Mau bagaimanapun ceritanya, meskipun ada banyak rintangan yang harus di hadapi, mengikhlaskan tetap menjadi endingnya. Meskipun ada banyak kesulitan yang harus di jalani, mengikhlaskan tetap menjadi jalan keluar terbaik yang harus di ambil.
2. BUKAN TEMPAT TINGGAL YANG RAMAH.
Gema kumandang adzan subuh menyeruak silih berganti, masuk kedalam mimpi seorang remaja laki-laki. Sampai-sampai ia membuka matanya. Suara ayam berkokok saling bertautan dimana-mana, berhasil membuat lelaki itu tersadar sepenuhnya.
Melirik jam yang tertera di dinding kamarnya. Kemudian Legenda beranjak menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu. Setelah kembali, Legenda melihat Kakeknya yang masih tertidur pulas. Masih sama dengan posisi semalam, tidak tampak perubahan sedikitpun.
Beberapa waktu kemudian, Legenda menengokan kepalanya ke kanan lalu ke kiri, sebagai tanda akhir shalatnya selesai.
Legenda beralih membangunkan Kakeknya. Namun, tidak ada pergerakan dari sang Kakek, matanya tak kunjung terbuka. Legenda memilih untuk menggoyang-goyangkan tubuhnya Kakek Darsa. Tapi, tubuh yang terbaring itu terasa kaku.
Detak jantung Legenda mulai berpacu cepat, mencoba untuk menepis pikiran-pikiran buruknya. “Kek, bangun, udah subuh.”
Masih tidak ada respon dari Kakek Darsa. Pelupuk mata Legenda pun mulai menampung genangan air mata. Legenda sudah tidak bisa menghalau pikiran-pikiran negatifnya, darahnya berdesir hebat ketika Legenda tidak menemukan detakan di pergelangan tangan Kakeknya.
Air mata tidak bisa di tahan lagi. Raga Kakeknya sudah tidak bernyawa, napasnya sudah hilang.
Napas Legenda terengah-engah dalam posisi memeluk jasad Kakeknya. Suara tangisnya terdengar terputus-putus, kemudian menghilang. Tangisan tanpa suara itu justru semakin mempersesak rongga dadanya.
“Kau terlalu cepat mengambilnya, Tuhan...” lirih Legenda pilu. “Aku masih membutuhkan sosoknya.”
Legenda bertemu kembali dengan hari terburuk dalam hidupnya. Legenda kehilangan satu-satunya orang yang selalu mengerti kepada dirinya. Rasanya, baru semalam Legenda meminta kepada Tuhan untuk menyembuhkan penyakit Kakeknya. Nyatanya, Tuhan benar-benar menyembuhkan secara total.
Kesembuhan yang abadi, kesembuhan yang tiada sakit lagi. Ingin rasanya Legenda egois untuk saat ini, meminta kembali apa yang menjadi miliknya.
✧𝓛𝓮𝓰𝓮𝓷𝓭𝓪✧
Suasana rumah yang biasanya sepi, kini berganti ramai. Banyak sekali orang yang datang, mereka silih berganti mengucapkan bela sungkawa kepada Legenda.
“Kakeknya silakan di cium, Nak. Kafannya sudah mau di tutup, air matanya jangan sampai netes, ya,” ucap seseorang yang Legenda kenali sebagai ustadz.
Legenda mengusap air matanya, berusaha menahan kristal bening agar tidak terjatuh mengenai pakaian terakhir Kakeknya. Legenda mencium kening kakeknya penuh kelembutan.
Bibir pucat kakek Darsa memperlihatkan senyuman kacil. Bagi Legenda, kakek Darsa itu hanya sedang tertidur pulas. Legenda masih sangat berharap bahwa semua ini hanya sekedar mimpi buruk. Legenda berharap bahwa kakeknya tidak benar-benar pergi meninggalkannya seorang diri.
Rasa sakit yang Legenda rasakan seketika membuncah saat orang-orang mulai membopong tubuh Kakek Darsa kedalam keranda jenazah.
“Tuhan, kakek benar-benar pergi? Lantas, bagaimana dengan kehidupanku selanjutnya? Akan sehampa apa kehidupanku di hari esok?” ucap Legenda dalam hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEGENDA: Garis Nestapa [TERBIT]✓
Teen FictionTERSEDIA DI GRAMEDIA & TOKO BUKU ONLINE📍 "Aku terlalu lelah untuk terus berkelana di bawah hujan." Legenda Negeri Angkasa. Sosok laki-laki yang rasa sabarnya tidak pernah habis, dia mampu menghadapi dan beradaptasi dengan manusia-manusia di sekelil...