35. DI MANA LETAK SURGAKU?

39.3K 4.3K 137
                                    

Nyatanya rumah bukan perihal bangunan beratap yang di hiasi lantai. Bahkan rumah yang seharusnya jadi tempat pulang, kini maknanya telah hilang.

35. DI MANA LETAK SURGAKU?

Makanya dari itu, Papa menjodohkan kamu dengan anak pak Daniel, Moana. Moana Amoura, sebagai pengganti uang yang Papa pinjam.”

Deg!

Kaki Legenda refleks mundur sampai-sampai punggungnya membentur tembok. Sedikit demi sedikit, kristal bening menumpuk di pelupuk matanya. Kristal bening itu bisa jatuh kapan saja.

Bagian mana lagi yang ingin kau ujikan kepada hambamu ini, wahai Tuhanku? Balum cukupkah rasa sakit dan penderitaan ini aku terima?”

Ekor mata Legenda melihat seorang gadis yang berdiri tak jauh dari dirinya. Itu Adista, ekspresi yang di tunjukkan gadis itu sama dengannya. Adista sama terkejutnya, sama sakitnya, dan sama kecewanya.

Adista melangkah cepat menghampiri Legenda. Kerah baju Legenda di tarik dengan sangat kuat oleh kedua tangan Adista.

“Cegah Papa lo untuk tidak melakukan itu!!” ucapan Adista terasa begitu menusuk. “Jangan biarkan Tenggara di ambil oleh Moana.”

Legenda menulikan telinganya. Legenda tidak bisa melakukan apapun. Ia tidak bisa mengabulkan permintaan Adista.

“JANGAN BIARKAN MILIK GUE DI AMBIL LAGI OLEH PEREMPUAN ITU!!” sarkas Adista. Teriakannya memenuhi lorong rumah sakit yang sedikit ramai. Sampai-sampai perhatian mereka teralih ke arahnya. “SEMUANYA DI AMBIL SAMA DIA!! KENAPA GUE SELALU KALAH?!!”

“TENGGARA ITU MILIK GUE, BUKAN MILIK MOANA!”

Legenda hanya bisa pasrah, menerima setiap teriakan dan pukulan yang Adista berikan di dadanya. Rasa sakit itu, tidak sebanding dengan percakapan yang baru saja Legenda dengar.

“LO HARUS BISA GAGAL KAN PERJODOHAN ITU, LEGENDA. LO HARUS BISA MENGGANTIKAN POSISI TENGGARA UNTUK DI JODOHKAN DENGAN MOANA. KARENA LO JUGA ANAK MEREKA. ANAK OM YUDA DAN TANTE ZANNA!!”

Gendang telinga Legenda berdengung. Legenda berteriak seraya menutup kedua telinganya rapat-rapat. Sampai Adista mundur beberapa langkah ke belakang karena merasa terkejut.

“GUE NGGAK TAU, ADISTA. GUE NGGAK TAU!!” teriak Legenda prustasi. “DARI AWAL JUGA LO TAU KALAU GUE BUKAN ANAK MEREKA! GUE NGGAK PERNAH DI ANGGAP SEBAGAI ANAK! LO TAU ITU SEMUA ADISTA, LO YANG PALING TAU!!”

Tangisan Legenda pecah. Tidak ada lagi air mata yang di tahan mati-matian, tidak ada lagi suara yang berusaha di pendam. Semuanya sudah tidak bisa di bendung lagi. Pertahanannya benar-benar roboh.

“GUE JUGA NGGAK MAU KALAU PUNYA GUE DI AMBIL OLEH ADEK GUE SENDIRI!! ADEK KEMBAR GUE SENDIRI!!”

“DIA PENGACAU, ADISTA!! ADEK GUE SELALU MEREBUT SEMUA HAL YANG KAKAKNYA PUNYA!!”

“LAGI-LAGI GUE YANG KALAH!! LAGI-LAGI GUE YANG HARUS MENGALAH!!”

Plakkk!!!

Tangan Adista melayang di udara, mendarat sempurna di sebelah pipi Legenda. Wajah yang merah dan di penuhi linangan air mata itu menoleh ke samping.

LEGENDA: Garis Nestapa [TERBIT]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang