Bab 22 Tertangkap Basah

1.3K 39 4
                                    



Setelah pertengkaran, Andra dan Kara tidak mempunyai kesempatan untuk berbaikan. Bahkan Andra sudah beberapa hari tidak pulang kerumah. Suaminya hanya menghubunginya lewat pesan-pesan singkat yang dikirimkan ke ponsel Kara, isinya hanya mengabarkan bahwa dirinya mendapat pekerjaan penting yang harus segera diselesaikan. Dan tentu saja semua itu hanya kebohongan.

Kara hanya bisa tersenyum sinis membaca semua pesan Andra. Kara sudah bisa menebak karena pasti pekerjaan penting yang suaminya maksudkan itu adalah sedang memanjakan istri mudanya itu.

Kara sangat menyayangkan bahwa suaminya itu telah benar-benar diperbudak oleh nafsu. hanya demi nafsunya dia telah berkali-kali berkhianat di belakang Kara. Bahkan kini telah berani menikah dengan wanita lain  secara diam-diam.

Kara sengaja membiarkan mereka terlena dan bersenang-senang dengan kebersamaan mereka untuk beberapa hari agar kewaspadaan mereka semakin berkurang.

Hari ini Kara akan datang ke kantor Andra lagi. Kara merasa inilah saat yang sudah dia tunggu-tunggu.

Kara tengah bersiap-siap memasukkan makanan yang akan dia bawa ke tempat kerja suaminya. Semua lauk pauk dan nasi yang dia masak adalah kesukaan suaminya dan semuanya dia masukkan ke dalam rantang susun.

"Mau kemana kamu..." tegur Dessy dengan mata memicing penasaran. Dia berjalan menuju meja dapur dengan tubuh tambunnya. Wanita tua itu terlihat mulai kewalahan mebawa dirinya yang tambun.

Kara melirik Dessy sekilas, kemudian kembali melanjutkan aktivitasnya menumpuk rantang-rantang itu menjadi satu.

"Mau mengantarkan makan siang untuk mas Andra" jawab Kara dengan tenang.

Dessy tersentak kaget mendengar rencana Kara. Tidak mungkin dia membiarkan Kara datang ke tempat kerja Andra. Selain karena penampilan Kara yang memalukan juga karena takut hubungan Bella dan Andra ketahuan saat di kantor. 

"Untuk apa kamu antar makan siang ke kantor Andra, dia bisa beli makanan di luar sana yang jauh lebih enak dari pada masakanmu itu" cela Dessy.

"Biarpun kampungan tapi Mas Andra paling suka dengan masakanku, dan ini adalah makanan kesukaan mas Andra" jawab Kara yang masih bersikukuh hendak mengantarkan masakannya.

"Kamu akan membuat Andra kehilangan muka, kalau orang-orang kantor melihat penampilanmu " cemooh Dessy sambil melihat pakaian dan penampilan Kara yang tidak mencerminkan istri seorang Kepala cabang.

"Aku tetap akan ke kantor mas Andra" ujar Kara bersikeras sambil tetap bersiap-siap untuk berangkat.

"Kamu jangan kesana. Jangan membuat Andra malu" Larang Dessy dengan suara keras.

Tapi Kara tidak menuruti perintah Dessy, dia tetap akan pergi dan tidak peduli apapyn yang diucapkan Dessy.

"Kara" Dessy terus berteriak memanggil Kara agar wanita itu mengurungkan niatnya.

Teriakan Dessy tidak dihiraukan oleh Kara. Kondisi Dessy yang sedang lemah membuat wanita paruh baya itu tidak bisa banyak bergerak apalagi mengejar Kara. Jika Dessy masih sekuat dulu dia pasti akan menyeret Kara dan mengurung Kara di dalam sebuah gudang kosong yang gelap karena tidak mengindahkan kata-katanya. Seperti yang dulu biasa dia lakukan pada Kara.

Tapi sekarang Dessy hanya bisa mengomel seorang diri saat Kara sudah pergi menjauh. Entah kenapa Dessy merasa tubuhnya akhir-akhir ini terasa begitu lemah. Padahal hasil cek kesehatannya semuanya bagus. Itu yang selalu dikatakan Kara saat disuruh Dessy untuk membacakan hasil labnya.

"Dasar perempuan miskin. selalu saja melawan omonganku" Gerutu Dessy dengan kesal.

Dessy segera  menghubungi Andra dengan ponselnya. Dia harus secepatnya memperingatkan Andra tentang kedatangan Kara ke kantor.

FRIGID !!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang