Gajah mati meninggalkan gading. Manusia mati meninggalkan nama dan kenangan.
45. SELAMAT ABADI DI HATI YANG MENYAYANGI.
“Papa, Genda bikinin kopi buat Papa, biar nggak ngantuk kerjanya.”
Yuda teringat dengan Legenda kecil. Dari kecil, Legenda memang selalu perhatian, selalu memperhatikan hal-hal kecil, dan selalu peka terhadap situasi.
Dulu, pada momen itu, Legenda ketiduran di atas sofa karena anak itu bersikukuh ingin menemani Yuda sampai menyelesaikan pekerjaannya. Kemudian, waktu itu Legenda terbangun. Melihat Papanya yang sedang menguap dengan tatapan mata yang masih fokus pada laptop. Akhirnya Legenda beranjak pergi ke dapur untuk membuatkan Papanya kopi.
“Selamat ulang tahun, princessnya Genda!”
Zanna teringat momen itu. Dimana ada seorang anak kecil yang berlari menghampirinya di dapur. Seorang bocah laki-laki yang memberikan sebuah mahkota kepada Zanna. Kemudian, anak laki-laki itu memeluknya erat.
Drrtttt...
Ponsel Gibran berbunyi. Ada telpon masuk dari kontak bernama Bu Nadia. Seseorang yang akan mengurus panti asuhan Angkasa milik Legenda nanti.
Gibran menjauh terlebih dahulu untuk mengangkat telpon itu.
“Assalamualaikum, Pak.”
Gibran menormalkan pernapasannya terlebih dahulu. “Waakaikumsalam, Bu Nadia, ada apa, ya?”
“Maaf mengganggu waktunya. Saya cuma mau mengingatkan, nanti sore, pukul tiga jangan lupa dateng ke panti asuhan Angkasa untuk meresmikan di bukanya panti. Jangan lupa mengajak Nak Legenda juga. Dia yang akan potong pita merahnya nanti.”
✧𝓛𝓮𝓰𝓮𝓷𝓭𝓪✧
[ PART DI HAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN ]
KAMU SEDANG MEMBACA
LEGENDA: Garis Nestapa [TERBIT]✓
Teen FictionTERSEDIA DI GRAMEDIA & TOKO BUKU ONLINE📍 "Aku terlalu lelah untuk terus berkelana di bawah hujan." Legenda Negeri Angkasa. Sosok laki-laki yang rasa sabarnya tidak pernah habis, dia mampu menghadapi dan beradaptasi dengan manusia-manusia di sekelil...