"Ka, Nevda dimana ya?" Theora sudah masuk ke ruang operasi dan Wisnu sedari tadi tak melihat Nevda.
"Gak tahu, tadi habis dari luar sama Naka dia pergi sama om Andrian." Kini Wisnu berjalan mendekati Andrian yang sedang duduk di dekat pintu ruang operasi Theora.
"Nevda dimana om?" tanya Wisnu.
"Tadi izin ke toilet."
"Ayo dek kita cari Nevda, dia belum makan dari pagi kakak takut dia pingsan atau kenapa, habisnya ga balik-balik kesini." Naka mengangguk, sebenarnya suasana hatinya sedang tidak baik, ada emosi yang tiba-tiba menghampirinya.
"Gak usah."
Wisnu menatap Andrian, "kenapa?"
"Nanti juga balik lagi kesini."
Wisnu menghela napas, "Om kalau mau disini ya gapapa, aku mau cari adik aku, wajahnya babak belur tadi, aku rasa ada seseorang yang mukulin dia." Tatapan tajam itu dilayangkan oleh Wisnu kepada Andrian.
"Kamu tidak perlu mencarinya."
"Aku-"
"Curiga." Naka maju, mendekati Andrian dan menatap penuh intimidasi. "dari pagi, om kayak jaga Nevda banget terus pas Theo udah masuk kedalam sana om mulai acuh lagi sama Nevda."
"Om bilang pendonor Theo mau identitasnya dirahasiakan? om bisa jamin kalo yang didalem itu bukan Nevda kan?" Naka maju lagi selangkah.
"Kalo memang Nevda yang didalem kenapa?" Naka menoleh, menatap Mova yang kini berdiri dan mendekatinya. "Kamu mau apa?"
"Jadi yang didalem itu beneran Nevda?"
"Iya, kenapa?"
Naka beralih ke pintu ruang operasi, Naka menggedornya kuat. Tak peduli, Naka hanya ingin Nevda hidup.
"BUKA ANJING! GUA GAMAU KEHILANGAN ORANG YANG GUA SAYANG LAGI HARI INI!! LO SEMUA ANJING! BUKA!!"
Andrian menarik Naka. "Apa yang kamu lakukan?!" bentak Andrian.
"Lo yang apa?! bisa-bisa nya lo korbanin nyawa anak lo demi anak lo yang lain! gila! kalo ga becus jaga anak gak usah lo punya anak, anjing."
"Jaga ucapan kam-"
"Diem lo anjing, lo juga sama aja! lo yang ngelahirin lo juga yang ngebunuh dia. Hidup lo ga akan tenang kalau Nevda mati, gua pastiin itu!"
"Lo ga ngerti gimana sakitnya jadi Nevda. Selama dia hidup, Lo semua cuma bisa bikin Nevda menderita dan sekarang dia harus mati demi nyelamatin nyawa orang yang jadi salah satu alasan dia menderita semasa hidup!"
"Keluarin Nevda dari sana, gua bisa tuntut rumah sakit ini dan lo yang rencanain semua ini." Naka menunjuk wajah Andrian dan Mova bergantian. "KELUARIN NEVDA DARI SANA."
Andrian mengambil ancang-ancang menampar Naka namun Wisnu menarik Naka menjauh. "Om ga punya hak nyakitin adik aku."
"Sampai jumpa dipengadilan, om."
****
Gundukan tanah yang masih basah, semerbak bunga yang begitu khas menusuk indra penciuman orang-orang yang datang kesana. Semua mata memancarkan kesedihan, walaupun tak ada yang tahu tentang penyamaran yang dilakukan mereka, mungkin mereka hanya berpura-pura terlihat sedih.
Jasadnya telah dikebumikan, manusia tersebut hanya tersisa nama. Semua yang pernah terjadi hanya tinggal sejarah. Tak ada yang tahu tentang umur manusia, kemarin terlihat baik-baik saja kemudian hari ini tubuhnya ditelan bumi, itu mungkin saja terjadi.
Yang paling mengecewakan adalah bagaimana kepedulian orang-orang hanya datang ketika kepergiannya menjadi kabar duka bagi orang-orang yang mendengar.
Bohong, mereka hanya berpura-pura kehilangan. Beberapa dari mereka masih sanggup mengumbar tawa ketika menginjakan kaki ke pemakaman.
"Ayo kita pulang, kak." itu ajakan Naka, tak sanggup melihat batu nisan lebih lama lagi. Air matanya masih mengalir deras, wajahnya begitu kacau karena sebuah perpisahan abadi.
"Hapus air mata kamu." Wisnu, membantu Naka menghapus air matanya.
Mereka berjalan, meninggalkan makam dengan perasaan tak karuan. Wisnu menatap punggung adiknya, gelagat adiknya begitu aneh, Wisnu memegang bahu pemuda itu ketika dia tiba-tiba berhenti berjalan, selanjutnya pemuda tersebut kehilangan kesadarannya.
Naka pingsan.
****
Andrian mengambil langkah lebar memasuki kamar rawat anaknya. Sungguh bersyukur ketika melihat anak yang begitu ia sayangi kini telah sembuh dari rasa sakitnya.
Rasanya memang sedikit merasa menyesal telah mengorbankan anaknya demi kesembuhan anaknya yang lain. Namun semua sudah terjadi, kini Nevdanya hidup didalam tubuh Theora.
Anggap saja Andrian keji, sanggup membunuh nyawa anaknya sendiri. Namun apa yang harus ia lakukan selain semua ini? tak ada. bertahun-tahun ia berusaha mencari pendonor namun tak kunjung datang, jika Nevda bersedia mengapa Andrian harus melarangnya?
Semua bukan kesalahannya kan? Andrian hanya seorang ayah yang menginginkan kesembuhan anaknya, tak ada sedikitpun niat untuk menyakiti orang lain.
Mungkin saat ini Nevda sudah berada di surga bersama Hira, pikir Andrian.
Tak ada yang perlu disesali, Andrian membuat keputusan ini secara matang-matang. Theora sembuh dari sakitnya dan Nevda pergi ke tempat yang jauh lebih indah dari dunia. Bukankah cukup adil? ya, Andrian berhasil menjadi ayah yang baik.
Setelah ini ia akan berusaha menjaga keluarganya agar tidak ada lagi yang harus dikorbankan, Andrian akan berusaha menjadi kepala keluarga yang baik.
Walaupun mungkin... akan begitu sulit.

KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi Nevda
Fiksi RemajaNevda tidak akan mampu menjadi sempurna walaupun semua orang memaksanya. Nevda hanya akan menjadi Nevda, bukan sempurna.