Sejauh apapun kamu melangkah, jangan lupa kembali ke tempat awal kamu memulai.
23. UANG UNTUK MEMBANGUN PANTI ASUHAN.
Legenda dan Dermaga adalah dua orang yang keluar paling terakhir di kelas 11 IPS 1. Langkah kakinya saling beriringan. Tangan Legenda masih sibuk dengan tasnya yang susah untuk di tutup.
"Mama nyuruh gue untuk ajak lo nginep di rumah," ujar Dermaga, yang berusaha menghindar dari tubuh Legenda yang sesekali terpepet ke tubuhnya.
"Ada hal yang harus gue kerjakan hari ini. Mungkin nanti malem gue ke rumah lo," kata Legenda.
Setelah selesai bergelut dengan resleting tasnya yang dol, sorot mata Legenda menangkap Aksara yang berjalan dari arah berlawanan, memakai topi hitam yang sengaja di kebelakangkan. Gelagatnya aneh. Dia bersiul sepanjang jalan dengan satu tangan yang di masukan kedalam saku celananya. Sementara satu tangan lainnya mencolek jahil pipi gadis yang melintas di sebelahnya.
Ada beberapa gadis yang merasa risih dengan perilaku Aksara yang seperti itu, ada juga beberapa yang kegirangan karena Aksara cukup populer di kalangan sekolah SMA BUANA karena ketampanannya. Di tambah dengan kumis tipis yang menjadi ciri khasnya, semakin menambah kadar ketampanannya. Terlihat manis.
"Kiwww... Sayang..." kepala dan tubuh Aksara berputar mengikuti langkah gadis yang baru saja melaluinya, rok seragam gadis itu terlalu pendek. Membuat langkah Aksara oleng di buatnya.
Melihat dua gadis yang berjalan di hadapannya, Aksara mempercepat langkahnya. Kemudian berjalan di antara dua cewek itu. Merangkul pundak mereka dengan wajah yang berseri-seri. "Senangnya dalam hati, kalau ber istri duaaa..." senandungnya kecil.
Legenda yang melihat kelakuannya, hanya menggelengkan kepalanya pelan. "Ck, ck, ck. Aksara..."
"Hey," panggil Legenda, menepuk pundak Aksara sedikit keras.
Laki-laki itu langsung melepas rangkulannya dari dua gadis itu. Setelahnya, menatap Legenda dan Dermaga secara bergantian. Dia membuka topi hitamnya, menyugar rambutnya kebelakang. Lalu, memakai kembali topinya seperti semula.
"Wih, siapa nih?" tanyanya. Sembari mengunyah permen karet yang baru saja ia masukan kedalam mulutnya.
Legenda berpikir sejenak. Jika Laksana mengenalinya. Belum tentu Aksara juga akan kenal padanya.
"Nggak ada, gue cuma iseng aja panggil lo," celoteh Legenda.
Indra penglihatan Aksara memandang seluruh tubuh Legenda. Bola matanya beralih ke atas dan ke bawah beberapa kali. Lantas mengambil kaca mata hitam yang tergantung di saku baju seragamnya. Kaca mata itu terpampang indah di batang hidung mancungnya. Aksara menepuk dua kali dada kirinya dengan tangan yang mengepal, kemudian menunjuk ke arah Legenda dengan jari telunjuknya.
Aksara berjalan mundur, menginjak satu persatu anak tangga. "Sampai jumpa lagi, bro-bro," setelah itu, ia membenarkan posisi badannya menghadap depan. Tanpa menoleh kebelakang lagi.
"Freak," ceplos Dermaga. Berjalan mendahului Legenda yang masih diam di puncak anak tangga.
"Lebih freak lo, Mag," celetuk Legenda. Berusaha mengimbangi langkah Dermaga untuk merangkul pundak sahabatnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEGENDA: Garis Nestapa [TERBIT]✓
Teen FictionTERSEDIA DI GRAMEDIA & TOKO BUKU ONLINE📍 "Aku terlalu lelah untuk terus berkelana di bawah hujan." Legenda Negeri Angkasa. Sosok laki-laki yang rasa sabarnya tidak pernah habis, dia mampu menghadapi dan beradaptasi dengan manusia-manusia di sekelil...