Untuk semua kalimat menyakitkan yang pernah Nevda dengar, Nevda berusaha untuk memakluminya. Semenyakitkan apapun perkataan yang keluar dari mulut orang-orang yang ia kenal, ia tak pernah menuntut permintaan maaf. Walaupun jauh didalam lubuk hatinya ia merasa sangat kesakitan, namun ia akan tetap diam dan mencoba bersikap biasa saja.
Nevda akan berpura-pura tidak mendengar apapun, menunjukan kepada semua orang bahwa ia tidak apa-apa. Senyumnya akan selalu terbit, walaupun semuanya terasa begitu sakit. Nevda hanya berusaha bertahan dengan kehidupan yang ia yakini tak akan lama bertahan.
Tidak akan ada manusia yang kuat jika selalu ditempatkan dalam situasi yang menyakitkan berulang kali. Selalu dibuat merasa tak berguna, selalu diharapkan ketiadaannya, selalu disakiti fisik maupun mental.
Nevda rusak, sudah sejak lama Nevda rusak. Ia hanya menjalankan hari-harinya dengan sisa-sisa tenaga yang ia punya, menuruti segala keinginan orang-orang tersayangnya walaupun segalanya terlihat tak bernilai dimata mereka, menyakiti dirinya sendiri dengan terus bertahan dalam hubungan keluarga yang tidak dapat dikatakan sehat.
Namun kabar baiknya, segalanya akan usai. Nevda hanya butuh bertahan beberapa hari lagi untuk dapat bebas. Nevda akan menjadi bintang yang bersinar paling terang di langit, Nevda akan menyaksikan kebahagiaan keluarganya dari langit, semua akan baik-baik saja setelah ini.
Setelah ini Nevda akan menghilang, membiarkan keluarganya hidup bahagia tanpa sebuah kesialan yang mendekap rumah mereka, kehidupan baru mereka akan dimulai sebentar lagi, dan Nevda tidak sabar untuk menyaksikan segala kebahagiaan keluarganya yang tertunda karena kehadirannya.
memikirkan wajah bahagia keluarganya sudah cukup membuat senyum Nevda mengembang sempurna, tanpa mempedulikan bahwa ia yang harus mengorbankan kehadirannya.
*****
Nevda membiarkan Naka menggenggam tangannya dengan erat, helaan nafas Naka terdengar begitu jelas, pemuda tersebut mencarinya sedari tadi, peluh membanjiri wajah tampan Naka menjadi bukti bahwa Naka memang mencarinya sedari tadi.
Mungkin Naka hanya terlalu takut Nevda berada didekat Hira.
"Lain kali bilang dulu sama gua atau Theo kalau lo mau kemanapun, okay? disini ga aman." Naka melirik Nevda yang tengah menelan saliva.
"Okay, maaf." hanya itu yang dapat Nevda lontarkan, walaupun banyak sekali kalimat yang bisa Nevda jadikan sebagai jawaban yang mampu memperpanjang obrolan, namun Nevda tidak ingin berbicara banyak.
"lho, dek. Mas nyariin dari tadi, lo dari mana?" Theora berhenti tepat dihadapan Nevda yang sedang memandangnya.
"Dapur, mas. Kenapa nyariin?" tanya Nevda.
"Kenapa ga bilang? gua sama Naka khawatir." Naka membawa Nevda duduk di tepi ranjang milik Theora.
"Mas kita dirumah, gua cuma ke dapur. Kenapa mas takut banget?" tanya Nevda.
"Ya justru karena kita ada dirumah, gua harus waspada. Lo sadar ga sih kalau nyawa lo lagi terancam? oma bisa ngelakuin apa aja, dan gua gamau lo kenapa-kenapa!" tiba-tiba suara Theora meninggi dengan raut tak terbaca.
Naka berdecak, apa-apaan Theora meninggikan suara kepada Nevda? Naka menatap Theora tajam membuat Theora menghela nafas kasar.
Theora mengusap wajahnya kasar, "Sorry gua bentak lo. Gua cuma takut lo kenapa-kenapa"
Nevda mengangguk dengan senyum yang ia paksakan, kemudian Theora mendekat dan mengelus kepala Nevda lembut, "Mas keluar sama Della sebentar ya? dia minta anterin ke toko buku. Kalau ada apa-apa telepon mas, okay?"
"hati-hati"
"Ka, tolong jagain Nevda dulu ya? kalau dia mau apapun atau kemanapun tolong temenin, gua cuma sebentar sama Della."
Naka mengangguk dengan senyum, berkata bahwa Nevda berada ditangan yang tepat dan Theora tidak perlu mengkhawatirkannya.
Setelahnya Theora benar-benar pergi dari kamarnya, Naka mencoba mengajak Nevda hanyut dalam topik pembicaraaannya.
"Kak Nunu minggu depan pulang ke indonesia." Nevda tersenyum dengan binar bahagia mendengar kabar tersebut, namun sedetik kemudian melunturkan senyumnya ketika mengingat tak banyak waktu yang ia punya.
Pria bernama Wisnu yang mereka panggil dengan sebutan Nunu adalah kakak kandung Naka, Pria tersebut bekerja diluar negeri sebagai dokter spesialis jantung. Wisnu adalah kebanggaan keluarga besar mereka, karena diusia yang masih dibilang muda Wisnu sudah mendapat pekerjaan yang luar biasa mulia.
Bagaikan cahaya di tempat yang gelap, Wisnu selalu bisa membuat semua orang menemukan titik terang, kehadiran Wisnu selalu membawa kebahagiaan sehingga keberadaan Nevda semakin tersingkirkan.
Kendati demikian, Wisnu selalu bisa menyeret Nevda dalam bisingnya keramaian, mampu membuat anak yang dipandang sebagai sebuah kesialan menjadi pusat perhatian, mencoba menghantar hangat kasih sayang yang sialnya malah membekukan keadaan.
Bisa dibilang, Wisnu adalah salah satu tameng untuk Nevda, Wisnu selalu melakukan banyak hal untuk membuat Nevda terlihat bersinar dalam kegelapan yang tercipta.
Wisnu sangat berusaha keras membuat hadir Nevda menjadi hal yang istimewa, namun Nevda selalu membuat usaha Wisnu sia-sia, karena memang sudah begitu seharusnya.
"Kenapa?" Nevda tersadar dari lamunannya, menggeleng singkat dan menunduk dalam.
Bolehkah ia merasa keberatan atas takdir yang tuhan garisi? segalanya terasa berat. Ia hanya memiliki waktu beberapa hari untuk melihat dunia, karena setelahnya ia akan menjadi penyembuh Theora.
Sesak, dadanya terasa sangat berat dan penuh. Apakah keputusannya sudah benar? apakah ia benar-benar bisa merelakan segalanya dan menyembuhkan Theora?
Bodoh. Kenapa sekarang ia malah tidak yakin dengan keputusannya, disaat ayah nya sudah menetapkan tanggal kematiannya- ah, maksudnya tanggal operasi kakaknya.
Nevda akan menghilang, sesuai keinginan semua orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi Nevda
Teen FictionNevda tidak akan mampu menjadi sempurna walaupun semua orang memaksanya. Nevda hanya akan menjadi Nevda, bukan sempurna.