12. MOMEN GERIMIS BERSAMA SI CANTIK

51.3K 4.7K 141
                                    

Tidak ada yang abadi, semuanya akan hilang. Come and Stay adalah kiasan semata, yang ada hanyalah People Come and Go.

12. MOMEN GERIMIS BERSAMA SI CANTIK.

Laki-laki yang menyukai gemercik hujan itu sedang bersenandung kecil di bawah payung hitam, sebelah tangan di masukan kedalam kantong celananya. Sepertinya, Semesta sedang baik, menurunkan hujan di hari Senin seperti sekarang. Butiran air hujan yang tidak terlalu deras dan tidak terlalu kecil itu, membuat Legenda semakin menikmati setiap suara gemerciknya yang mengalun indah di telinganya. Di tambah dengan bau tanah dan aspal yang memenuhi indra penciumannya. Legenda Negeri Angkasa suka itu.

Senyum manisnya kian mengembang, melihat sosok pemikat hatinya yang sedang meneduh di halte seraya mengusap-usap kedua tangannya yang di balut cardigan rajut berwarna putih tulang. Halte yang sama dengan hari itu.

“Selamat pagi, untuk penduduk bumi Pasundan, yang cantiknya tiada tara,” ucap Legenda tiba-tiba di samping gadis itu, sehingga membuatnya terperanjat kaget.

“Lo...?” gadis ber name tag Moana Amoura itu menatap heran ke arah Legenda dengan alis yang menaut. Legenda, murid yang biasanya di siplin, selalu sampai di kelas setengah jam sebelum bel masuk. Tapi kali ini, Mengapa dia masih ada di luaran wilayah sekolah? Padahal bel masuk akan berbunyi lima menit lagi.

“Masih merasa aneh sama gue? Atau lupa? Mau kenalan lagi?” Legenda memberikan beberapa pertanyaan kepada Moana yang masih menatapnya bingung.

“Kenapa masih di luar?” Moana melirik arloji putih yang terpasang di pergelangan tangan kirinya. “Padahal, lima menit lagi bel masuk.”

“Nggak tau,” jawab Legenda sembari mengangkat kedua bahunya. “Curiga kalau kita jodoh, nggak sih?”

Moana memutar bola matanya malas. Meskipun tidak bisa di pungkiri bahwa ada rasa senang yang terselip saat mendengar penuturan itu. Tak bisa bohong, Moana sedang merasa ingin lama-lama dekat dengan Legenda hari ini.

“Kok diem? Baper, ya?” Legenda mencolek pipi Moana jahil.

Legenda menahan tawanya melihat pipi Moana yang memerah seperti kepiting rebus. “Gue udah cinta sama lo. Kalau lo, bakalan cinta sama gue juga, nggak?” tanya Legenda seolah menunggu harapan besar dari Moana.

“Jangan terlalu berharap sama gue, Gen. Takutnya nanti, gue tiba-tiba menghilang dari kehidupan lo.” Moana berusaha mencegah Legenda agar tidak terlalu berharap kepada dirinya. Mengingat kondisi tubuhnya sekarang yang tidak sehat.

“Hilang kemana?” Legenda bertanya dengan raut penasaran. “Kemanapun lo pergi, gue usahain ikut.”

“Jangan!” balas Moana cepat. “Jangan pernah ikut kalau gue perginya ke tempat yang jauh.”

Belum sempat Legenda bertanya kembali. Tapi, bel masuk sudah berbunyi. Satpam pun mulai menutup gerbang saat Legenda dan Moana masih di luar lingkungan sekolah.

“Tunggu pak! Tunggu!” Legenda berteriak. Dia berlari sembari menarik tangan Moana. Legenda melupakan payungnya di halte. Tapi, baginya tak masalah, karena itu adalah payung pemberian Dermaga saat di pemakaman waktu lalu.

Untung saja gerbang belum tertutup sempurna, sehingga mereka berdua bisa masuk tanpa harus membujuk-bujuk satpam, dan melewati hukuman terlebih dulu.

LEGENDA: Garis Nestapa [TERBIT]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang