itu lagi dengan kedua tangan yang bersidekap di depan dada.
Tentu saja sang gadis itu sadar bahwa ia telah menghajar anak kepala sekolah ini beserta gengnya. Ia tak bodoh untuk mencari gara-gara duluan dengan mereka. Salah-salah beasiswa nya dicabut.
Tapi, para lelaki itu yang memancing emosinya duluan.
Ia sedang belajar di taman belakang karena tempat itu sejuk dan menyenangkan. Di perpustakaan terlalu banyak orang mengingat sebentar lagi akan diadakan Ujian Semester. Ia harus mempertahankan posisinya sebagai murid peringkat satu di tingkatannya agar beasiswanya tidak dicabut.
Kebetulan saat itu ada anak kucing yang bermain di dekatnya. Karena fokusnya terganggu akibat kucing yang berjalan-jalan di atas meja yang ia gunakan, ia pun menaruh kucing itu di atas kepalanya agar tidak banyak tingkah.
Dan tiba-tiba, sebuah bola sepak melayang mengenai kepala hitamnya dengan sangat keras. Anak kucing yang berada di kepalanya langsung terlempar ke tanah.
Kesal? Tentu saja. Sang gadis pun sontak menoleh ke belakang sambil memegang kepalanya yang terasa sedikit sakit.
Ia melihat 5 orang lelaki yang merupakan school rebel sekaligus siswa yang memiliki power di sekolah ini. Bahkan guru tidak berani turun tangan terhadap mereka.
Sang gadis mendecak diam-diam dan kembali fokus dengan buku pelajarannya. Sebelum itu, ia sempat melihat anak kucing yang beruntungnya baik-baik saja setelah terjatuh.
"Wuah~ ada missquenn"
Duakh!
'Kampret' batin gadis itu merutuki pelaku yang melempari kepalanya dengan batu. Ia dapat melihat tetesan darah yang jatuh mengenai buku pelajarannya.
Sang gadis pun menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan untuk mengatur emosinya. Ia tau betul apa yang dapat terjadi apabila berurusan dengan mereka.
Tap tap tap
Ia mendengar beberapa suara langkah kaki yang mendekat. Para lelaki itu mengerubunginya dan boss dari mereka duduk di sampingnya.
Lelaki yang duduk di sampingnya itu memainkan rambut hitam panjang milik sang gadis.
"Sayang sekali wajah cantikmu kalau marah-marah terus" ujarnya kala melihat alis sang gadis yang menekuk itu.
"..."
Ucapan sang lelaki tidak digubris sama sekali. Melihat sikap cuek sang gadis, lelaki itu pun merampas buku pelajarannya dan melemparkannya ke air mancur yang berada di tengah taman.
"Masa bodoh dengan buku ini. Bagaimana kalau kau bermain denganku?" ujarnya. Kemudian tangannya beralih menyentuh pinggang gadis itu. Sang gadis tidak memberikan respon.
Plakk!
"Hoi! Kau tidak bisu kan?" tanya salah seorang dari mereka yang menampar sang gadis. Lagi-lagi sang gadis tidak memberikan respon.
"Sudahlah. Apa gunanya bermain dengan dia? Dekil, pendek, miskin, yang dia bisa hanya membaca buku. Pasti nurun dari orang tuanya" sahut yang lain.
"Lima." Tiba-tiba gadis itu mengeluarkan suara. Kelima lelaki itu kebingungan dengan maksud dari ucapannya.
Gadis itu memegang tangan lelaki yang menyentuh pinggangnya. Jujur sekali ia sangat jijik dengan sentuhan dari lelaki itu.
KRATAK!!
"AACKKK!!!#$&£€∆¶©$!!!"
Lelaki itu memegang tangan kanannya yang terasa sangat ngilu. Ia tak bisa menggerakkan jari jemarinya. Teman-teman nya sangat terkejut melihat perbuatan gadis itu.
"Teme! Apa yang kau lakukan?!" seru salah satu dari mereka.
"Satu, karena telah menendang bola ke arahku. Dua, karena telah melempariku batu. Tiga, karena telah membuang bukuku. Empat, karena telah menyentuhku dengan tangan menjijikkan itu. Lima, semua ucapan kalian yang bahkan lebih rendah dari hewan ternak. Aku cenderung memberikan pembalasan yang berkali-kali lipat dari pemberian orang lain. Berarti, satu orang harus dihajar lima kali."
"Huh, jangan berlagak kau-"
DUAGHH!!!
BRAKK!!
KRAKKKK!!
GUBRAK!!!
Gadis itu menghajar mereka tanpa ampun seorang diri. Mata merahnya berkilat tajam, tanda ia benar-benar murka. Tentu saja ia tak terima orangtuanya di jelek-jelekkan. Tanpa memikirkan konsekuensi atas perbuatannya, ia mencurahkan amarahnya di setiap pukulannya.
Ayahnya adalah seorang tentara, ibunya adalah seorang dokter. Keduanya mati kecelakaan, Haruhi sangat menyayangi mereka. Saat itu, ia masih umur 5 tahun. Meskipun ia tidak terlalu ingat tentang mereka, ia sangat menyayangi keduanya. Karena itu ia sangat murka apabila ada yang menjelek-jelekkan keduanya. Itulah mengapa ia bisa berada di situasi ini.
"Haruhi-san, beasiswamu dicabut dan kau dikeluarkan dari sekolah ini."
Tbc.
Author's note:
755 words
Ketik:
Jum'at
16 Desember 2022Revisi:
21 Desember 2022Publish:
Kamis
5 Januari 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
[Thief] Blue Lock x Female
FanfictionHaruhi, perempuan yang mulai menyukai sepak bola karena kagum dengan permainan seseorang. Namun ia tidak diperbolehkan ikut bertanding di klub sekolah hanya karena dia seorang perempuan. Haruhi juga sangat menyukai karuta. Telinganya sangat tajam da...