Happy Reading🙏☺️
Ada istilah sepandai-pandainya menyimpan bangkai baunya pasti akan tercium juga. Ataupun sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga.
Begitu juga dengan dengan Andra dan Dessy. Sepandai-pandainya mereka menyimpan suatu rahasia dari Kara. Suatu saat satu per satu semuanya akan terungkap.
Semakin hari Kara menyadari ada yang berubah dengan suaminya. Suaminya terlihat semakin ceria dan tampak sangat bahagia. Kara tahu itu bukan dirinya yang membuat suaminya seperti itu. Pria itu juga sering senyum-senyum sendiri sambil menatap ponselnya dan juga langsung pergi begitu mendapat sebuah panggilan. Apakah semua itu karena perempuan yang pernah dia lihat di mall waktu itu? Kara masih belum bisa memastikan hal itu.
Andra juga semakin sering pulang larut malam, bahkan pernah beberapa kali tidak pulang dan tidak memberi kabar apapun pada Kara. Ditelepon pun tidak pernah diangkat bahkan terkadang seakan sengaja menolak panggilan dari Kara.
Gerak gerik Dessy pun terlihat mencurigakan. Wanita paruh baya itu jadi sering bepergian dan sering membelikan sesuatu seperti baju dan tas untuk seorang perempuan. Tapi orang itu bukan Kara karena sampai sekarang tidak ada satu pun barang ataupun hadiah diberikan Dessy kepada Kara. Mungkinkah semua barang itu diberikan pada wanita yang terlihat bersama Dessy saat di mall?. Rasa penasaran Kara semakin bertambah.
Hingga suatu hari Kara mendengar obrolan mama mertuanya yang sedang mengobrol dengan seseorang di telepon..
"Tentu saja aku akan datang dengan menantuku"
Kara yang saat itu hendak melangkah ke dapur menghentikan langkahnya ketika mendengar kata yang baru saja diucapkan oleh mama mertuanya yang tengah mengobrol dengan temannya di telepon.
"Kalian pasti akan aku perkenalkan dengan menantuku yang sangat aku banggakan ini"
Baru kali ini Kara mendengar mama mertuanya itu membanggakan dirinya sebagai menantunya. Padahal selama ini, Dessy selalu merendahkan dan menghinanya, bahkan mama mertuanya itu tidak pernah sekalipun memperkenalkan dirinya sebagai menantunya di hadapan teman-temannya. Jika ada yang bertamu Kara selalu disuruh untuk tidak keluar dari kamar.
Kan kali ini Kara mendengar Dessy terdengar begitu membangga-banggakan Kara, apakah mertuanya kini telah berubah?
Mungkinkah ketulusan hati Kara yang sudah sangat bersabar dalam mengurusi mertuanya dengan ikhlas telah menyentuh hati Dessy?.
Kara berpikir begitu dengan perasaan bahagia. Akhirnya mertuanya mengakui dirinya sebagai menantunya.
Kara tersenyum senang sambil melangkah ke dapur untuk mulai memasak untuk makan malam mereka.
Setelah hidangan telah siap Kara memanggil mertuanya yang masih saja asik dengan teleponnya.
"Ma..waktunya makan" ajak kara. Kara sangat bersemangat untuk makan bersama Dessy dan menanti ajakan untuk pergi ke acara arisan mama mertuanya itu.
"Iya. tunggu" sahut Dessy yang masih asik dengan telepon genggamnya dan mengacuhkan ajakan Kara.
Kara kembali ke meja makan, dengan sabar menunggu kehadiran Dessy. Sudah 10 menit dia menunggu, Dessy masih tidak juga kunjung muncul ke ruang makan. Maka Kara berinisiatif sekali lagi memanggil Dessy untuk makan bersama.
"Ma... yuk! makan bersama. Lauknya keburu dingin nanti. Tidak baik kalau makan terlalu malam" peringat Kara saat masih mendapati Dessy masih tidak beranjak dari posisinya.
"Iya..iya...cerewet sekali sih kamu. makan, yaaa.. tinggal makan aja sana. Terserah aku mau makan kapan. Yang punya badan kan aku. Kamu tidak usah sok perhatian" bentak Dessy dengan sengit karena keasikannya diinterupsi oleh Kara.
Kara terkejut dengan jawaban Dessy yang terdengar ketus. Ternyata wanita paruh baya itu masih belum berubah, dia masih saja bersikap kasar pada Kara.
"Lagi pula mana sudi aku makan satu meja sama kamu. huh" lanjut Dessy mencemooh sambil memonyongkan bibirnya.
Dessy melenggos dengan kesal dan kembali menatap ponselnya kembali asik bertukar pesan dengan para teman-teman arisannya.
Kara merasa kecewa mendapat perlakuan sinis dari Dessy. Perlakuan mertuanya terhadapnya tidak berubah. Masih saja memandang sebelah mata kepadanya. Tapi kenapa tadi dia terdengar begitu bahagia mengatakan akan membawa menantunya untuk diperkenalkan kepada teman-teman arisannya?.
Kara tetap berpikir positif mungkin suasana hati mamanya sedang tidak baik. Maka Kara lebih baik memilih diam dan berbalik kembali ke meja makan untuk menyantap makan malamnya seorang diri.
Tadinya Kara berharap saat makan malam bersama, mama mertuanya akan memberitahu kepadanya tentang ajakan pergi ke arisan.
Kara berpikir mungkin mama mertuanya akan mengajaknya besok saat waktunya tiba.
Keesok harinya hingga menjelang siang, tidak ada sepatah katapun yang diutarakan Dessy kepadanya perihal arisan. Setelah Andra berangkat kerja dan selesai sarapan, Dessy langsung mengurung diri di kamarnya hingga siang hari wanita paruh baya itu keluar dengan pakaian rapi.
"Mama rapi banget. Mau kemana?" tanya Kara dengan raut penasaran.
"Mau ke arisan lah. " Jawab Dessy ketus sambil mematut dirinya di depan cermin yang terletak di ruang tengah.
"Mama tidak mengajakku?" tanya Kara sedikit ragu. dia takut salah bicara.
Dessy langsung menatap Kara dengan tatapan merendahkan "Kenapa aku harus mengajak kamu? Kamu mau membuat aku malu di depan teman-temanku?"
"Bagaimanapun aku adalah menantu mama" ujar Kara dengan suara lirih. Nyalinya menjadi ciut begitu melihat mata mertuanya yang langsung membeliak melotot padanya.
"Sampai kapanpun aku tidak akan mengakuimu sebagai menantu. dasar perempuan tidak berguna, sangat memalukan mempunyai menantu seperti kamu. Jangan berharap aku akan bersikap baik padamu, seharusnya kamu bersyukur aku masih mau menerimamu tinggal di rumah ini. Setidaknya kamu masih berguna untuk mengurusi rumah ini"
Dessy kembali masuk ke dalam kamarnya, kemudian tidak berapa lama dia keluar lagi dengan menjinjing tas brandednya. Wanita paruh baya itu melenggang dengan anggun keluar tanpa memperdulikan kehadiran Kara yang masih mengikuti setiap gerak geriknya.
Sopir sewaan Dessy telah menanti di depan teras dengan mobil yang siap mengantar kemanapun wanita itu ingin pergi.
Kara hanya bisa termangu di depan teras. berbagai pertanyaan terus berkecamuk di dalam benaknya. Kenapa mama mertuanya tidak mengajaknya? Apakah mama mertuanya membatalkan niatnya? Tapi Kara yakin dia mendengar ucapan Dessy saat bertelepon dengan lawan bicaranya. Dessy terdengar begitu yakin dan percaya diri. Jika bukan dirinya yg diajak. maka siapa yang akan diajak oleh Dessy? sedangkan anak Dessy hanya Andra seorang dan Kara adalah satu-satunya menantu di rumah ini.
Jiwa pemberontak Kara menyuruh untuk mencari tahu, sudah banyak kejanggalan yang dia temui akhir-akhir ini, mau sampai kapan Kara harus pasrah dan berpura-pura tidak tahu?.
Kara memutuskan untuk mencari tahu. Untungnya dia sempat menguping dimana acara arisan itu diadakan. Kara akan kesana dan melihat apakah mama mertuanya benar-benar datang seorang diri atau mengajak seseorang yang akan diperkenalkan oleh Dessy sebagai menantunya.
Kecurigaan Kara mengarah pada wanita yang pernah dia lihat di Mall waktu itu. Kara tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini.
Kara bergegas ke atas, berganti baju. Baju yang dikenakannya saat ini tidak mungkin akan dikenakannya saat keluar rumah karena bajunya sangat lusuh dan terdapat sobekan di beberapa tempat, tidak mungkin dia keluar dengan pakaian seperti itu, orang-orang akan mengira dirinya adalah gembel.
Kara mengambil pakaian yang menurutnya yang paling bagus. Pakaian yang diambilnya adalah yang terbaik diantara pakaian lainnya. walau warnanya terlihat sudah agak pudar. Tapi setidaknya penampilannya jadi jauh lebih baik. Kemudian dia mengambil uang yang selama ini dia simpan dan sembunyikan.
Dengan penuh tekat Kara berangkat menyusul kemana mama mertuanya itu pergi. Dia harus mencari jawaban dari rasa curiga yang menggelayut di hatinya selama ini.
Kara telah siap menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi nanti. Ini lah saat yang telah lama ditunggu-tunggu oleh Kara.
Bersambung.....
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIGID !!
RomanceKehidupan rumah tangga Kara dan Andra berubah drastis sejak mereka kehilangan putri tercinta mereka yang baru berusia 4 tahun dalam sebuah kecelakaan tabrak lari. Kejadian tersebut membuat Kara sangat terpukul apalagi suaminya justru menyalahkan Ka...