17. KRONOLOGI

49.6K 4.3K 152
                                    

Beberapa hari yang lalu.....

“Putri Papa, kenapa melamun terus?” tanya Daniel—Papa Moana. Pria itu mengulurkan sebelah tangan kirinya untuk mengusap pucuk kepala Moana. Sedangkan sebelah tangannya lagi, memegang stir mobil.

“Sedang berada di puncak komedi, Pa,” jawab Moana, dengan bibir yang di tipiskan. “Berani memasukan seseorang kedalam sana, padahal sudah ada penghuni yang sudah lama tinggal.”

Berpikir sejenak. Memahami apa yang di maksud putri tunggalnya itu. Beberapa saat kemudian, Daniel mengerti, kemudian bertanya. “Kenapa bisa?”

Moana menggelangkan kepalanya pelan. Tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut. Kerena dirinya pun tidak tau, perasaan itu datang secara tiba-tiba. Dua orang cowok yang di maksud Moana adalah Legenda dan Ilalang.

Satu hari di malam kelabu, Moana pernah memikirkan hal ini sendirian. Jika di rasa-rasa dan di pikir-pikir. Perasaannya terhadap Ilalang mungkin hanyalah sebuah obsesi. Sedangkan dengan Legenda, Moana merasakan kenyamanan. Meskipun pertemuan dengan laki-laki itu tidak terlalu sering. Tapi bisa memikat dengan cepat.

“Moana nggak tau, Pa.”

“Kalau begitu, jangan pilih dua-duanya.”

Moana memutar kepalanya dengan gerakan cepat, melihat ke arah Papanya yang sedang fokus melihat jalanan di depannya.

“Kenapa?” tanya Moana. Alisnya saling bertaut heran.

“Papa udah punya pilihan pendamping untuk kamu. Kesenangan, kebahagiaan, dan masa depan kamu sudah terjamin. Jika di lihat dari segi fisiknya pun, gak kalah ganteng dari oppa-oppa Korea yang sering kamu lihat itu.”

Moana memincingkan matanya, menatap curiga ke arah Papanya. Perasaannya mulai tak enak. “Jangan bilang, Moana mau di jodohin?” tebaknya.

Dan, benar saja. Tebakan Moana tidak meleset. “Baguslah kalau kamu tau. Jadi, Papa nggak perlu repot-repot menjelaskan lagi.”

“Pa—”

“Na, Papa cuma mau yang terbaik buat kamu,” sela Daniel. Ketika Moana hendak menyangkal.

Mood Moana semakin hancur dibuatnya. Benar-benar menyebalkan. Bagi Moana, yang terpenting adalah pilihannya sendiri. Dengan begitu, dapat di pastikan bahwa dirinya akan bahagia. Sedangkan jika terpaksa, bagaimana dengan kedepannya? Bagaimana menjalin hubungan tanpa di dasari rasa cinta?

Pikiran Moana dengan Daniel saling bertolak belakang saat ini. Daniel begitu keras kepala dan tidak bisa di bantah. Begitupun dengan Moana yang mempunyai sifat turunan dari Papanya.

“Kesenangan Moana, serta laki-laki yang akan menjadi pendamping Moana, biar Moana saja yang cari, Pa. Biarkan Moana bahagia dengan pilihan Moana sendiri.”

Sedangkan Daniel hanya tersenyum kecil sembari menggeleng-gelengkan kepalanya perlahan saat mendengar jawaban dari anaknya. “Memangnya kamu akan memilih siapa di antara dua laki-laki itu?”

Pertanyaan dari Daniel berhasil membuat Moana mati kutu. Rasa kesalnya semakin bergejolak. Dengan kecepatan mobil yang melaju kencang, Moana sibuk membuka sabuk pengaman yang terpasang di badannya.

“Jangan macam-macam!” suara tinggi Daniel, berhasil membuat air mata Moana yang menggenang di pelupuknya menetes.

Kemudian Moana mencoba membuka pintu mobil yang sengaja di kunci oleh Daniel. “Moana mau turun, Pa!”

Di situlah, perselisihan di mulai. Sehingga Daniel tidak fokus mengendalikan kendaraannya. Ketika pandangan Daniel sibuk kepada Moana, di saat itulah, seorang pria menyebrang jalan.

LEGENDA: Garis Nestapa [TERBIT]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang