27. TEROR

43.5K 4.1K 217
                                    

Jangan percaya dengan senyumanku. Aku lembut dalam membenci seseorang.

27. TEROR.

Rasanya benar-benar melelahkan untuk hari ini. Pulang sekolah jam satu karena ujian, sampai di rumah jam tiga sore karena mobil yang menjemput Moana mogok di tengah jalan. Alhasil, gadis itu harus naik angkutan umum agar bisa sampai kerumahnya. Bahkan, ketika sampai di rumah pun, Moana tidak menemukan suatu hal yang bisa membuat penatnya hilang, kehidupannya terlalu hampa. Tidak ada satu orang pun yang Moana temukan dalam rumahnya, sekedar ada keheningan, dan suara detik jam yang terdengar.

Gadis itu hendak akan pergi ke kamarnya yang ada di lantai dua. Namun, di pertengahan anak tangga, Moana menemukan sepucuk kertas kotor bekas tanah merah.

Orang yang paling berbahaya itu adalah wanita yang terlihat santai, tapi otaknya berbaur penuh dendam.

Moana mendadak resah setelah membaca tulisan dalam kertas tersebut. Tak sengaja matanya menangkap satu kertas lagi di puncak anak tangga. Meskipun takut, Moana tetap membuka lipatan kertas yang sama kotornya itu.

Aku di buat tumbuh dengan banyak rasa dendam oleh perlakuanmu.

Moana menelan salivanya yang terasa pahit. Netranya celingukan melihat ke segala penjuru ruangan. Namun, hanya kesepian dan kegelapan yang Moana dapatkan. Moana berusaha tidak memperdulikannya. Gadis itu memilih untuk menyimpan kertas itu di tempat semula, dan melanjutkan langkahnya menuju kamar.

Ruangan kamarnya gelap, hanya ada sedikit cahaya matahari sore yang masuk kedalam kamarnya lewat celah-celah gorden jendela yang tidak sempat di buka tadi pagi. Tas yang dibawa Moana di lempar ke atas sofa yang ada di kamarnya, Moana menyalakan lampunya, lalu merebahkan diri di atas ranjangnya. Kakinya yang di balut sepatu itu menggantung kebawah. Moana menatap langit-langit kamarnya yang terdapat hiasan bintang yang ia buat sendiri.

Tok.. tok.. tok...

Moana mendengar ketukan pintu dari luar kamarnya. Sempat merasa kaget sesaat, karena yang ia tau bahwa di rumahnya tidak ada siapapun selain dirinya sendiri.

"Bentar, Pa," ujar Moana. Ia berpikir bahwa itu adalah Daniel yang sudah pulang dari kantornya.

Namun, saat Moana membuka pintu, dia tidak menemukan seseorang di sana. Melainkan Moana menemukan sebuah kotak kecil berbentuk peti mati. Perasaan hatinya semakin kacau. Bulu kuduknya kembali berdiri. Seluruh tubuhnya menegang.

Mungkin, daritadi benda ini ada di sana, tapi ia tidak melihatnya. Pikir Moana. Tetapi, saat di buka, Moana menemukan sepucuk kertas. Kertas lusuh, seperti yang Moana temukan di anak tangga barusan. Tetapi, dalam secarik kertas ini ada cipratan noda darah.

Moana, kenapa kamu tidak menolong om waktu itu?
Saya pergi meninggalkan anak dan istri.
Nyawa saya melayang di hadapan anda kala itu.
Saya membutuhkan ke adilan, Moana.
Biarlah dunia membebaskan dirimu dan Papamu.
Saya akan meminta keadilan di akhirat.
Moana, tunggu karma yang akan menghampirimu, tunggu kematian paling tragis yang akan menimpa Papa kamu.

#6u47471
#12 07.10

Sebuah kotak dan sepucuk surat yang ada di genggaman Moana terjatuh bebas ke atas lantai. Moana menutup mulutnya rapat-rapat untuk menahan teriakannya.

LEGENDA: Garis Nestapa [TERBIT]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang