Belasan tahun hidup bersama Nevda tidak membuat Theora mengetahui isi hati sang adik. Selama ini apapun yang terjadi tak pernah berakhir panjang di mata Theora.
Nevda tidak pernah membahas kejadian yang telah terjadi di hidup Nevda. Seperti kejadian di meja makan pagi tadi, setelah Nevda keluar dari kamar dengan senyum menawan tak ada lagi cerita yang berlanjut, seolah-olah kejadian buruk yang menimpa Nevda tidak pernah ada.
"nih minum nya, habis itu jangan lupa minum obat ya? kalau ada apa-apa langsung telfon gua." Setelah mengingatkan sang kakak untuk memakan bekal yang sudah ia siapkan, dan membeli air mineral karena sang kakak lupa membawa minum, kini Nevda melangkah untuk kembali ke kelas.
"tunggu." Nevda menoleh, menatap Theora tanpa mengatakan apapun.
"lo udah makan?" Nevda menggeleng dan melirik jam di tangan nya. "bentar lagi masuk, ga cukup waktu buat mesen makan dikantin, gampanglah pulang sekolah nanti gua makan."
"sini, barengan sama gua aja." ajak Theora namun Nevda menggeleng, "udah, mas. habisin ya bekal nya" Nevda berlari kecil keluar dari kelas Theora.
Akhir-akhir ini udara terasa lebih dingin, Nevda membawa jaket namun sayang nya ia tinggal di dalam kelas. Perut nya juga masih terasa sakit, namun Nevda tidak terlalu mempedulikan nya.
Ponsel nya berdering, Nevda menghentikan langkah nya lalu membuka pesan yang baru saja ia terima.
08xxxx
|kegudang, skrg.
sebentar lagi masuk, Reno|
|oh lo mulai berani?
Nevda menghela napas dan mematikan ponselnya tanpa menjawab pesan tersebut. Mata sayu Nevda menatap lantai kemudian tersenyum tipis.
"Nevda?" Nevda mengangkat wajah nya lalu sedikit terkejut karena kakak kelas memanggil nya.
"kamu ngapain berdiri disini sendirian?" Dellana, bertanya dengan lembut kepada adik kelas nya. "sana masuk kelas, sebentar lagi bel masuk bunyi- tuhkan masuk" Dellana tersenyum dengan menawan ketika mendengar bel masuk telah berbunyi.
"ah, iya kak dell kalau gitu aku duluan ya" Nevda membungkuk sopan sebelum akhirnya berjalan meninggalkan Dellana di koridor.
Nevda masuk ke dalam kelas.
❇❈❇❈
Jam pelajaran selanjut nya adalah kimia, Nevda sedang fokus mendengarkan penjelasan dari guru nya.
"Energi ionisasi adalah energi yang dibutuhkan oleh sebuah atom atau ion dalam fase gas untuk melepaskan sebuah elektronnya. Dalam satu golongan, dari atas ke bawah, energi ionisasi pertama cenderung semakin kecil, sebagaimana jarak dari inti ke elektron terluar bertambah sehingga-"
"Permisi bu, maaf mengganggu di jam pelajaran ibu. Saya diperintahkan untuk memanggil Nevda ke ruang guru, bu." semua murid menatap ke arah remaja yang baru saja mengetuk pintu dan mengatakan keperluan nya datang ke kelas Nevda.
"silahkan, Nevda." ujar sang Guru, lalu setelah itu Nevda bangkit dan pergi dari kelas nya.
Setelah berjalan cukup jauh dari kelas, tangan Nevda ditarik kasar oleh murid seangkatan nya yang tadi berkata bahwa ia diperintahkan untuk ke ruang guru.
Tubuh Nevda di dorong begitu saja memasuki gudang yang jarang sekali orang datangi. "gede juga nyali lo udah bikin gua nunggu lama" Reno, tersenyum miring.
"Maaf Ren, tapi gua mau belajar" Nevda membiarkan dua orang lain nya memegang tangan kanan dan kiri nya tanpa berniat melawan.
"mau belajar ya? sini belajar sama gua" Reno, lelaki yang memiliki mata setajam elang mengambil satu balok kayu sebagai mainan nya kali ini.
"belajar nahan rasa sakit." satu pukulan dan tepat sasaran. punggung Nevda terasa sakit namun bibir Nevda seakan enggan untuk mengeluh atau memohon ampun.
BUGH
BUGH
BUGHNevda lemas, ia membiarkan dua remaja yang memegang tangan nya membantu nya tetap berdiri walaupun dengan tujuan untuk mencelakai.
PLAK
"payah, lo cepet sekarat"
"No kayak nya udah dulu, deh" samar-samar Nevda mendengar seseorang yang memegang tangan kiri nya untuk berhenti memukul nya.
"Iya, cabut yok" Reno terkekeh mendengar kedua teman nya yang mencoba menghentikan nya.
BUGH
"Reno" Kaire meringis melihat Reno yang memukul dada Nevda keras. "kayak nya kita agak berlebihan, udah yok, cabut" Kaire mencoba membujuk Reno.
Billy juga ikut membujuk, kalau Reno sampai membunuh Nevda mereka akan dalam masalah besar.
Tangan Reno menarik rambut Nevda hingga beberapa helai terjabut, "makanya lain kali jangan bikin gua nunggu, harusnya gua ga ngelakuin sampe sejauh ini, tapi karena lo yang mancing, terima aja ya."
"oke, cabut." Billy dan Kaire bernapas lega lalu melepaskan Nevda dan pergi dari sana, membiarkan Nevda berada di ambang kesadaran, mencoba untuk tetap kuat agar tidak berakhir mengenaskan di dalam gudang ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi Nevda
Roman pour AdolescentsNevda tidak akan mampu menjadi sempurna walaupun semua orang memaksanya. Nevda hanya akan menjadi Nevda, bukan sempurna.