32. DI KAWASAN LUAS YANG DI TUMBUHI POHON-POHON

38.6K 4K 131
                                    

Jangan pernah merasa kasihan, ketika melancarkan aksi balas dendam.

32. DI KAWASAN LUAS YANG DI TUMBUHI POHON-POHON

Banyak suara cengkerik yang menjadi irama di satu malam dalam sebuah kawasan luas yang di tumbuhi pohon-pohon. Sesekali, suara burung hantu ikut bersuara, membuat suasana yang di rasakan Moana semakin mencengkram. Perasaannya campur aduk, terutama perasaan kecewa yang meledak terhadap Papanya—Daniel.

Sejahat apa Papa di belakang aku? Bagaimana sosok Daniel yang tidak aku kenali?” batin Moana terus bertanya-tanya. Memikirkan banyak hal yang mungkin belum ia ketahui.

“Banyak hal yang Daniel sembunyikan tanpa sedikitpun pengetahuan dari lo,” kali ini, bukan si tudung jaket yang bersuara. Tetapi laki-laki yang memakai topi. “Terutama tentang hal yang busuknya melebihi bangkai.”

Moana berpikir. Monster seperti apa yang sedang mereka ceritakan kepadanya? Sementara Moana selalu melihat Papanya seperti perisai yang selalu melindungi putri tunggalnya dari hal sekecil apapun. Seperti pelayan yang siap melayani Ratunya kapanpun ia butuh. Seperti teko ajaib Aladin yang bisa mengabulkan apapun yang Moana minta.

“Gue punya sesuatu buat lo,” itu suara Adista. Gadis itu membuka ponselnya. Benda pipih itu berbunyi. Bunyi yang menandakan bahwa Adista sedang menghubungi seseorang. Begitu telpon itu di angkat, hal pertama yang Moana lihat dalam layar ponsel yang di tunjukan Adista adalah—Daniel.

“Papa?” suara Moana begitu lirih, sedikit terdengar bergetar di telinga Adista dan dua laki-laki yang mendengarnya. Mata Moana mulai berkaca-kaca. Kondisi Daniel sama mengenaskan seperti dirinya. Pria paruh baya itu di ikat di atas kursi kayu, di sebuah bangunan tua yang di dindingnya kotor dan di penuhi sarang laba-laba.

“Selamat malam menjelang pagi, gadis manis,” suara seorang wanita yang usianya sudah memasuki kepala tiga itu menyapa. Pakaiannya tidak jauh beda dari orang-orang misterius yang ada di hadapan Moana. Mereka memakai pakaian tertutup, semuanya senada—berwarna hitam. Bagian atas wajah wanita itu di tutupi oleh topeng. Topeng yang sama seperti Adista.

Moana tidak mau menjawabnya sama sekali. Ia terlalu khawatir dengan kondisi Daniel saat ini. Yang Moana lihat, wanita dalam layar ponsel itu sedang mencari sesuatu. Moana juga melihat, ada satu wanita lain disana. Totalnya, ada dua orang wanita yang menemani Daniel dalam ruangan kotor dan sedikit gelap itu.

Sebuah suntikan yang berisi cairan kekuningan di tunjukan oleh wanita bertopeng. Membuat Moana susah payah menelan salivanya sendiri. Moana yakin, kalau  suntikan itu, bukan suntikan biasa. Moana juga mengira bahwa isi suntikan itu adalah—racun.

Mmmm... Kira-kira, kalau suntikan ini menusuk permukaan kulit ini—” wanita bertopeng itu sengaja menggantungkan ucapannya. Menyentuh permukaan kulit tangan Daniel yang di lilit tambang dengan jari lentik yang menghampit suntikan. “—apakah racunnya akan bersaksi cepat? Atau yang lebih serunya lagi... Dia akan langsung mati?”

Wanita bertopeng itu sengaja menekankan kata racun yang keluar dari rongga mulutnya. Sedetik kemudian, dia tertawa bak psikopat. Ponsel yang ada di genggaman wanita itu beralih. Menunjukkan seorang wanita lainnya yang memakai masker hitam dan kacamata berwarna hitam berteger di pangkal hidungnya. Wajah wanita yang satu ini, benar-benar tertutup sempurna.

“Sepertinya, peluru dalam pistol ini pun sudah tidak sabar ingin meluncur bebas.”

Ujung pistol yang di todongkan wanita berkacamata itu sudah mendarat di pelipis Daniel yang sedang menutup matanya rapat-rapat. Ada dua kemungkinan. Pertama, Daniel pingsan. Kedua, mereka sengaja memberikan obat tidur dalam bentuk pil atau berbentuk cairan dalam suntikan. Karena rasanya tidak mungkin, jika dua wanita itu menculik Daniel dalam keadaan sadar. Bagaimanapun juga, tenaga laki-laki akan jauh lebih kuat. Kecuali, jika dua wanita itu memiliki bantuan lain.

LEGENDA: Garis Nestapa [TERBIT]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang