Pilihlah seseorang yang cintanya lebih besar, bukan dia yang memiliki segalanya.
10. ATTITUDE HARUS DOLAR.
“Bandung, menjadi saksi atas jatuh cinta pertamanya gue.”
Adista membuka obrolan, menikmati suasana pagi yang sedikit berkabut di kota Bandung. Matanya tertuju ke luar jendela mobil yang ia tumpangi bersama Moana.
Merasa sedikit heran ketika mendengar Adista bicara seperti itu. Selama ini, yang Moana tau, anak manusia aneh yang ada di sampingnya ini susah untuk membuka hati kepada orang lain. Untuk pertama kalinya, Moana tau kalau Adista menyukai seorang pria.
Moana menghela napas lega. “Akhirnya... Ternyata, lo itu normal, Ta,” ceplos Moana. Wajahnya tersenyum mengejek ke arah Adista.
“Lo kira, gue homo apa?” Adista memutar bola matanya malas. “Tapi, gue serius, Mon. Yang di sayangkan, kenapa orang sebaik dia banyak di jauhi orang-orang?”
“Siapa?”
“Nanti gue tunjukin, hehe,” ucap Adista yang di akhiri kekehan kecil. Merasa geli karena pertama kalinya jatuh cinta. Pertama kalinya juga curhat tentang seorang laki-laki kepada Moana.
Memasuki suasana sekolah yang sudah ramai. Moana dan Adista masih asik bercerita. Lebih tepatnya, Moana yang sedang menceritakan Ilalang, sosok cowok yang jelas-jelas tidak ingin di kejar. Asik bercerita, sampai-sampai mereka tidak menyadari sudah berada di lantai tiga.
“Mending sandwich buah itu buat gue aja. Ilalang nggak akan pernah terima makanan dari lo, gue jamin,” Adista berucap begitu mantap. Sudah kesekian kalinya Moana di tolak mentah-mentah oleh Ilalang. Tapi, gadis itu sama sekali tidak ada kapoknya.
“Belum luluh, Ta. Harusnya lo dukung gue, dong.”
Moana terus berjalan menyusuri koridor lantai tiga, sembari memperhatikan paperbag kertas kraft isi sandwich nya. Sampai-sampai Moana tidak menyadari kalau Adista menghentikan langkahnya di belakang. Saat menyadari ada yang hilang, Moana membalikan tubuhnya. Menangkap sosok Adista yang ternyata sedang memperhatikan seseorang di bawah sana.
“Woy, Dista! Ngapain lo?” tanya Moana, menghampiri Adista, lalu mengarahkan pandangannya sesuai dengan arah bola mata Adista. “Lo, lagi liatin Legenda sama si murid baru itu?” tanya Moana, lagi, memastikan.
“Dia si pencuri itu.”
Moana jelas tidak paham, pencuri apa yang Adista maksud. Moana melihat wajah Adista dari samping, seolah menunggu jawaban yang mungkin dapat Moana pahami.
“Lo suka sama si sipit itu?” tebak Moana, meleset.
“Bukan.”
“Terus?”
“Legenda.”
Mulut Moana terkatup rapat. Ada sedikit rasa tak rela saat mengetahui bahwa Adista menyukai Legenda. Hatinya merasakan cemburu. Ntah apa alasannya. Tapi, yang Moana ingat, saat pertemuan di halte waktu itu, Moana sering kali memikirkan Legenda. Tetapi Moana tidak menyimpulkan bahwa dirinya suka kepada Legenda.
“Kenapa, kok, kayak gitu?” tanya Adista. Saat melihat perubahan raut wajah Moana yang tampak tak suka.
“Kenapa bisa suka sama Legenda, sih, Ta? Kayak nggak ada cowok lain aja. Mending sama si sipit itu. Siapa namanya, Dermaga, ya. Kelihatannya dia cowok royal. Masa depan lo bakalan terjamin.”
KAMU SEDANG MEMBACA
LEGENDA: Garis Nestapa [TERBIT]✓
Teen FictionTERSEDIA DI GRAMEDIA & TOKO BUKU ONLINE📍 "Aku terlalu lelah untuk terus berkelana di bawah hujan." Legenda Negeri Angkasa. Sosok laki-laki yang rasa sabarnya tidak pernah habis, dia mampu menghadapi dan beradaptasi dengan manusia-manusia di sekelil...