21. RAMAHNYA, HANYA SEKEDAR PELARIAN

48.2K 4.2K 222
                                    

Saya tidak pernah menyangka. Hubungan manusia bisa sedemikian indah, tapi perih.
—B.J Habibie—

21.  RAMAHNYA, HANYA SEKEDAR PELARIAN.

“Za, Ca? Pulang, ya? Udah sore, nanti, ayah sama bunda kalian marah, mau?”

Di bawah pohon rindang yang besar, Legenda bersandar. Tangan yang berurat itu mengusap lembut tiap helai rambut Reza dan Resa. Anak kembar tak seiras itu berbaring di atas rumput taman, menjadikan paha Legenda yang di baluti kostum badut sebagai bantalan kepalanya, dengan posisi mereka yang terlentang, memandang wajah Legenda dari bawah.

“Eza masih kangen sama bang Gen. Kita udah lama nggak ketemu loh, bang,” lirih laki-laki kecil itu.

“Bang Gen harus tau, kalau Aa itu suka uring-uringan mau ketemu bang Gen. Cengeng banget dia, telinga Eca aja sampe sakit denger suara cemprengnya,” timpal gadis kecil tersebut.

“Nggak, ya! Dia boong, bang. Padahal, dia sendiri yang sering gitu. Sampai-sampai males belajar,” sela Reza, wajahnya di tekuk masam.

“Kalian jangan sampai males belajar dong. Kalau males, nanti cita-citanya nhgak kecapai, gimana? Emang mau?”

“Nggak!” ucap anak kembar itu kompak, dengan suara yang keras.

“Suatu hari nanti, Eza bakalan jadi tentara, biar keren. Pakai baju loreng, bawa pistol besar,” wajah yang tadinya masam, kini berubah ceria.

“Eca juga bakalan jadi dokter. Kalau nanti Aa luka, bisa di obatin sama Eca,” sahut Resa, ekspresi wajahnya tak kalah ceria dari Reza.

Meskipun masih kecil. Mereka berdua terlihat benar-benar serius dengan ucapannya. Legenda juga sering mendengar cerita dari orang tua twins Diratama ini, bahwa mereka berdua, sesekali sering melihat foto-foto atau vidio-Vidio tentang tentara dan dokter di iPad yang mereka miliki.

Legenda ikut tersenyum melihat keseriusan yang terpatri di wajah mereka, dari dua anak kecil yang sudah di anggap sebagai adiknya. Ada rasa senang tersendiri saat Reza dan Resa yang terkadang suka menganggapnya sebagai rumah untuk pulang. Menceritakan segala hal yang terjadi, termasuk hal-hal kecil. Bukan cuma Reza dan Resa, tetapi anak-anak lain juga selalu menganggap Legenda sebagai raga yang berbentuk rumah.

Pernah suatu hari, Legenda berjanji untuk membangun panti asuhan untuk anak-anak jalanan seperti mereka. Agar kehidupan mereka lebih baik kedepannya, agar ada yang mengurus mereka dengan penuh kasih sayang

“Doain cita-cita paling kecil Abang juga, ya? Abang mau membangun panti asuhan untuk teman-teman kalian yang nggak punya tempat tinggal.”

Legenda melihat sebuah mobil yang berhenti di sebrang jalan, tak jauh dari tempat Legenda berada. Ia mengenali orang yang keluar dalam mobil itu. Dia adalah ayah dari twins Diratama.

“Tuh lihat, siapa yang jemput?” Legenda menunjuk ke arah ayah si kembar yang sedang melambaikan tangan di belakang body mobilnya.

Di saat itu juga, Reza dan Resa beranjak. Berjalan sembari bergandengan tangan menuju jalan yang di tandai zebra cross untuk menyebrang. Sedangkan Legenda berdiam diri di tempat.

“Bang,” teriakan yang terdengar kencang itu membuat tubuh Legenda seketika menegang, senyumannya sedikit demi sedikit memudar. Perlahan, Legenda membalikan tubuhnya ke belakang.

LEGENDA: Garis Nestapa [TERBIT]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang